Hasan memilih untuk langsung duduk di bangkunya sendiri, dan diikuti oleh siswa-siswi yang lain, yang langsung mengerubutinya, seperti gula di rubung semut. Hasan sesekali melihat ke arah Hana.
"Lebih baik, kenali orang dengan cara kita sendiri. Daripada dengar dari orang lain yang belum tentu kebenarannya. Kata orang belom tentu benar. Dan memang tidak benar!" batin Hasan sambil melihat ke arah Hana, kemudian melirik ke arah Cantika dengan sengit.
Sementara itu, Yusi menghampiri Damar yang tengah menatap pemandangan dari atas gedung. Raut wajahnya sedih dan juga marah. Yusi perlahan-lahan berjalan mendekatinya dan berdiri di samping Damar.
Tanpa Yusi meminta Damar bercerita, Damar mengungkapkan isi hatinya sendiri.
"Kamu tau, Yus, rasanya mencintai seseorang bertahun-tahun, dan cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan?" terang Damar dengan pandangannya yang masih mengarah jauh di bawah sana melihat kendaraan berlalu lalang.
Yusi menghela nafas, lalu memberanikan diri untuk mengelus punggung Damar.
"Jadi bener yang dibilang Cantika, Dam! Kamu suka sama Hana dari dulu?"
"Iya, dari SMP, aku sudah suka sama dia. Tadinya aku biasa aja, tapi, semakin aku kenal Hana, rasa cinta itu perlahan muncul. Hana cewek yang baik dan perhatian. Aku beberapa kali ngungkapin rasa cinta ini, tapi, Hana selalu nolak. Dia hanya anggep aku sebagai temen. Hatiku sakit sebenrnya, tapi aku lebih sakit lagi kalo harus kehilangan dia dan gak bisa liat dia lagi. Biarpun aku hanya dianggep sebagai temen, aku udah seneng banget, Yus, sumpah!" terang Damar diiringi senyuman, meskipun hatinya sedikit teriris. Namun dia mencoba untuk berdamai dengan perasaannya sendiri.
"Iya, Dam! Hana itu emang cewek baik, perhatian, cantik, manis, pinter pula. Dan gak sombong, dia mau nolongin siapa aja. Biarpun aku baru kenal saat MOS, sampe sekarang, tapi aku langsung nyaman temenan sama dia. Aku yakin semua cowok yang ada di deketnya pasti ngrasain hal yang sama ... Cuman, kita tidak boleh egois Dam, kita gak boleh maksain kehendak hati orang lain untuk selalu mengerti dan menerima hati kita,"
"Iya, Yus, aku tau, aku udah nglupain rasa itu sebenernya. Cuman belum sepenuhnya," ungkap Damar sambil melihat ke arah Yusi.
"Terus dari SMP, emang Hana, sering gonta ganti pasangan, Dam? Seperti yang dikatakan oleh, Cantika?"
"Kamu percaya omongan Cantika, Yus!" tanya Damar dengan wajah serius.
Yusi menggelengkan kepalanya. Damar kemudian tersenyum dan menunduk, kembali melihat jalanan.
"Yus, Hana itu cantik, pinter, pokoknya kamu tau sendiri lah fisiknya gimana. Kalo dia mau, Hana tinggal pilih aja kalo dia playgirl seperti yang di bilang Cantika. Tapi Hana lain, Yus. Dia sama sekali belom pernah pacaran," ungkap Damar diiringi senyuman.
Yusi yang mendengarnya merasa kaget, matanya membulat dan mulutnya menganga.
"Serius kamu, Dam!" seru Yusi sambil menepuk lengan Damar.
"Sangat serius, Yus! Aku gak tau seperti apa sosok yang ia suka. Cuman setiap kali aku tanya, jawaban Hana sampe sekarang masih sama, dia pengin fokus sekolah,"
"Pantesan aja, Samuel yang kaya Siwon aja gak dia lirik. Tapi, masa Hana gak pernah suka sama seseorang, Dam?" tanya Yusi penasaran.
"Em, sebenarnya ada sih, tapi aku juga gak yakin, Yus. Soalnya ... Ya gitu deh!" Damar menggaruk tengkuknya yang gatal.
" Gitu gimana maksudmu? Jangan bikin penasaran dong! Siapa Cowok yang disukai Hana? Orangnya seperti apa?" cerca Yusi dengan semangat.
"Adalah, kamu gak bakal tau. Di mata Hana, dia itu beda. Aku pikir, Hana suka sama dia, namanya, Miki. Anaknya ganteng, mirip orang Korea juga, Yus. Kalo di lihat-lihat, Miki itu sebelas dua belas sama, Hasan!"
Yusi manggut-manggut mendengar penuturan Damar.
"Terus kelanjutan–nya gimana, Dam? Mereka pacaran? Atau ...."
"Nggak! Yang aku lihat dengan mata telanjang, tiap kali mereka ketemu, cuma saling liat dan saling senyum aja. Gak ada percakapan apapun. Tapi aura mereka berdua beda gitu. Ah, susah jelasinnya, Yus. Waktu itu, si Miki udah kelas tiga, dan kita baru kelas satu. Jadi, pertemuan mereka cuman satu tahun aja. Dan setelah kelulusan, aku gak liat Miki lagi sampai sekarang. Mungkin dia nerusin study nya di luar negeri atau di luar kota. Yang jelas, aku gak pernah liat dia lagi. Dan beberapa minggu setelah itu, Hana terlihat sedih untuk beberapa hari, dari situ, sudah kelihatan kalo Hana sedih saat kehilangan Miki!"
"Kamu gak nanya dia kenapa, Dam?"
"Nanya, cuman di jawab gak papa, gitu doang! Sebenernya sampe sekarang, aku masih penasaran sih sama hubungan yang gak jelas itu. Koq bisa yah, cuman saling liat saling senyum, bahkan, aku belom pernah liat mereka berdua ngobrol, mereka kaya orang bisu gitu, tapi kaya mengerti perasaan masing-masing gitu. Aneh lah,"
"Jahat banget ngomongnya, masa iya kayak orang bisu," ucap Yusi heran.
"Iya emang bener, Yus, mereka kaya orang bisu kalo ketemu," ucap Damar mantap, membuat Yusi sedikit tersenyum.
"Oke, oke ... Terus, perasaan kamu gimana sekarang?"
"Sama Hana?"
"Iyalah, masa sama aku!"
"Jujur aja, kalo rasa suka, aku masih ada. Tapi, kayaknya rasa suka itu hanya sebatas temen aja,"
"Serius? cuman sebatas temen aja, Dam!"
"Iya, sebatas temen aja. Kenapa emangnya? Koq kamu kayak bahagia gitu," tanya Damar sambil memperhatikan wajah Yusi yang sekarang memerah mendengar kalimat Damar.
"Gak koq, aku cuman nanya aja. Mastiin!" ucap Yusi malu.
"Jangan-jangan, kamu suka ya, sama aku?" tebak Damar.
"Ngaco ah! Kita kan temenan," jawab Yusi menghindari Damar.
"Wah, jangan bohong deh,Yus! Yusi ...."
Damar mengejar yusi yang berlari menuju kelas.
Jam terakhir ada praktek TKJ oleh Pak Mardi. Dan Pak Mardi membentuk tim sesuai dengan huruf abjad masing-masing nama. Satu kelompok terdiri dari empat orang.
Hana, Hasan, Yusi yang kebetulan nama panjangnya Nawang Dialana Yusi, dan Damar, mereka satu tim.
Yusi dan Damar sama-sama tidak mau dipanggil nama depan.
Cantika yang melihat mereka satu tim, tampak kepanasan.
Grup Hana duduk di bangku belakang sendiri.
"Oke karna tim sudah terbentuk, tugas kalian hari ini adalah membuat kabel trimping. Kalian buat dokumentasinya juga, kemudian kalian burning yah! Waktu untuk mengumpulkan tugas, dua Minggu setelah praktek ini," ucap Pak Mardi.
"Dua minggu gak keceptan, Pak? Kita kan belom pernah praktek sebelumnya," tanya Yusi.
"Iya, Pak! Kita belajar nrimping aja baru kali ini," ujar Dara.
"Maka dari itu, kalian harus perhatikan saat saya menerangkan! Kalian catat apa yang perlu dicatat, dan jangan lupa dengan prakteknya. Ini adalah kerja tim. Ingat ini kerja tim. Kalian harus kompak, mengerti!" ucap Pak Mardi tegas.
"Mengerti, Pak!" jawab semua siswa serempak.
"Oke, kalo gitu, kita mulai! Simak baik-baik," ucap Pak Mardi sekali lagi.
Grup Hana membagi tugas. Yusi disuruh mencatat semua penjelasan dari Pak Mardi, Damar mencari peralatan, sedangkan Hana dan Hasan bertugas praktek langsung, menerapkan teori yang disampaikan oleh Pak Mardi.
"Aku bagian nyatet yah, siapa tau nanti ada yang kita gak tau," ucap Yusi.
"Aku nyiapin alat-alatnya dulu," ucap Damar sambil berlari mencari peralatan untuk praktek.
"Iya udah aku sama Hana yang praktek," ucap Hasan sambil melirik Hana sekilas.
Damar mulai mengambil peralatan seperti kabel, tang, dan alat untuk mengetes kabel. Pak Mardi mulai menjelaskan satu per satu kabel, dan mulai menunjukan cara pembuatannya.
Dibanding kelompok yang lain, kelompok Hana lebih tenang dan lebih teratur. Apa lagi, Hana dan Hasan sepertinya sangat paham sekali. Dan, Hasan bekerja dengan cepat. Yusi dan Damar pun membantu.
Waktu terus berjalan, Pak Mardi hampir selesai menjelaskan. Kelompok lain terlihat panik dan gusar.
"Oke, waktunya habis, tangan di atas semua," ucap Pak Mardi.
"Yahh, belom kelar nih," keluh Cantika.
"Sekarang waktunya ngetes, apakah hasil trimping kalian menyala atau tidak, ayo secara bersama–an, masukan kabelnya ke trimping pencet on, dan ... Angkat!" perintah Pak Mardi sambil menunjukan hasil trimpingnya yang menyala sempurna.
Semua murid melihat ke lampu trimping dan ternyata ada dua grup yang lampunya menyala. Grup Hana dan Bagus.
"Yeayyyy, nyalaaa," teriak Yusi kegirangan.
Mereka tampak senang karena hasilnya sempurna menyala dengan urutan yang benar.
Sedangkan Grup Bagus, lampunya menyala, tapi, untuk urutan lampunya tidak pas, mereka gagal dalam menyilangkan kabelnya.
Sedangkan yang lain, kabelnya kurang masuk kedalam jek.
Tim Hana mendapatkan applaouse dari Pak Mardi dan teman-teman yang lain.
Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi,
Semua murid merapihkan peralatan praktek mereka. Dan bergegas menuju kelas untuk memgambil tas dan pulang ke rumah masing-masing.
"Alhamdulilah kita berhasil yah, dan aku sih percaya, persentasi buat dua minggu ke depan, pasti kita berhasil," ucap Damar bersemangat.
"Iya, aku juga yakin, kita pasti berhasil," Yusi menimpali.
Sementara Hana dan Hasan hanya tersenyum mendengar Damar dan Yusi optimis untuk persentasi Minggu depan.
"Han, kamu mau aku .... "
"Seperti biasa, Dam! Aku naek angkot aja!" ucap Hana memotong kalimat Damar.
"Oke deh kalo gitu, em, kalo kamu, Yus?" tanya Damar melirik Yusi yang tengah menunduk.
"Hah! Aku?" Yusi menunjuk dirinya sendiri.
"Yusi belom ada yang nganter, Dam! Boleh kali, kamu anterin," Hana menyenggol lengan Damar.
Damar tersenyum mendengar kalimat yang dituturkan Hana. Yusi pun tampak malu-malu.
"Ya udah kalo gitu, aku anterin Yusi pulang dulu yah! Kamu ati-ati, Han!" ucap Damar kemudian menggandeng Yusi dan pergi meninggalkan Hana dan, Hasan yang kebetulan masih berdiri di belakang Hana.
"Hana," ucap Hasan dari belakang.
Hana menengok ke arah belakang, "Loh, koq kamu masih di sini, San!"
"Iya kan kita tadi bareng," jawab Hasan.
"Iya, tapi aku pikir kamu udah keluar duluan,"
"Belom, emm kamu emang gak di jemput sama nyokap/bokap kamu, Han?" tanya Hasan.
"Nggak, sebenernya kalo aku mau mah pasti di jemput, cuman aku lebih suka naik angkot aja, San!"
"Emangnya kenapa? Kan sumpek naik angkot, udah gitu nge–time lama banget lagi," ucap Hasan dengan ekspresi yang tidak nyaman mencoba membayangkan duduk di dalam angkot.
"Gak juga koq, San! Lagian aku juga udah terbiasa dari dulu,"
"Wah, berarti kamu udah punya sopir langganan donk?"
"Kenal semua malahan, dan mereka baik-baik banget tau," terang Hana diiringi senyuman.
Hasan tersenyum mendengar kalimat Hana. Ada rasa kagum dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments