Bel istirahat pun berbunyi, Damar dan Yusi mengajak Hana untuk ke kantin,
"Yuk ke kantin, Han! Siapa tau kita masih kebagian Mie Ayamnya," ucap Yusi sambil menarik-narik lengan Hana.
"Em, aku lagi gak pengin nih," jawab Hana diringi senyuman.
"Emangnya kamu gak laper? Biasanya semangat kalo aku ajak nge–mie," tutur Yusi.
"Ya udah, kalo Hana gak mau, sama aku aja, Yus!" ajak Damar.
"Nah, bener tuh, kamu makan sama Damar aja," jawab Hana diiringi senyuman.
"Huft," keluh Yusi manyun.
"Kamu mau nitip apa, Han?" tanya Damar.
"Beliin batagor aja, Dam!" jawab Hana.
"Oke ... Ayo, Yus! Tapi aku gak beli mie ayam yah," ucap Damar.
"Terus, aku makan sendiri gitu? Di kantin?" ucap Yusi manyun.
"Aku temenin, ayok," Damar menarik tangan Yusi, yang masih terduduk di bangkunya.
Dengan kesal, Yusi beranjak dari tempat duduknya mengikuti langkah Damar. Damar merangkul pundak Yusi sambil berlalu dari dalam kelas.
Damar tau, Hana pasti takut jika bertemu Samuel di luar, makanya Hana tidak mau ke kantin.
Hana hanya tersenyum melihat duo temanya. Hana menyandarkan tubuhnya di tembok. Matanya melirik Hasan sebentar untuk mengetahui aktifitasnya. Dan di lihatnya Hasan tengah asyik dengan hapenya.
Hana memutuskan untuk bermain hape juga. Dirinya iseng membuka galery. Tidak banyak foto, hanya ada beberapa. Lalu dia melihat satu foto yang membuat dirinya tersenyum sendiri, dan teringat masa lalu.
"Aku masih inget banget, dulu, sebelum dia pergi, dibelakang sekolah, dia ngasih ini ke aku," batin Hana sambil mengelus foto tersebut. Ia membayangkan masa lalunya.
Foto tersebut merupakan sketsa wajah dirinya dan juga wajah si cowok yang pernah ditaksir Hana waktu SMP.
"Dia apa kabar yah sekarang! Sampai detik ini, aku gak pernah komunikasi dengan dirinya. Mungkin, sekarang dia sudah punya pacar, dan nglupain aku. Semoga, dimanapun dia berada, kesehatan dan kebahagiaan selalu bersamanya, amin," batin Hana sendu, ia merasakan sesuatu dalam hatinya, yang biasa disebut dengan nama, Kangen.
Hasan memperhatikan Hana yang tengah menunduk memandang hapenya dan tersenyum sendiri.
"Sepertinya, Hana sudah melupakan kejadian kemarin. Syukurlah, kalau dia sudah tidak sedih lagi," batin Hasan.
"Oh iya, gimana kabar, Sam? Dia sudah dikeluarkan apa belom yah?" Hasan bertanya dalam hatinya sendiri.
Hasan kemudian bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan hendak keluar sekolah.
Hana pun bertanya.
"Ehh, mau kemana, San?"
"Mau ke bawah, mau ikut?"
"Oh, nggak deh, aku di kelas aja," jawab Hana diiringi senyuman.
"Iya, mendingan kamu duduk aja di sini, gak papa kan gue tinggal sendiri?" tanya Hasan sambil memandang Hana penuh perhatian.
"Gak papa koq," jawab Hana diiringi senyuman.
"Ya udah, aku tinggal yah," jawab Hasan kemudian berlalu dari pandangan Hana.
Hasan sebenarnya ingin memastikan status Samuel, apakah sudah dikeluarkan atau belum.
"Entah kenapa, dari kemaren, aku ngrasa aman kalo ada Hasan. Mungkin karena dia udah nolongin aku kali ya," Hana berkata dalam hatinya.
Hasan berjalan kesana kemari untuk melihat batang hidung Sam, namun, tak nampak.
"Berarti, Samuel beneran gak masuk, hari ini," batin Hasan.
Hasan melihat Cantika yang sedang gelisah, mondar mandir di depan ruang praktek TKJ. Dia kemudian ber inisiatif untuk menghampirinya, siapa tau dia bisa gali informasi darinya.
"Hay, Cantika, ngapain kamu di sini," tanya Hasan diiringi senyuman.
"Eh, Hasan! Tumben kamu mau nyamperin aku!" kata Cantika dengan senang.
"Ah, aku tadi mau ke bawah sebenernya, tapi liat kamu kayak gelisah gitu, akhirnya aku putusin buat nyamperin kamu deh. Kenapa sih? Raut wajah kamu kaya bingung gitu," tanya Hasan.
"Em, aku punya berita besar, San!" jawab Cantika jujur.
"Berita besar? Apaan tuh?" tanya Hasan yang penasaran juga.
"Aku gak berani nyebarin karena ini menyangkut reputasi sekolah,"
"Emangnya berita apa? Koq menyangkut reputasi sekolah segala, terus, kamu dapat beritanya dari mana?" tanya Hasan.
Cantika mendekatkan dirinya ke Hasan.
"Wah mau ngapain nih anak, nempel-nempel segala," ujar Hasan dalam hatinya.
"Aku mau cerita, tapi kamu jangan bilang ke siapa-siapa yah," bisik Cantika di telinga Hasan.
"Aduh! Ini beneran berita besar ya? Jangan cerita deh kalo gitu, aku takut gak bisa nyimpen rahasia," jawab Hasan berpura pura.
Hasan sudah bisa menebak, berita tersebut pasti tentang Samuel.
"Aduh, aku juga gak bisa kalo harus nyimpen berita ini sendirian, lagi pula, berita ini juga pasti bakal nyebar koq," jawab Cantika bimbang.
"Iya pasti nyebar lah, orang yang nyebarin juga kamu sendiri," jawab Hasan dalam hatinya
"Ya udah, kasih tau aku, berita apaan?" tanya Hasan.
"Kamu tau Samuel, gak? Dia anak kelas tiga akuntansi, gantengnya gak kalah sama kamu," tanya Cantika dengan suara lirih.
"Nggak tau aku," jawab Hasan bohong.
"Ya sudahlah, gak penting soal dia, yang penting beritanya. Dia di keluarkan dari sekolah karena skandal video mesum," bisik Cantika di telinga Hasan.
"Apaaa! Ihh serem banget ya! Tapi aku gak kenal dan gak tau si Samuel itu, jadi yaaaa gimana ya! Biasa aja jadinya, gak bisa heboh, kayaknya, kamu salah cerita ke orang deh, maaf yah," ucap Hasan tersenyum kecut.
"Gak papa, yang penting kamu udah tau beritanya," jawab Cantika diiringi senyuman, dan memegang tangan Hasan.
Cantika terlihat asyik menempel di lengan Hasan sambil tersenyum memandangi wajah Hasan. Hasan pun ikut tersenyum biarpun terpaksa. Ia juga sebenarnya risih melihat Cantika yang bergelayut manja di lengannya.
Dari kejauhan, Damar dan Yusi melihat Hasan yang tengah mesra dengan Cantika. Memang pandangan orang tidak sama dengan apa yang dialami seseorang. Hasan merasa risih, sedangkan yang melihatnya, menilai berbeda.
"Eh, Dam, liatin tuh si Hasan sama Cantika! Ngapain mereka berdua di sana, mesra lagi, wah, jangan-jangan ada sesuatu nih diantara mereka berdua," kata Yusi sambil memicingkan matanya.
"Klao penasaran, tanya langsung aja ntar," jawab Damar melirik ke arah Yusi.
Damar dan Yusi kemudian menaiki tangga menuju kelas mereka.
"Eh, ngomong-ngomong, kamu tau berita itu dari mana? Itu beritanya bener gak? Terus, akurat gak?" tanya Hasan memastikan.
"Pasti bener dan akurat lah, Hasan ganteng, soalnya aku denger sendiri," jawab Cantika sambil menowel dagu Hasan.
"Kamu nguping?"
"Sebenernya gak sengaja nguping, sih, karena aku lihat ortu Samuel masuk ruangan rapat. Karena aku penasaran, jadi nguping dari balik pintu deh," jawab Cantika.
"Wawww, pinter juga kamu, Tik," puji Hasan diiringi senyuman.
Cantika merasa tersanjung karena dipuji oleh Hasan, ia tersenyum bahagia.
"Hasan muji aku? Jangan-jangan, ini pertanda, kalo, Hasan mulai naksir sama aku. Wah, aku harus sering PDKT sama dia nih," ujar Cantika dalam hatinya.
Cantika tersenyum senyum sendiri, Hasan merasa aneh dengan Cantika. Ia kemudian melepaskan tangan Cantika, dan pergi meninggalkannya sendirian di sana.
Cantika yang tersadar, mendadak celingukan mencari keberadaan Hasan.
"Terimakasih untuk pujia–n–nya ... Loh, kemana tuh orang? Masa aku di tinggal sendirian. Hem, tapi gak papa deh, yang penting, aku udah dapet pujian dari Hasan, hihihi," ucap Cantika sambil terkekeh.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments