"Iya, Do! Kakak gak mau nerusin tradisi itu. Jadi, mau gak mau, aku yang nerusin. Aku curiga, Kaka gak mau nerusin tradisi ini, karena dia masih suka, dan nungguin cewek yang dia sukai, Do!" Hasan berasumsi sendiri.
"Mungkin juga, Le! Ntar aku coba chat dia, lewat email,"
"Makasih ya, Do! Kalo emang bener, aku pengin deh, bantuin Kaka nemuin cewek yang dia suka,"
"Terus kalo kamu udah nemuin, mau diapain tuh cewek?"
"Ya aku temuin sama Kakaku lah, Do!"
"Eh, tapi gimana kalo misal cewek yang mau dijodohin sama kamu itu, ternyata cewek yang di sukai sama Kakak mu? Hayo gimana coba?" Rido meledek Hasan dengan raut wajah serius.
"Ah, ngaco kamu! Kalo misal iya, iya tinggal cerai saja. Ini kan cuman masalah perjodohan biasa aja. Kalo ada sesuatu yang tidak pas, ya bubar aja. Tapi aku gak mikir sampai sana sih,"
"Hihihi yakin kamu bakal cerai–in istrimu? Gimana kalo kamu udah cinta sama istri mu, nanti, eh, ternyata, istrimu adalah orang yang dinantikan oleh Kaka!"
"Eh, maksud kamu ngomong gitu apa? Jangan ngadi-adi deh!" Hasan terlihat kesal.
"Jiaahaha, panik kan, aku takut-takutin gitu! Ruwet dahh pikiranmu, seandainya itu terjadi!" Rido berkata sambil tertawa.
"Kamu tuh harusnya do'a–in yang baik-baik, Dodol!"
"Hehe! Itu kan cuman berandai-andai aja! Jangan dimasukin ke hati lah. Aku becanda doang ... Tapi ngomong-ngomong, emang kamu udah tau wajah cewek yang bakal dijodohin sama kamu, Le?"
"Belom lah! Malem minggu ntar ada pertemuan keluargaku dengan keluarga calon ...."
"Mertuaaaaa ... jiaaahaha, masih sekolah udah mau nikah niye! Enak banget deh. Mau ngapa-ngapain dah bebas, Mantaaappp!" Rido mengacungkan kedua jempolnya.
"Jih, apaan sih! Koq malah kamu yang heboh sih. Tradisi ini gak kaya gitu aja kali, jangan soq tau ... eh, udah siap aja nih motorku," Hasan beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri sepeda motornya yang sudah selesai digarap Rido.
Rido mencuci tangannya dan mengelapnya.
Hasan memeriksa setiap detail garapan Rido. Ia berdecak kagum dengan karya temannya tersebut.
"Widiwww, emang selalu bikin puas garapanmu, Do! Makasih yah," Hasan tersenyum sambil menepuk pundak Rido.
Rido tersenyum dan mengacungkan jempolnya.
"Oh iya, bayarnya tranfer aja, Le! Kayak biasanya," perintah Rido.
"Siipp! Kalo gitu, aku cabut dulu yah, udah malem banget ternyata," ucap Hasan seraya menaiki sepeda motornya.
"Oke, hati-hati yah!"
***
Keesokan paginya, Hasan berangkat pagi buta ke sekolah, bahkan pintu gerbang sekolah depan masih di tutup. Hasan memutar balik untuk lewat gerbang belakang.
Hasan masuk ke sekolah dan memarkir sepedanya di parkiran.
"Wah, baru aku dong nih yang berangkat!" ucap Hasan lirih.
Hasan mencopot jaket dan helmnya. Ia kemudian bergegas berjalan menuju perpusatakaan.
"Mumpung belum ada yang berangkat, aku harus bergerak cepat. Mudah-mudahan, perpus gak di kunci, dan internet sambung," ucap Hasan dalam hatinya.
Hasan sampai di depan pintu perpustakaan, ia memejamkan matanya sembari memegang gagang pintu.
Ceklek!
Senyum Hasan mengembang, ternyata, pintunya tidak di kunci. Hasan segera melesat masuk dan menutup pintu kembali. Ia mulai menyalakan komputer dan berharap semoga internet konek.
Rupa-rupanya, Sang Pencipta mendukung langkah Hasan pagi ini. Hasan tersenyum memperlihatkan giginya yang putih.
"Terimakasih, ya Alloh, ternyata langkahku di mudahkan. Sekarang, giliran nyari sosmed Samuel," ucap Hasan dengan senyuman menyeringai.
Otaknya memang encer. Di luar negeri, Hasan memang mempelajari banyak keahlian, termasuk di bidang IT. Bahkan, dia juga di idolakan di sana. Banyak yang mengincar Hasan untuk dijadikan sebagai kekasih, namun, Hasan tidak tertarik. Yah, karena dia sudah terikat dengan Tradisi di keluarganya.
"Nah, ini dia FB Samuel. Nomor teleponnya dicantumin juga! Wah ... Emang dimudahkan," ucap Hasan bahagia.
Hasan meretas nomor dan semua data Samuel, ia bisa mencuri alamat IP Samuel. Dengan kecepatan tangannya, Hasan berhasil mencuri semua data-data Samuel.
"Gila ini anak!" mata Hasan membulat ketika melihat file-file penting Samuel.
Hasan membukanya satu per satu.
"Parah ini anak! Isinya bokep semua, bahkan ... Astagfirulloh, ini Samuel lakonnya? Wah, stress ini anak! Bejad, emang dasar bejad!" Hasan mengumpat Samuel.
Hasan menyalin semua video tersebut. Dengan senyuman menyeringai, ia kemudian masuk ke aplikasi WA Samuel, dan mencari nomor Bu Eni, selaku Guru BK. Hasan mengirim semua video tersebut.
"Ayolah, centang biru! Please, sebelum Samuel sadar dan mengecek hapenya," Hasan berdo'a sambil mengamati layar komputer tersebut.
Di sana, terpampang jelas aplikasi atas nomor Samuel.
Beberapa menit kemudian, pesan yang dikirim oleh Hasan, berubah menjadi centang biru semua. Hasan tersenyum gembira.
"Alhamdulillah, berhasil juga. Habis kamu, Sam! Kamu bakal di tendang dari sini, mampus!" umpat Hasan dalam hatinya, sementara jari-jemarinya mengetik tombol apapun di keyboard, dengan tujuan menghilangkan jejak.
Hasan melirik jam di dinding, sudah jam enam lebih lima belas menit.
"Anak-anak pasti udah pada berdatangan nih," ucap Hasan dalam hatinya.
Akhirnya, pekerjaan Hasan selesai. Setelah komputer dimatikan, Hasan bersiap untuk keluar. Ia mengintip lewat jendela untuk memastikan tidak ada orang yang lewat.
Saat dirasa sudah aman, Hasan keluar dari dalam perpus dan berjalan menuju kelasnya. Hasan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Sebelum menaiki tangga, Hasan melihat Hana dari arah gerbang depan, tengah berjalan dengan langkah cepat. Wajahnya tampak gugup.
Hasan kemudian berhenti dan mengurungkan niatnya untuk naik melewati tangga dekat perpustakaan. Ia berjalan menelusuri koridor sekolah menuju tangga dekat gudang bawah, agar bisa bareng dengan Hana.
Hasan terus memperhatikan langkah Hana dari kejauhan.
Hasan menunggu Hana di ujung tangga.
"Loh, San! Kamu udah berangkat? Koq tumben, pagi banget!" tanya Hana heran.
"Iya, aku bangunnya kepagian tadi ... Kamu diantar?" tanya Hasan basa-basi.
"Iya," jawab Hana diiringi senyuman.
"Ouh, ayo naik!" ajak Hasan diiringi senyuman.
Hana tersenyum dan mengangguk. Ia tampak celingukan kesana kemari.
"Tenang aja, Han! Selama ada aku, kamu aman. Samuel belum berangkat koq, mana mungkin dia berangkat! Wajahnya kan babak belur," ucap Hasan, seperti tau apa yang dipikirkan oleh Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
riyu yuri
lanjut thoooor
2023-06-22
0