Dorr
Dorr
Dorr
Bunyi tembakan terus saja terdengar. banyaknya pasukan king devil yang bersatu dengan king phantom, hampir melumpuhkan setengah pasukan yang Moonlight miliki. melihat itu, membuat Denis menjadi brutal dalam melawan musuhnya.
"Jangan bodoh Denis! jangan buang pelurumu percuma, fokus semua!" bentak Niko yang terdengar oleh Dave, Steve dan juga Denis dari earpiecenya.
Ya. dari mereka berempat, hanya Niko yang sangat ahli dalam bertempur. karena sejak Niko berusia 12 tahun, ia sudah dilatih oleh orang kepercayaan Moonlight yang bernama Hugo. namun Hugo meninggal karena sakit disaat usia Niko 22 tahun, setelahnya disusul ibunya Denis yang meninggal.
Dave, Steve, Denis dan Niko memiliki usia yang sama, yaitu 30 tahun saat ini. tetapi Denis baru mau terjun langsung keMoonlight setelah ibunya meninggal, sedangkan Dave dan Steve bergabung saat usia mereka 18 tahun. sebab itu Niko lebih unggul dari mereka, hingga Niko dijadikan pemimpin nomor satu diMoonlight sejak Hugo meninggal.
"Steve dan Dave dengar! dalam waktu 5 menit, perintahkan semua kubu kita sudah memakai baju antibom. pakailah secara bergantian, aku dan Denis akan masuk kedalam markas untuk menahan lawan. buka kandang ketujuh singaku, dan lemparkan tongkat milikku." lagi dan lagi Niko memberikan perintah, dan mereka semua mengikutinya.
Dengan cepat, Niko menembak dan menghantam lawan yang menghadang dirinya masuk kedalam markas. Steve yang menyadari jarak Niko telah dekat dengannya pun langsung melemparkan tongkat milik Niko, setelahnya Niko membuka tongkat itu dan melibaskan pada musuh-musuhnya.
Kurang dari waktu 5 menit, Niko sudah berhasil melumpuhkan musuh yang ada dipintu markasnya. mereka semua yang sudah memakai baju antibom pun bergantian melawan musuhnya, hingga akhirnya mereka bisa mendorong para musuh untuk mundur.
Boom!!
Boom!!
Boom!!
Bunyi bom, dimana Niko baru menekan tombol bom yang sudah ia pasang tadi diluar markasnya, sedangkan Niko dan ketujuh singanya menghabisi musuh yang masih tersisa didalam markas.
Pertempuran terus terjadi selama 2 jam lamanya, hingga akhirnya seorang pria bernama Cirylo yang merupakan salah satu pemimpin pada pertempuran itu tertangkap.
"Cek seluruh tubuhnya, masukkan dia kedalam sel tahanan dan jangan beri dia makan ataupun minum." perintah Denis pada orang-orang, saat berhasil menangkap Cirylo dalam keadaan luka.
"Niko, Niko kau dimana??" Denis berbicara menggunakan earpiecenya.
"Aku didalam." lirih Niko yang ternyata sedang menahan sakit dipundaknya.
Mendengar suara lirih Niko, mereka bertiga langsung mencari keberadaan Niko didalam markas. ternyata, Niko sedang ada didekat kandang ketujuh singanya.
"Astaga bos! kau tak menggunakan rompi pelurumu??" ucap Dave khawatir.
"Sudahlah. obati saja aku, lalu antarkan aku ke mansion Moonlight." ucap Niko.
Tanpa banyak bicara, mereka akhirnya mengikuti semua permintaannya Niko. mereka sampai dimansion Moonlight pada pukul 05.00 pagi, Niko meminta pada Denis agar tidak membawa Alva masuk kedalam kamarnya selama ia rehat.
***
Seminggu kemudian. dipagi hari ini Niko sudah rapih dengan memakai pakaian kerjanya, Niko juga sudah mendengar suara tangis Alva yang masih saja bertanya-tanya tentang keberadaan dirinya. tidak tega dengan suara tangis Alva, akhirnya Niko keluar dari kamar untuk menemui anaknya.
"Ayah! ayah! ayah Niko kemana saja?! kenapa pergi lama tidak mengajakku?" ucap Alva dengan gemasnya memarahi Niko, sambil berlari dari arah tangga hingga Niko tertawa melihatnya.
"Apa Alva rindu dengan Ayah Niko??" Goda Niko pada Alva.
"Tentu aku rindu! karena ayah Niko jauh lebih baik, dari pada ayah Denis yang lebih banyak memarahiku." ucap Alva mengadu pada Niko, dimana Denis mengerutkan kening saat mendengar namanya dibawa-bawa.
Niko melihat Denis yang menghampiri Alva dengan wajah kesalnya, namun Niko segera berjongkok agar tingginya setara dengan Alva. ia mengusap pipi Alva dengan lembut dan memberikan pengertian, hingga akhirnya Alva tidak lagi memandang Denis dengan buruk.
"Jadi ayo! Alva minta maaf pada ayah Denis, karena Alva salah menuduh." ucap Niko tersenyum mengajak Alva. seketika Niko kaget karena Alva yang menabrakkan tubuh untuk memeluk, namun ia hanya bisa memejamkan mata untuk menahan rasa sakitnya.
"Ayah Niko, apakah ayah Denis mau memaafkan Alva yang suka nakal ini?" ucap Alva yang terisak-isak, melihat Niko tidak bisa menjawabnya karena menahan rasa sakit dipundak. Denis akhirnya bersuara, setelah sekian lama ia berdiri dibelakang Alva dalam diam.
"Ayah Denis maafkan, asal kau tidak boleh memeluk dan meminta gendong pada ayah Niko selama dua minggu. bagaimana??" Alva melepas pelukan dari Niko, ia berbalik badan kemudian menganggukkan kepalanya.
"Good boy." Denis mengusap kepala Alva dengan sayang. setelah itu, Alva kembali bermain sambil belajar dengan pengasuh khususnya. sedangkan Denis dan Niko, bersama-sama melangkah masuk kedalam ruangan kerjanya.
"Lukamu sudah tak apa-apa Niko?"
"Sudah sedikit mengering, sudahlah! ini masih luka kecil, tidak perlu khawatir." ucap Niko santai sambil membuka berkas yang ada dimeja.
"Hmm! baiklah, aku sungguh tak tahu luka seperti apa yang terlihat besar untukmu Niko." ucap Denis yang tidak bisa berkata apa-apa lagi, lalu mereka pun mulai fokus untuk bekerja.
Niko menyingkirkan beberapa berkas yang menurut dirinya ada beberapa kesalahan, setelahnya mengirimkan email pada mereka yang mengirimkan laporan tersebut.
Sedangkan disisi lainnya, Inez dan Lucy saat ini sedang sibuk didapur membuat beberapa olahan kue manis. Irina dan Olga juga turut membantu Inez untuk membuat kue-kue tersebut, dan tanpa disadari oleh mereka, Inez ternyata sudah membuat 11 macam jenis kue.
"Maaf nona Inez, kue-kue ini sudah ada 11 macam. kue sebanyak ini siapa yang mau memakannya ya??" ucap Irina yang membuat Lucy dan Olga berhenti dari aktivitasnya, sementara Inez masih saja sibuk dengan mixernya.
"Inez."
"Inez woi!" teriak Lucy, hingga Inez pun akhirnya menghentikan aktifitasnya. ia menatap Lucy, Irina dan Olga dengan senyum yang merekah.
"Ihh. itu masih sedikit tahu, gue masih mau buat banyak macam kue lainnya." ucap Inez pada Lucy, namun membuat semuanya jadi terheran.
"Inez, lu jangan gila deh! kue sebanyak itu mau lu kemanain hah?!" kesal Lucy.
"Tapi gue masih mau buat Lucy, lu bisa nggak sih jangan larang-larang ngidam baby twin gue??" wajah Inez cemberut, matanya terlihat sedikit memerah.
Melihat itu, Lucy hanya menepuk pelan keningnya. ia akan menyerah bila kata ngidam itu sudah keluar dari mulutnya Inez, karena menurut Lucy, ngidam itu adalah kata yang harus dipenuhinya. jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, Inez masih saja terus berkutat didapur dengan semua bahan-bahan pertepungan.
"Inez, ini udah 22 macam kue. tepung juga udah lu Habisin semua, sekarang semua ini mau lu apain??" ucap Lucy yang mencoba menyadarkan Inez lagi, karena Inez sudah terhipnotis sejak tadi pagi dengan bahan pertepungan.
"Hhhmmm! gue mau telepon tuan Niko sama tuan Denis dulu deh, baby twin mau mereka yang makan semua kue ini."
"Hhhahh??" Lucy, Olga dan Irina hanya bisa tercengang dengan semua ucapan Inez yang random.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments