Bab 6 | Penalti

Waktu terus berjalan, usia kandungan Inez saat ini sudah masuk bulan ke-4. namun Inez masih mengalami morning sickness, perut buncitnya juga semakin terlihat jelas karena Inez mengandung anak kembar. Inez merupakan salah satu mahasiswi yang memiliki prestasi diuniversitasnya, maka tak heran jika tak sedikit orang yang memperhatikan perubahan pada tubuh dan kebiasaan Inez.

Saat ini Inez sedang berada di kampus untuk menyerahkan skripsinya, Inez tak sengaja berpapasan dengan Bella dan 2 orang temannya dikantin kampus.

"Hai Nez, aku lihat perutmu kok seperti orang sedang hamil ya?!" ucap Bella yang tiba-tiba berbalik menghadap dan menatap Inez tidak suka.

Mendengar ucapan Bella, Inez akhirnya berhenti dan berbalik badan pada Bella.

"Hm, mungkin kau salah melihat Bella." ucap Inez dengan santai, namun Bella mulai mendekati dan menelusuri tubuh Inez dengan matanya secara saksama.

"Ha-ha-ha-ha. Inez, mataku tidak salah. meski kau menutupinya, tapi aku tahu bahwa kau sedang hamil 4 bulan kan??" ucap Bella tersenyum sinis.

Ucapan Bella membuat Inez terdiam, ia tak tahu harus berkata apa pada Bella. karena apa yang diucapkan memanglah benar adanya, hati Inez berdetak lebih kencang dari biasanya. itu karena Inez takut Bella nanti melapor pada pihak kampusnya, dan Inez harus membayar uang penalti beserta semua beasiswa yang sudah ia pakai selama 4 tahun ini.

"Kenapa diam Nez?? oh! jadi ternyata ucapanku itu benar, ha-ha-ha-ha. luar biasa achievement queen kampus kita ini, ternyata pintar menyembunyikan aibnya dari kita semua hanya demi mendapatkan beasiswa." Ejek Bella.

"Bel, kita laporin aja sama dekan yuk!" ucap salah satu temannya Bella, lalu mereka pun pergi meninggalkan Inez.

Inez hanya bisa berpasrah, ia tak dapat menghalangi Bella dan teman lainnya untuk melapor kenyataan pada dekan. hingga akhirnya saat itu Inez langsung dipanggil keruangan dekan universitas, untuk mempertanggung jawabkan atas beasiswa yang selama ini Inez dapat.

"Zasha Ineza Polina, jurusan pariwisata semester akhir yang saat ini sedang proses sidang skripsi. apa benar kamu sedang hamil 4 bulan?" tanya dekan itu.

"Benar pak dekan, saya tahu ini salah, sudah melanggar peraturan beasiswa yang ada. tapi ini semua diluar kendali saya pak, semua tidak saya sengaja." ucap Inez menundukkan wajahnya.

"Apa maksudnya tidak kamu sengaja??" dekan itu mulai menatap serius pada wajah Inez yang terlihat murung.

Inez lalu menceritakan semua kejadian yang ia alami di empat bulan yang lalu kepada dekan secara singkat, dekan itu terkejut saat mendengar cerita Inez.

"Khm! bapak turut prihatin atas semua hal yang menimpamu. bapak tidak bisa meloloskanmu dari masalah penalti ini, sebab masalah sudah didengar banyak telinga. tetapi bapak akan membantu kamu untuk meringankan biaya penalti ini, dengan penggalangan dana dosen." ucap dekan menjelaskan.

"Maaf pak dekan, bukan saya menolak. tetapi saya tidak ingin semua dosen di kampus ini tahu permasalahan saya." ucap Inez dengan mata berkaca-kaca.

"Inez, sebenarnya hamil dan menikah saat kalian kuliah tak menjadi masalah. asal diluar dari mahasiswa/i beasiswa, jika kamu tidak setuju dengan caranya bapak. lalu bagaimana kamu membayar beasiswa kembali sebanyak 2.5 milyar?"

ucap dekan yang juga terlihat bingung.

"Inez akan fikirkan pak, tolong beri saya waktu untuk bisa membayarnya."

"Baiklah, satu minggu adalah waktumu yang paling lama Inez. sebab jika kamu tidak bisa membayarnya, kita terpaksa memakai cara bapak. bapak hanya tak ingin semua ini membuat masa depan kamu berantakan, kamu harus diwisuda dalam waktu dekat." setelahnya dekan mempersilakan Inez untuk keluar dari ruangannya.

Dekan universitas itu sangat baik pada Inez, karena dia percaya bahwa Inez tak pernah berbohong. apalagi dengan Inez yang membawa banyak segudang piala berprestasi ke universitasnya, sejak dia menjabat sebagai dekan.

***

Dirumah Inez saat ini sedang bingung sendiri, ia terus saja membolak-balik buku tabungannya yang sudah diprint.

"Nez, lu ngapain sih dari tadi gue lihat ngitungin angka dibuku tabungan aja." ucap Lucy yang saat ini sudah tinggal bersama Inez dirumahnya.

"Luc, gue harus cari kemana ya uang 2.5 milyar dalam waktu satu minggu?" lirih Inez dengan tatapan mata kosong.

"Hah!! seminggu 2.5 milyar, buat apa?!" Lucy kaget setengah mati rasanya.

"Bayar penalti dan beasiswa yang udah gue pakai selama ini Luc, gue katahuan sama pihak kampus." lirih Inez jujur.

"Nez, tabungan gue cuma ada 400 juta. kalau digabung sama tabungan lu aja baru dapat 900 juta, masih kurang 1.6 milyar lagi. kita harus cari kemana ya?" Lucy pun kini dibuat bingung dengan masalah Inez.

"Maaf Lucy, gue gak bermaksud buat lu ikutan pusing sama masalah gue. tapi gue juga gak tahu harus bilang sama siapa lagi selain lu Luc." Inez menangis menitikkan air matanya, sedang Lucy hanya bisa memeluknya untuk saat ini.

Saat Lucy mengelus punggung Inez, ia seketika teringat dengan ucapan Denis dan Niko saat dicafe rumah sakit waktu itu. tanpa berkata-kata, Lucy meraih ponsel Inez yang tergeletak dimeja rias. ia mengirim nomor Niko ke ponselnya sendiri melalui whatsapp, kemudian ia mengklik tombol {hapus untuk saya} pada ponselnya Inez.

"Lucy, lu ngapain?" tanya Inez curiga.

"Tarrrraaaaaa, lihat siapa yang nangis?" ucap Lucy menunjukkan foto Inez yang baru saja ia ambil. beruntungnya Lucy memiliki gerakan jari-jari yang cepat, sehingga Inez tak menyadari apa yang sudah Lucy lakukan.

"Ih jelek banget gue Luc, hapus gak?!" ucap Inez menghapus air matanya, lalu merebut ponsel miliknya.

Tanpa terduga, apa yang Lucy lakukan ternyata bisa membuat Inez tersenyum kembali. mereka pun akhirnya tertawa bersama, hingga Inez tertidur pulas.

Melihat itu, Lucy akhirnya bergegas keluar rumah untuk menghubungi Niko. Lucy terpaksa melakukan itu, karena ia tahu bahwa hanya Niko lah yang bisa membantu Inez saat ini.

Tutt

Tutt

Tutt

"Hallo tuan Niko, ini Lucy teman Inez."

"Iya, ada apa Lucy?"

Dalam teleponnya Lucy menceritakan singkat masalah yang dihadapi Inez saat ini. lalu ia meminta agar Niko mau membantu Inez, meskipun ia dan Inez harus membayar dengan cara mencicil nantinya.

"Ok. aku akan membantunya, besok aku akan pergi ke kampusnya."

"Terimakasih tuan Niko." ucap Lucy, lalu ia memutuskan sambungan telepon dan kembali kedalam rumah.

Keesokan harinya, Niko benar-benar datang kesochi international university tempat Inez menimba Ilmu. namun ia tak datang sendirian, kali ini ia datang bersama Denis menemui dekan kampus itu untuk membayar penaltinya Inez.

"Maaf, kalau boleh saya tahu. tuan-tuan ini siapanya Inez ya?" tanya dekan itu.

"Tidak penting siapa kami pak. hal yang penting saat ini, penalti dan beasiswa yang telah Inez pakai akan kami lunasi bahkan biaya tambahan sampai Inez lulus." tegas Denis pada dekan itu.

"Ah i-ya akan kami proses segera tuan, mohon menunggu sebentar." dekan itu terlihat sedikit gugup.

Tokk

Tokk

Tokk

"Permisi pak, ini berkas pelunasan yang bapak dekan minta tadi." ucap seorang wanita, ia meletakkan berkas itu diatas meja dekan lalu pamit pergi.

"Tuhan! dua pria itu siapa ya? ganteng banget, tapi keknya sadis gitu, dingin banget mukanya." monolog wanita si pengantar berkas itu saat diluar ruang dekan.

Sementara didalam ruangan dekan itu, Niko dan Denis sekarang sedang tanda tangan diatas ceknya masing-masing. setelah selesai, dekan itu sangat kaget dengan nominal dan juga tanda tangan didalam cek itu.

"Satu cek berisi 5 milyar untuk biaya kuliah Inez hingga selesai." ucap Denis.

"Dan ini cek kedua pak dekan, 500 milyar untuk kepentingan universitas." ucap Niko menatap dekan itu.

"Tu-an ka-lian, ahhh. ya Tuhan, ini sulit untuk dipercaya." ucap dekan terbata.

Ayo tebak, siapa kah mereka berdua dimata dekan universitas itu dear? ikuti terus ceritanya ya dearrrr.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!