Bab 4 | Kejujuran Inez

Dua bulan kemudian, Inez merasa jadi cepat lelah dan mengantuk belakangan ini. Inez juga tak suka makanan manis,  tapi akhir-akhir ini Inez sering makan makanan yang manis.

Apalagi terlihat beberapa perubahan pada bentuk tubuh Inez, meski sedikit namun Lucy yang sudah lima tahun jadi sahabatnya Inez menyadari hal itu.

"Nez, gue lihatin lu kok terlihat sedikit aneh ya akhir-akhir ini, mau cerita??" ucap Lucy the point.

Inez paham bila Lucy sudah berkata seperti itu. namun kali ini Inez merasa bingung, bagaimana ia harus memulai cerita kehidupan pahit yang dialaminya sejak dua bulan lalu. setelah lama diam Inez menghela nafas, sepertinya Inez memang harus jujur pada Lucy.

"Lucy, kalau gue jujur apa lu percaya dan masih mau berteman sama gue?" ucap Inez menatap mata Lucy dalam.

"Heh! lu berteman sama gue udah lama Nez, baiknya dan buruknya kita udah sama-sama tahu. jadi apa yang buat lu khawatir gue gak mau jadi teman lu?" Lucy balik menatap dalam mata Inez.

Akhirnya Inez pun menceritakan semua yang terjadi pada Lucy sambil terisak, dia dibuat shock dengan kejujuran Inez.

"Nez, a-apa lu udah testpack?" ucap Lucy dengan pelan dan hati-hati, sebab mereka saat ini sedang ada di dining room karyawan hotel.

"Belum Luc, gue takut." ucap Inez lirih.

"Nez, coba cek besok pagi. gue temenin nanti beli testpacknya ya?" ajak Lucy lembut sambil mengelus punggung tangan Inez.

Inez pun mengangguk tanda ia setuju. Inez dan Lucy pergi ke apotek terdekat setelah jam pulang kerja, mereka beli semua merk testpack yang ada disana.

"Nez, lu kenapa beli semua merk sih? padahal cukup tiga merk aja juga bisa, sayang tahu uangnya. 600 ribu lu buat beli testpacknya doang, mendingan ke dokter kandungan aja sekalian." ucap Lucy gemas pada Inez, namun Inez hanya bisa senyum menunjukkan gigi.

"Lucy, nginep rumah gue mau gak?? gue takut banget sama hasilnya Luc." ucap Inez dengan wajah yang memelas.

"Ihhh, ya udah iya. gue nginep dirumah lu dah malam ini, demi kau yang aku sayang. ha-ha-ha." goda Lucy pada Inez, hingga mereka pulang kerumah dengan penuh canda tawa.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Inez buang air kecil sambil membawa alat testpacknya. ia berteriak saat melihat hasilnya terdapat dua garis merah, membuat Lucy terbangun dari tidurnya.

"Nez, lu kenapa??" ucap Lucy dengan nafas tersengal, karena ia berlari dari kamar menuju toilet diluar kamar.

Dengan tangan gemetar, Inez memberikan tiga dari hasil testpacknya pada Lucy. kemudian Inez menangis terisak-isak, membuat hati Lucy perih mendengarnya. namun Lucy hanya bisa memeluk dan mengelus punggung Inez, berharap bisa sedikit menguatkannya.

"Gue harus gimana Lucy?? skripsi gue emang udah selesai, tapi gue belum di wisuda. gue bingung Lucy." ucap Inez sambil terisak dalam pelukan Lucy.

"Tenang Nez, besok kita cek kedokter kandungan ya? kita lihat usia baby lu ini. sementara lu bisa pakai pakaian yang longgar-longgar dulu Nez, buat nutupin dari orang-orang sampai lu di wisuda." ucap Lucy menyarankan Inez.

Ya, ketakutan Inez ada pada perjanjian beasiswa yang diberikan universitasnya yang sudah ia tandatangani dulu. saat itu perjanjiannya berisi, { mahasiswa/i tidak boleh menggunakan narkotika, terlibat dalam tindakan kriminal dan menikah apalagi hamil selama belum selesai masa pendidikannya. jika ada yang melanggarnya, maka mahasiswa/i itu wajib mengembalikan keseluruhan beasiswa yang telah diberikannya }.

Semua isi perjanjian itu dibuat agar mahasiswa/i dapat serius menjalankan pendidikannya hingga selesai wisuda, dan Inez tidak memiliki banyak uang untuk membayar kembali beasiswanya selama empat tahun ia kuliah disana.

***

Siang harinya dirumah sakit, Inez tidak sengaja bertemu dengan Niko diloket. saat itu Niko mendaftar khusus poli anak-anak, mereka terpaksa membawa Alvaro kerumah sakit karena mereka tak memiliki dokter khusus anak-anak. sedangkan Inez baru saja selesai dari poli kandungan dan hendak membayar.

"Kau? kau gadis yang tidur denganku malam itu diprometheus club kan??" ucap Niko. untuk meyakinkan lagi Niko melihat wajah Inez dari dekat, namun Inez justru terlihat gelisah dan hendak lari saja dari hadapan Niko saat ini.

"Tunggu, aku ingin bicara denganmu." tangan Niko menarik tangan Inez kuat.

"Lepaskan tangan teman saya tuan!" bentak Lucy yang baru saja datang dari toilet rumah sakit.

"Diam! aku tak memiliki urusan dengan kau nona." tegas Niko dengan tatapan tajamnya pada Lucy, namun Lucy tidak takut. ia justru menatap tajam balik mata Niko, lalu beralih kematanya Inez seolah butuh penjelasan.

"Katanya ada yang mau dia ngomongin sama gue Luc." ucap Inez menjelaskan.

"Lu kenal sama dia??" ucap Lucy dengan tatapan menyelidik, Inez diam mengigit bibir bawahnya sendiri.

"Oh! gue paham sekarang, bagus kalau gitu langsung aja gue kasih tahu. tuan,"

"Jangan!" Inez memotong ucapan Lucy dan menarik tangannya dengan tangan Inez yang bebas.

"Apa yang mau kau katakan padaku nona?!" tegas Niko pada Lucy. Inez terus menggelengkan kepalanya, agar Lucy tak bilang apapun soal dirinya.

Tetapi Lucy tidak menghiraukan Inez. karena ia berfikir akan lebih baik jujur sekarang selagi dapat bertemu, agar kedepan Inez bisa menata hidupnya.

"Dengar tuan, kau dan temanmu harus bertanggung jawab! karena kalian udah jebak Inez sampai dia hamil kembar." ucap Lucy sedikit keras, sehingga buat orang disekitarnya jadi mendengar dan menoleh kearah mereka bertiga.

"Glek" Niko menelan ludahnya kasar.

"Khm. apa kau yakin dia mengandung anakku atau temanku hm??" ucap Niko mencoba meyakinkan dirinya.

"Maksudnya tuan?!" Lucy geram.

"Sudahlah Luc, tidak ada gunanya kita memberitahu mereka, ayo kita pulang." ucap Inez mulai melangkah pergi.

"Tunggu! kita bicarakan ini ditempat lain, ikutlah denganku." tegas Niko. lalu ia berjalan mendahului kedua gadis itu sambil meraih ponselnya menghubungi anak buahnya untuk mengurus Alvaro dan Denis untuk menemui dirinya.

Niko memilih cafe disebelah rumah sakit sebagai tempat berbincangnya dengan dua gadis itu, setelahnya Niko dan Denis sepakat untuk menanggung semua biaya selama Inez mengandung. karena rasa bersalah mereka pada Inez yang dijebak oleh anak buahnya, dan mereka akan bertanggung jawab penuh untuk biaya hidup Inez dan anaknya jika janin yang dikandung Inez memang benar milik salah satu dari mereka.

"Brak" Lucy memukul meja, membuat Inez terjengkit kaget. namun Denis dan Niko hanya mengerutkan keningnya.

"Jika hanya biaya, Inez dan aku masih sanggup bekerja untuk membiayai dua janin kembar ini. yang aku inginkan itu adalah tanggung jawab salah satu dari kalian untuk menikahi Inez, agar anak ini memiliki status yang jelas tuan." geram Lucy pada Denis dan Niko.

"Hei, jangan menuntut status dari kami. karena sampai kapanpun kami tidak akan pernah bisa memberikannya." tegas Denis yang menatap tajam Lucy.

"Huh! jadi kalian pria beristri?! dasar bajingan! sudah beristri bisa-bisanya masih jajan diluaran, brengsek!!" kesal Lucy, lalu berdiri menarik tangan Inez kemudian pergi dari cafe rumah sakit.

"Gadis konyol, apa mereka tidak tahu siapa kita Niko??"

"Tidak, aku tidak menjelaskan siapa diri kita sebenarnya Denis." ucap Niko, lalu pergi kembali kerumah sakit bersama Denis untuk melihat Alvaro.

***

Dorr

Dorr

Dorr

Boom

Suara tembakan dan ledakkan bom di markas Moonlight saat ini terdengar, mereka mendapatkan serangan tidak terduga dari king devil.

Tutt

Tutt

"Hallo bos, markas diserang king devil. mereka mengincar senjata ruger super redhawk dan colt m1911a1 kita yang ada dimarkas bos." ucap Dave pada Niko dari ponselnya sambil terus menembaki lawannya.

Dorr

Dorr

Dorr

"Fokus Dave, aku akan kesana." ucap Niko kemudian mematikan ponselnya.

"King devil menyerang markas. aku akan kesana Denis, kau tunggu Alvaro saja disini." ucap Niko bergegas pergi.

"Aku ikut Niko, biarkan Alvaro dengan dua orang kita saja." ucap Denis yang ikut bergegas bersama Niko.

Niko mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, dalam 25 menit Niko dan Denis sudah sampai dimarkas. mereka pun membantu melumpuhkan lawan yang masih ada diluar markas dengan glock 17 yang selalu ada disaku jaket mereka berdua, itu adalah type pistol yang paling simpel dan ringan bagi Niko dan Denis, namun glock 17 hanya bisa dipakai oleh orang-orang yang sudah profesional.

Bugh

Sreett

Bugh

Sreett

Niko memukul dan menggores leher lawannya, dengan pisau kecil miliknya saat ia kehabisan peluru sebab belum sempat masuk kedalam markas. sama halnya dengan Denis, ia pun begitu.

Dave dan Steve yang kualahan dengan banyaknya musuh akhirnya terpaksa membuka kandang tujuh singa milik Niko, king devil terus saja menembaki pasukan Moonlight dan singanya. tapi mereka akhirnya mundur, karena kalah cepat dengan gerakan dari tujuh singa itu yang sudah membunuh banyak.

Setelah king devil mundur, Denis dan Niko baru bisa masuk kedalam markas. Denis tersenyum melihat banyaknya mayat anggota king devil disana, Niko pun bangga dengan Dave dan Steve yang selalu bisa diandalkan.

"Bersihkan semua tempat ini dan obati luka kalian semua." ucap Niko kepada orang-orangnya.

***

Dua hari kemudian, hati Niko tidak bisa tenang setelah mengetahui Inez hamil. Niko memutuskan pergi menemui Inez dikampusnya seorang diri, dan Inez pun tidak menolak kedatangan Niko sebab sudah menghubungi Inez sebelumnya.

"Apalagi yang ingin tuan bicarakan?" ucap Inez the point saat bertemu Niko.

"Kita bicara didalam mobil saja bisa? aku tidak ingin mengundang banyak perhatian." ucap Niko yang menyadari banyak pasang mata melirik dirinya.

"Itu siapanya Inez ya? ganteng banget."

"Udah punya istri belum ya itu omnya yang sama kak Inez?"

"Yah kalah saing deh gue sama cowok yang lagi sama Inez."

"Ih, kalah kayaknya gue! perfect banget itu cowok, tajir lagi kayaknya."

Begitulah ucapan-ucapan yang Niko dengar dari mahasiswa/i disekitarnya, padahal Niko saat ini hanya memakai celana bahan dan kemeja panjang yang lengannya ia gulung sesiku.

"Baiklah, aku juga malas mendapatkan banyak pertanyaan nantinya." ucap Inez yang akhirnya menyetujui ajakan Niko.

Sesampainya dimobil, Niko menyalakan mesin mobil dan mengunci pintunya. ia duduk dikursi pengemudi dengan Inez disampingnya, lalu mereka pun mulai berbicara dari hati kehati.

Inez menjawab semua pertanyaan Niko dengan jujur, dan tak ada satu hal pun yang Inez tutup-tutupi dari Niko hingga akhirnya kejujuran Inez membuat Niko merubah pandangannya pada Inez.

"Baiklah, untuk sementara kau cukup mendengar dan melakukan saja apa yang aku katakan. cukupi nutrisinya mereka selama kau hamil dengan black card ini, didalamnya ada 200 juta dan akan aku transfer 100 juta setiap bulan selama kau mengandung." ucap Niko sambil menyodorkan black card pada Inez, tetapi Inez hanya diam terpaku.

"Ambil Inez, kau berhak dapatkan ini."

"Maaf tuan, ini terlalu besar jika hanya untuk nutrisi bayi kembar ini. lebih baik tuan simpan untuk istri tuan." ucap Inez dengan sopan.

"Ha-ha-ha-ha. kau tahu dari mana aku sudah punya istri hm??" mata Niko kini menatap Inez dengan teduh, membuat orang yang ditatapnya jadi merasakan salah tingkah.

"Aku hanya ingat ucapan tuan Denis dua hari yang lalu, bahwa kalian tidak akan bisa memberikan anak ini status yang jelas." lirih Inez menundukkan kepalanya sambil mengigit bibirnya.

"Oh, apa status penting bagimu?"

"Tak penting bagiku yang sudah hancur tuan, tetapi penting bagi anak ini yang baru akan memulai hidupnya. karena setiap orang tua pasti akan memberi kehidupan yang baik bagi anaknya kan tuan?? benar begitu kan??" tatap Inez pada Niko dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Glek" Niko menelan ludahnya kasar.

"Tuhan, kenapa hatiku begitu sakit dan sedih mendengar perkataan dia??" monolog Niko dalam hatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!