Bab 3 | Melihat Masa Lalu

Denis dan Niko saat ini sedang berada didesa kimzha untuk menjemput putra semata wayangnya Jhil yang berusia 5 tahun. Jhil sengaja menitipkan Alvaro disebuah panti asuhan yang ada didesa kimzha, sebab panti asuhan itu adalah tempat dimana mendiang istrinya Jhil dibesarkan.

"Nik, kau yakin ingin membawa Alvaro tinggal bersama kita?" tatapan Denis serius pada Niko.

"Mau tidak mau, kita harus membawa Alvaro pulang ke mansion Denis. kita tidak mungkin bolak balik kesini untuk melihat perkembangan anak itu kan." tegas Niko membalas tatapan Denis.

"Ya, kau benar Niko. tapi dengan kita membawa dia ke mansion, apa tidak kau fikirkan keselamatannya?!" geram Denis yang tidak bisa membayangkan, jika anak sekecil itu harus mendengar suara baku hantam dan tembakan dari musuhnya Moonlight sewaktu-waktu.

"Lantas apa kau tega membiarkan dia sendirian disini, tanpa ada sosok ayah yang biasa menjenguknya Hah?! aku tahu ini sulit Denis. tapi lebih sulit lagi jika suatu hari kita berdua mati, tidak ada seorangpun yang tahu akan sosok Alvaro." Niko tersenyum getir, melihat sosok Alvaro ia seperti melihat masa lalu dirinya.

Ya. ibunya Niko meninggal dunia waktu melahirkan dirinya, lalu Niko dititipkan dipanti asuhan oleh sang ayah karena tidak ingin melihat Niko celaka. disaat ulang tahun Niko yang kedua belas, ia dijemput oleh ibunya Denis dari panti asuhan ke mansion.

Awalnya Niko berfikir akan merayakan ulang tahun disana bersama sang ayah dan teman-temannya sang ayah, tetapi kenyataannya bukan perayaan ulang tahun yang Niko dapatkan. melainkan pemakaman sang ayah dan temannya yang harus ia saksikan dihari ulang tahunnya, sejak saat itulah Niko tidak pernah lagi merayakan ulang tahunnya.

Kalian tahu siapa teman ayah Niko?? jawabnya adalah ayah Denis, keluarga mereka sudah bersahabat sejak zaman kakek buyutnya dilahirkan didunia ini. keduanya akan saling menyayangi dan melindungi meski nyawa taruhannya, karena itulah mereka berdua rela mati bersama demi melindungi orang yang dicintainya.

Satu jam kemudian, Niko dan Denis sudah bisa membawa Alvaro pulang. anak kecil itu terlihat bingung melihat dua pria dihadapannya saat ini.

"Om, dimana ayah? kata ibu, Alva mau dibawa kerumah ayah." ucap Alvaro yang terlihat lucu dan menggemaskan.

"Hm, Alva ikut sama om dulu ya... nanti om kasih tahu ayah Alva ada dimana." ucap Niko lembut pada Alvaro.

Alvaro pun setuju. ia merentangkan kedua tangannya pada mereka berdua, meminta untuk digendong. akhirnya Denis lah yang menggendong Alvaro, karena Niko masih harus mengendarai mobil mereka untuk kembali pulang.

***

Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka akhirnya tiba di mansion pada pukul 02.30 pagi dini hari. kemudian Niko menggendong Alvaro yang sudah tertidur pulas sejak diperjalanan tadi, lalu ia membawa Alvaro untuk tidur di kamar yang sudah Niko pesan kepada pelayan mansion sebelumnya.

"Nik, apa yang akan kau katakan pada anak itu besok ketika dia terbangun dan menanyakan dimana ayahnya?" tanya Denis yang belum terlihat lelah.

"Entahlah, aku lelah Denis. sebaiknya kau juga tidur, karena besok kita akan menghadapinya bersama-sama." Niko kemudian pergi ke kamarnya sendiri untuk beristirahat, sementara Denis masih setia menatap wajah polos anak itu hingga ia ketiduran disana.

Ke esokan harinya, pukul 06.30 pagi. Denis terbangun karena mendengar isak tangis dari Alvaro yang sedang memanggil-manggil nama sang ayah didalam mimpinya. melihat masa lalu, mendiang ibu suka mengelus lembut punggungnya saat sedang menangis. akhirnya Denis pun mencoba mengelus punggung Alvaro dengan lembut, dan ternyata benar Alvaro kembali tidur dengan tenang.

"Hhm Jhil, titipanmu pada kami sangat merepotkan Jhil. kau membuat kami mempelajari yang tidak seharusnya." monolog Denis pelan, kemudian Denis keluar untuk pergi ke kamarnya sendiri.

"Apa semalam kau tidur disini Denis?" tanya Niko yang juga baru keluar dari kamarnya, karena kamar mereka semua berdekatan dilantai atas.

"Ya, tak sengaja." jawab Denis singkat.

"Hm! mandilah kau, aku tunggu diruang kerja." ucap Niko, lalu pergi.

***

Denis, Niko dan orang kepercayaannya kini sedang berada diruang kerja. meski keluarga besar mereka mafia bergerak dibidang ilegal persenjataan dan miras, namun mereka juga memiliki bisnis yang legal secara hukum. bisnis mereka bergerak dibidang teknologi informasi dan pariwisata, yang sudah memiliki banyak anak cabang dinegaranya.

Setelah mereka membahas bisnisnya, Steve langsung melaporkan hal tentang hasil penyelidikan Zasha Ineza Polina.

"Kau yakin dengan hasil penyelidikan ini akurat Steve?!" Niko mengeraskan rahang giginya, saat tahu bahwa anak buahnya Steve yang menjebak gadis itu untuk tidur dengan mereka berdua.

"Yakin bos, saya sudah mengklarifikasi juga dengan Phat. dia mengaku salah dan ingin meminta maaf pada kalian berdua bos, jadi apa boleh dia disuruh masuk juga kesini??" ucap Steve yang sedikit takut dengan bosnya itu.

Niko hanya menggerakkan kepalanya sedikit, tanda ia mengizinkannya. tak butuh waktu lama, Phat sudah ada di dalam ruang kerja itu sambil bersujud meminta maaf pada Niko dan Denis.

"Bangun kau Phat!" bentak Niko. hingga membuat semua yang mendengarnya takut kecuali Denis, Phat pun akhirnya bangun dari sujudnya sambil terus meminta maaf pada mereka berdua.

"Berapa lama kamu ikut dengan kami Phat?! Apa kau masih tidak mengerti aturan kerja kami hah?! kami memang bajingan, tapi kami tidak suka memakai cara kotor jika hanya untuk menjamah tubuh wanita. kau tahu itu Phat?!" ucap Niko keras, dengan nafas menggebu.

Denis awalnya ingin marah pada Phat, tetapi ia urungkan karena mendengar suara Alvaro menangis keras dari luar.

"Sudahlah, kau pergi saja sana. Steve bawa dia kemarkas untuk berlatih lebih keras lagi disana." ucap Denis, lalu ia keluar dari ruang kerjanya disusul Niko.

"Hmm, syukurlah kau hanya disuruh berlatih lebih keras dengan mereka Phat. hati mereka sedang luluh hari ini, jika tidak mungkin kau sudah menjadi santapan singa atau buaya mereka." ucap Steve pada anak buahnya itu.

Phat pun hanya bisa diam membisu, lalu ia mengikuti Steve kemarkas untuk berlatih lebih keras lagi dari yang lain. sedangkan Niko dan Denis saat ini disibukkan dengan seorang Alvaro yang terus saja menangis mencari ayahnya, hingga akhirnya mereka terpaksa membawa Alvaro ketaman pemakaman Moonlight untuk melihat Jhil disana.

Sesampainya disana, Alvaro baru diam dari tangisnya. ternyata ia sudah tahu jika sang ayah sudah meninggal dunia menyusul sang ibu disurga, hanya dengan melihat gundukan tanah dan foto yang terpajang dipilar atasnya.

"Ayah jaga ibu disurganya Tuhan, Ayah jangan khawatir dengan Alva. karena disini Alva sudah ada yang menjaga, itu om Niko dan om Denis. tapi ayah, apa boleh Alva memanggil mereka dengan sebutan ayah juga??" monolog Alvaro sambil meremat-remat rumput diatas gundukan tanah ayahnya.

Denis dan Niko saling melempar tatap. seolah mengerti dengan perasaannya masing-masing, mereka pun berucap dengan begitu kompak.

"Alva boleh memanggil kami ayah" ucap keduanya bersamaan. lalu tersenyum pada Alvaro, hingga membuat Alvaro menjadi senang mendengarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!