Pukul 07.00 pagi, Denis dan Niko baru terbangun, terdengar ketukan pintu dari orang-orangnya yang sepertinya akan melaporkan sesuatu.
"Ada apa Dave, kau berisik sekali?!" Denis membuka pintu dengan kesal.
"Maaf bos. king devil mencuri muatan senjata disevastopol tadi malam. kami berusaha mempertahankan, tapi tiga orang kita justru terluka parah bos." ucap Dave menundukkan kepalanya.
"Lantas bagaimana keadaannya orang kita saat ini??" ucap Denis khawatir.
"Sudah ditangani rumah sakit bos. tapi salah satu dari mereka ada yang butuh darah 0 negatif, dan sampai sekarang kami belum mendapatkannya juga bos." ucap Dave dengan mata memerah.
Ya, mata Dave memerah karena lelah. sejak kemarin malam ia belum dapat tidur karena harus menjaga ibu dan ayahnya yang sedang sakit, kemudian tadi malam ia mendapat kabar buruk dari pekerjaannya yang harus segera di selesaikan.
"Istirahatlah sejenak Dave. tolong kirim Steve untuk membayar dan menyelidiki latar belakang gadis yang tidur dengan kami tadi malam, selebihnya serahkan pada aku dan Denis." ucap Niko dengan santai, sambil Niko merenggangkan otot-otot ditubuhnya.
"Baik bos, terimakasih." ucap Dave lalu pergi dari kamar bosnya itu.
"Niko, untuk apa kau menyelidiki gadis yang baru saja jadi ****** itu?" Denis menatap mata Niko karena penasaran.
"Hanya ingin tahu dan memberikannya pelajaran, karena dia sudah menampar wajah kita tadi pagi." ucap Niko asal.
"Oh, aku kira kau jatuh cinta padanya." ledek Denis pada Niko.
"Cih! dia memang masih perawan saat aku jamah. tetapi dia sudah bekas kau pakai, aku tidak mungkin jatuh cinta." ucap Niko sambil menghisap rokoknya.
"Ya, ya, ya. semoga kau tidak menelan ludahmu sendiri Niko." Denis pun pergi ketoilet untuk membersihkan dirinya.
***
Pukul 09.00 Niko dan Denis sudah ada dirumah sakit untuk menjenguk orang-orangnya, diantara mereka bertiga. Jhil adalah orang yang terluka paling parah, ia membutuhkan banyak darah 0 Rh - yang sangat sulit didapatkan saat ini.
"Bos, a-ku rasa-nya sudah ti-dak ku-at." lirih Jhil dengan nafas tersengal, Nafas Jhil begitu sesak akibat luka tembak yang menggores jantungnya.
"Diamlah Jhil, jangan lakukan apapun itu yang menguras tenagamu." gertak Niko pada Jhil, agar dia bisa bertahan.
Namun Jhil tersenyum, ia memberikan cincin simbol anggota mafianya pada Niko dan berkata.
"Bos, a-ku titipkan put-ra sema-ta wa-yangku pa-damu. to-long ja-ga di-a." ucap Jhil lalu ia menghembuskan nafas terakhirnya.
"Bedebah!! lihat saja nanti Melvin, king devilmu itu akan hancur dengan caraku sendiri cepat atau lambat." monolog Denis geram dengan musuh bebuyutan.
King devil dan Moonlight adalah musuh dari kakek buyut mereka yang sampai saat ini tak pernah damai. karena sejak dulu king devil tak akan pernah merasa puas dan berhenti mencari masalah, jika mereka belum menjadi mafia yang paling ditakuti diseluruh dunia ini.
"Sudahlah Denis. kita urus pemakaman Jhil dulu, lalu kita bawa putra semata wayangnya Jhil kerumah setelahnya."
Niko kemudian berjalan menuju loket administrasi rumah sakit, disusul Denis dibelakangnya. proses pemakaman pun berjalan dengan lancar ditaman khusus pemakaman Moonlight, tak lupa Denis menjenguk makam kedua orang tuanya yang juga terkubur disana.
Sementara diseberang sana, Steve saat ini sedang bingung dengan tugasnya.
"Duh, aku kok bodoh banget ya?! dari tadi ngapain aku keliling kota buat cari itu gadis, kenapa gak aku tanya sama pihak hotelnya aja sih!" monolog Steve lalu memutar balik mobilnya menuju prometheus club hotel.
Sesampainya dihotel, Steve langsung menuju ke resepsionis untuk bertanya tentang housekeeping yang bertugas pada tadi malam dilantai sembilan.
"Maaf pak Steve, untuk lebih detailnya bapak bisa tanyakan langsung kepada pihak HRD ya pak. karena kami disini tidak memiliki informasi seperti yang pak Steve butuhkan." ucap resepsionis itu sopan.
"Kalau begitu, antarkan saya keruangan HRD sekarang." tegas Steve.
"Baik pak Steve, mari saya antarkan." resepsionis itu mempersilakan Steve.
Keduanya saling berdiam diri, hingga akhirnya mereka sampai diruangan HRD si resepsionis pamit undur diri.
***
Steve sudah mendapatkan alamat tempat tinggal Inez, bahkan ia sudah sampai dirumah kecil yang sederhana namun terasa nyaman untuk ditempati.
"Ya, benar ini rumahnya. Hm! sebaiknya aku ketuk saja pintunya kali ya?" Steve kemudian turun dari mobil dan berjalan kehalaman rumah kecil milik Inez.
Tok. Tok. Tok
Tok. Tok. Tok
Tok. Tok. Tok
Steve mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang membukakannya. Steve mencoba menghubungi nomor ponsel Inez, tapi tidak ada jawaban juga.
"Permisi, maaf. saya mau tanya, apa benar ini rumah Zasha Ineza Polina?" tanya Steve sopan pada orang tua yang melewati depan rumah itu.
"Oh iya benar, adik siapanya Inez ya?"
"Hm, saya temannya pak. boleh saya tahu Inez kenapa gak ada dirumah ya?"
"Loh katanya teman, tapi kok gak tahu. Inez kalau gak kerja ya kuliah dik!" ucap orang tua itu heran.
"Oh, ha-ha-ha, iya saya lupa. maaf ya pak, kalau begitu terimakasih." Steve menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu segera pergi menuju mobilnya.
"Dasar anak-anak zaman sekarang! belum tua sudah lupa!" gerutu orang tua itu, lalu berjalan lagi.
***
Steve saat ini sudah tiba diSochi International University tempat Inez menimba ilmu, ia mencari keberadaan Inez disana dengan bermodalkan foto yang diberikan oleh pihak HRD hotel.
Butuh waktu dua jam untuk Steve bisa menemukan Inez dihalaman gedung universitasnya yang luas, setelah Steve menyelidiki semua tentang gadis itu.
"Inez!" teriak Steve. Inez menghentikan langkahnya begitu mendengar nama dirinya dipanggil, Steve pun berlarian menghampiri Inez karena jarak mereka begitu jauh dan cuaca sangat panas.
"Maaf, ada apa tuan memanggil saya?" ucap Inez memperhatikan pakaian yang dipakai Steve, dari atas sampai bawah.
"Aku hanya ingin mengantarkan ini." Steve menyodorkan amplop cokelat.
"Itu bayaranmu, kau ini bodoh sekali! membuatku pusing, kenapa langsung pergi?? habis menjual diri pada bos besar seperti mereka harusnya ambil uangnya dulu!" ucap Steve dengan nafas tersengal, karena habis berlari.
Inez menarik tangan Steve, menaruh amplop cokelat itu dengan kasar pada telapak tangan Steve.
"Dengar! bilang dengan mereka, saya bukanlah seorang pelacur. saya dijebak dengan obat perangsang oleh orang yang sama pakaiannya denganmu tadi malam." ucap Inez menekan suaranya, membuat Steve terdiam membisu.
"Sekarang tuan bisa pergi dari sini, dan jangan pernah temui saya lagi." tegas Inez, lalu pergi meninggalkan Steve.
Steve terus terngiang-ngiang dengan ucapan Inez. "dirinya dijebak dengan obat perangsang oleh orang yang pakaiannya sama denganku, siapa ya?" monolog Steve, sambil melajukan mobilnya menuju mansion Moonlight.
Sampai dimansion, Steve ingin melaporkan semua tugasnya pada Denis dan Niko. tetapi Steve tidak menemukan mereka disana, lalu dimana mereka sekarang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments