Seminggu setelah pertemuan Niko dan Inez waktu itu, Inez mulai merasakan yang namanya morning sickness, sakit pinggang, kram kaki pada malam hari, dan selalu ingin buang air kecil.
Semua itu membuat pekerjaannya jadi terganggu, hingga akhirnya manager Rossa memanggil dirinya keruangan.
"Inez, belakangan ini kenapa kamu jadi tidak fokus kerja? apa karena sebentar lagi kamu wisuda jadi bisa bermalas-malasan??" ucap Rossa the point.
"Maaf bu, bukan begitu. Inez merasa kurang enak badan akhir-akhir ini." lirih Inez dengan tubuh yang berkeringat.
"Sebaiknya kamu ambil cuti selama 1 minggu Inez, istirahatlah dengan benar jika kamu masih mau bekerja disini." tegas Rossa yang sebenarnya juga tak tega melihat Inez yang terlihat lelah.
"Baik bu, terimakasih." Inez kemudian pamit dari ruangan Rossa dan pergi ke tempat locker untuk berganti pakaian, lalu ia pulang kerumahnya.
***
Tutt
Tutt
Tutt
"Nez, lu cuti berapa lama? udah lima hari gue gak lihat lu kerja, lu baik-baik aja kan Nez?" ucap Lucy dari ponselnya, yang terdengar khawatir dengan Inez.
"Gue cuti satu minggu Lucy, tapi nggak tahu kenapa badan gue rasanya sakit banget gitu. pengen dimassage rasanya dehhhh." keluh Inez pada Lucy.
"Ya udah nanti gue kerumah lu, jangan lupa makan." lalu Lucy memutuskan teleponnya dan kembali bekerja sesuai dengan job desknya.
Sementara Inez baru ingat jika dirinya belum makan apapun sejak tadi pagi. "Pantas aja gue pusing, ternyata belum makan apapun. ya Tuhan, maafin momi ya anak-anakkk." monolog Inez sambil mengelus perutnya yang sudah terlihat sedikit buncit.
Inez akhirnya pergi kedapur, ternyata ia tak memiliki makanan apapun disana. hanya ada air putih dan apel satu buah yang ada didalam kulkasnya saat ini, ia lupa untuk belanja mingguan semenjak awal cuti. sambil menggigit buah apel, Inez berjalan kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya.
Inez berencana untuk belanja melalui aplikasi online saja. namun ketika akan melakukan pembayaran, kartu ATM Inez terblokir karena lupa kata sandinya. ia sangat malas jika harus pergi ke bank saat ini juga, teringat dengan black card yang diberikan Niko. akhirnya Inez terpaksa menghubungi Niko, untuk meminta kata sandinya.
Tutt
Tutt
Tutt
{ The number you have dialed is busy, please try again later. } begitulah suara dari ponselnya Niko yang Inez dengar.
"Hhhmm, kirim pesan ajalah, siapa tahu dia balas. tapi ngomong-ngomong tuan Niko kesibukannya apa ya??" monolog Inez sambil memikirkan pekerjaan Niko, sampai mata Inez tiba-tiba terpejam karena ia memang suka mengantuk semenjak awal kehamilannya.
***
Sementara itu, Niko dan Denis baru selesai dari acara peluncuran produk teknologi terbarunya yang dirancang dan dirakit oleh perusahaan mereka. Niko yang melihat pesan dari Inez pun langsung membaca dan membalasnya. setelahnya Niko menghubungi Steve untuk melihat kondisi Inez dirumahnya saat ini, Steve pun langsung melakukan tugasnya.
"Apa lagi yang akan kau lakukan Niko?" tatap Denis pada Niko penuh selidik.
"Hanya ingin memastikan kondisi dia dan kandungannya baik-baik saja." ucap Niko datar tanpa ekspresi apapun.
"Kau khawatir padanya Niko??"
Niko mengerutkan keningnya menatap balik Denis, ia tidak menjawab tetapi bertanya balik pada Denis.
"Bagaimana denganmu Denis, apa kau tidak khawatir seandainya mereka itu adalah darah dagingmu hm??" ucap Niko tersenyum smirk, meninggalkan Denis yang masih terpaku disana.
"Entahlah. mungkin aku akan khawatir dengan mereka, jika mereka memang benar darah dagingku." monolog Denis dalam hati, lalu ia pergi menyusul Niko.
Saat ini mereka berdua sedang menuju perusahaan satunya lagi, yang bergerak dibidang pariwisata. setiap hari Denis dan Niko hanya disibukkan dengan dua bisnis legalnya saja, sedangkan untuk bisnis ilegalnya mereka hanya perlu memantaunya saja.
Meskipun begitu setiap tiga hari sekali, Denis dan Niko akan datang berlatih fisik bersama orang-orangnya diwaktu malam. mereka juga selalu siap untuk terjun langsung jika terjadi sesuatu hal yang besar dimarkas Moonlight.
***
Ting
{"Bos. info dari seorang temannya yang bernama Lucy, nona Inez sakit karena kelelahan bekerja. occupancy hotel tempat mereka kerja sedang full belakangan ini, ditambah kehamilan nona Inez yang mengalami morning sickness dan lain sebagainya."} pesan Steve terkirim pada ponsel Niko.
Ya, Steve bertemu Lucy dirumah Inez. saat Steve mengetuk pintu rumah Inez, Lucy lah yang membukakan pintu dan menceritakan semua dengan singkat. hingga Steve bisa dengan cepat dapat semua informasi dari Lucy, sahabatnya Inez.
Niko membaca pesan dari Steve, dan melemparkan ponselnya pada Denis agar membacanya.
"Hhhhm, Nik. aku pun memiliki rasa khawatir pada dia dan kandungannya, tapi kenapa harus wanita yang sama yang kita khawatirkan?! aku benci Nik! itulah sebabnya aku hanya diam." ucap Denis jujur, menatap mata Niko begitu dalam.
Niko memejamkan matanya sebentar, lalu ia tatap kembali mata Denis yang mulai memerah.
"Siapa yang kau benci Denis?? gadis itu tidak bersalah, kitalah yang salah! kau dan aku yang merusaknya dalam satu malam. benih kita terlepas dirahimnya tanpa pengaman malam itu, meskipun kita belum tahu benih milik siapa yang berhasil tertanam disana." ucap Niko menekan setiap kata-katanya.
"Sudahlah Niko, aku tidak ingin bahas tentang wanita manapun." kesal Denis.
Akhirnya mereka pun kembali bekerja keruangannya masing-masing.Denis dan Niko saat ini sedang memeriksa berkas dari pendapatan objek wisata yang mereka miliki, kemudian mereka mengurus pembelian dua buah kapal pemecah es untuk digunakan sebagai kepentingan perusahaannya.
Karena perusahaan mereka juga menyediakan jasa pelayaran kekutub utara dengan kapal pemecah es, yang rutenya nanti melewati pulau franz josef dimana wisatawan bisa memotret beruang kutub dari dekat tanpa harus beranjak dari kabin.
Pukul 19.00 malam, Denis dan Niko yang masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya seketika berhenti ketika ada panggilan vidio call dari Alvaro diponsel Denis.
"Hai Alva, ada apa nak?" ucap Denis yang sudah menganggap Alva sebagai anaknya.
"Ayah, kapan kalian berdua pulang?? dirumah sepi, Alva mau main ayah." ucap Alva dengan raut wajah yang sedih, ia merasa kesepian tinggal di mansion Moonlight.
Denis menghampiri Niko dan membagi layar ponselnya, agar Niko juga bisa melihat wajah Alvaro.
"Hei, anak ayah kenapa sedih begitu?" tanya Niko lembut.
"Cepat pulang ayah, Alva mau main dengan kalian. Alva kesepian ayah." Alvaro mengulangi perkataannya.
"Baiklah, sebentar lagi ayah Niko dan ayah Denis pulang. berikan ponselnya pada suster Arlin, ayah ingin bicara." pinta Niko, Alvaro pun menurutinya.
Setelah ponsel diambil alih oleh Arlin, Niko langsung merubah panggilan vidio callnya menjadi panggilan suara.
"Arlin, tugasmu hanya merawat Alvaro. bagaimana bisa kau membuatnya sedih hingga dia mencari kami hanya untuk bermain?!" tekan Niko pada Arlin dari balik ponsel Denis.
"Maaf tuan. sejak tuan muda Alva bangun dari tidur siangnya, dia sudah menangis. katanya rindu dengan ayah, berbagai macam cara saya membujuk. tapi tuan muda Alva tetap saja sedih." ucap Arlin menjelaskan pada Niko.
"Hm! ya sudah kalau begitu." Niko langsung mematikan sambungan teleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments