Arjuna sudah berada di depan unit apartemen Zea. Membawakan tas beserta isinya dan kantong plastik berisi makanan. Tidak lama pintu terbuka, Zea berdiri dengan wajah tanpa make up dan mengenakan piyama. Arjuna sekilas terpana kemudian menggelengkan kepala menghilangkan pikiran aneh dari pikirannya.
“Kenapa kamu yang antar?”
Arjuna memilih melangkah ke dalam dibandingkan menjawab pertanyaan Zea lalu duduk di sofa. Meletakan tas milik wanita itu dan kantong makanan ke atas meja.
“Ibu sudah makan belum? Saya bawa makanan tapi tahu deh selera Ibu atau bukan,” tutur Arjuna lalu melepaskan jaketnya. Sudah mengganti seragam OB nya dengan kaos yang pas di badan membuat otot tubuhnya terlihat jelas.
Zea hanya aneh dengan Arjuna yang terlihat seperti berada di rumah sendiri padahal Zea tidak mempersilahkan untuknya tinggal atau menganggap sebagai rumah sendiri. Zea duduk di sofa tunggal terpisah dari tempat Arjuna duduk, membuka tasnya dan mengambil ponsel yang sejak tadi siang dia tinggalkan di kantor. Tentu saja sudah banyak panggilan atau pesan yang harus dijawab berdasarkan urutan kepentingan.
Arjuna mengeluarkan dua box makanan, membuka salah satunya dan menikmati sendiri. Cukup lama Zea fokus dengan ponselnya lalu menatap Arjuna yang asyik makan.
“Kayaknya kamu lapar sekali ya?”
“Hm, tadi siang saya tidak sempat makan karena ada Ibu-ibu merajuk gitu sampe lukai tangannya,” ejek Arjuna.
“Rese banget sih,” ketus Zea.
Arjuna terkekeh mendengar kemarahan Zea. “Itu punya Ibu, cepat dimakan atau mau aku makan,” ujar Arjuna.
“Apa?”
“Cepat dimakan atau saya juga yang makan nih.”
Zea meninggalkan sofa untuk mengambil sendok, agak kesulitan saat makan karena menggunakan tangan kiri. Arjuna yang melihatnya berpikir bagaimana Zea melakukan hal lainnya lalu dia merebut makanan Zea.
“Eh ... aku belum selesai.”
Tanpa diduga Arjuna yang sudah menggeser duduknya mendekat ke arah Zea ternyata menyuapi Zea.
“Buka mulut Ibu!”
“Tapi ....”
“Ck, buka atau saya cium.”
Dahi Zea berkerut mendengar ancaman Arjuna lalu membuka mulutnya. Porsi makan Zea pun sudah berpindah ke perutnya. Bahkan Arjuna membuka segel botol air minum untuk Zea.
“Sudah minum obat?” tanya Arjuna.
Zea hanya menggelengkan kepalanya setelah meneguk beberapa kali lalu meletakan kembali botol minumnya.
“Obatnya dimana?”
“Di meja makan.”
Tanpa diduga Arjuna benar-benar mengambilkan obat untuk Zea, membuka masing-masing kemasan dan mengeluarkan satu tablet dari bungkusnya menyerahkan ke tangan kiri Zea.
“Cepat minum!" titah Arjuna sambil menyerahkan beberapa butir obat ke tangan Zea. "Ibu nggak tinggal dengan ....
“Suami?”
Arjuna hanya mengedikkan bahunya dan menunggu penjelasan Zea, yang sedang meneguk air untuk membantu menelan obat.
“Saya mau bercerai.”
“Lalu kenapa tidak tinggal dengan keluarga Ibu. Kondisi Ibu sedang memerlukan orang lain untuk beraktivitas.”
Zea hanya diam dan menggeser duduknya untuk lebih bersandar pada sandaran sofa. Arjuna melihat raut kesedihan dari wajah itu. Membuatnya yakin untuk mencari tahu masalah perceraian Zea dan hubungan dengan keluarganya.
***
Tak
“Aahh.” Arjuna baru saja menenggak alkohol yang entah sudah gelas ke berapa. Sedangkan temannya yang lain sudah ada yang keluar dari ruangan dengan pasangannya ada juga yang masih ada di sana sambil asyik dengan pasangannya.
Dia memikirkan masalah Zea, karena lagi-lagi melihat Gavin sedang asyik minum dengan seorang wanita.
“Apa dia nggak tau kalau istrinya mengalami insiden,” gumam Arjuna.
“Hai, tampan,” sapa seorang wanita yang baru saja masuk ke ruangan.
“Jun, gue khusus pesan dia buat lo. Akhir-akhir ini lo kelihatan beda, kita tahu lo belum ganti oli,” pekik salah satu teman Arjuna.
“Sial*n.” Arjuna memandang wanita berpakaian menggoda yang duduk di sampingnya bahkan sedang memeluk lengannya. “Ikut gue!”
Saat ini Arjuna sudah berada di apartemennya, tepatnya di atas sofa dengan tubuh yang sudah hampir polos, kemejanya masih dikenakan hanya terlepas kancing-kancingnya. Wanita yang bersamanya sudah asyik memainkan tongkat ajaib milik ARjuna dengan mulutnya. Arjuna memejamkan matanya sambil menikmati sensasi yang muncul sampai akhirnya tuntas karena sesuatu menyembur di bawah sana.
Wanita itu tersenyum lalu beranjak menaiki pangkuan Arjuna, berusaha menyatukan diri. Entah mengapa Arjuna mengingat wajah sedih Zea dan termasuk tangisan sebelum insiden memecahkan cermin.
“Shittt, turunlah!”
“Hahh.”
“Aku bilang turun dari pangkuanku dan pergi!”
“Tapi aku belum selesai.”
“Jangan harap lo bisa disentuh oleh gue, cepat pergi!”
Wanita bayaran itu memunguti pakaiannya sambil mengumpat. Sedangkan Arjuna sudah mengenakan boxernya mengeluarkan semua lembaran uang yang ada di dompet dan melemparkan ke meja.
“Ambil dan cepat pergi dari sini.”
Entah kenapa tiba-tiba Arjuna kehilangan hasrattnya yang sudah ada di ubun-ubun. Tidak seperti biasanya, lagi-lagi ia melewatkan malam tanpa wanita. Menatap ke luar jendela apartemennya, langit malam Jakarta yang gelap sesekali terang karena cahaya kilat. Saat ini sedang turun hujan bahkan cukup deras.
Sedangkan di tempat berbeda, tepatnya di apartemen Zea.
Baru saja perempuan itu berbaring untuk istirahat, tapi ponselnya bergetar. Zea pun beranjak duduk dan menggeser tubuhnya mendekat ke arah nakas, dengan tangan kiri mengambil ponsel dan membuka kunci layar.
Ada beberapa notifikasi pesan masuk yang ternyata dari Ibu tirinya. Sebenarnya Zea enggan untuk membaca pesan itu, tapi khawatir jika ada sesuatu dengan Ayahnya akhirnya Zea membaca pesan yang masuk.
[Kamu memang putri yang tidak tahu diri]
[Bisa-bisanya membiarkan Ayahmu menanggung ulah yang kamu perbuat]
{Gavin benar-benar membuat kacau, kalau tidak dihentikan perusahaan Ayahmu akan terancam bangkrut. Kamu senang kita jatuh miskin, hah!]
“Oh, Tuhan. Aku tidak mengerti, terbuat dari apa hati perempuan ini. Bagaimana bisa dia menyalahkan aku akan semua masalah yang terjadi.” Zea hendak membalas pesan-pesan itu tapi sulit karena hanya menggunakan jari tangan kirinya. Memilih menyimpan ponselnya dan kembali berbaring.
Esok pagi.
Zea terjaga karena mendengar suara pintu apartemennya. Beranjak turun dan ranjang dan berjalan keluar dari kamar, melewati pintu yang tidak memang tidak ditutup sejak semalam. Dahi Zea berkerut melihat ada kotak makan styrofoam yang sepertinya berisi makanan dan segelas air.
“Ini siapa yang menyiapkan?” gumam Zea. Ada sebuah memo di bawah gelas. Zea mengambil dan membacanya.
Habiskan dan jangan lupa minum obat.
Zea menoleh ke arah pintu. Dia yakin kalau tadi terbangun karena suara pintu tertutup.
Sedangkan di luar pintu apartemen Zea, Arjuna masih berdiri bersandar di dinding sebelah pintu. Sepagi ini dia sudah menyelinap masuk ke apartemen seorang perempuan bersuami. Arjuna ingat sekali pass code untuk membuka pintu apartemen Zea dan dia dengan sengaja datang tanpa memberi kabar. Membawakan bubur ayam juga menyiapkan segelas air agar Zea tidak kesulitan membuka botol air mineral untuk minum.
Bahkan Arjuna sempat masuk ke kamar Zea yang pintunya tidak tertutup, menatap wajah perempuan yang semalam sempat mengganggu aktivitas bi rahinya.
“Apa yang aku lakukan di sini, sampai mengantarkan sarapan segala. Padahal misiku mencari tahu sejauh mana hubungannya dengan papi,” gumam Arjuna. "Aku pasti sudah gila," ujarnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Hearty 💕
OB berani banget
2023-12-22
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
kalo tindakan kamu udah irrasional ...
fixed kamu udah jatuh cinta, Jun ... tapi gak sadar ato gak mau ngaku 🤪🤪
2023-10-18
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
kamu awalnya krn kepoh surepoh ... trus perhatian ... trus empati ... trus jatuh cinta deh Jun ...🤪😁
2023-10-18
0