Menyakiti Diri Sendiri

Zea sudah berada di ruang kerjanya saat membaca pesan dari Omar untuk pulang ke rumah, mengundang Zea makan malam. Zea yakin kalau bukan makan malam tujuan dia diminta datang, tapi ada hubungannya dengan Gavin.

Terdengar keributan, Zea pun keluar dari ruangannya.

“Ada apa ini?” tanya Zea. Terlihat tubuh Arjuna ditahan oleh Ucup sedangkan di hadapan Arjuna seorang pria yang merupakan bawahan Zea yang juga sedang dalam cengkraman rekan kerja Zea lainnya,  menahan agar keduanya tidak kembali saling menyerang.

“Oh. Maaf Bu Zea, ini hanya salah paham,” ujar Ucup.

“Salah paham tapi kalian berkelahi, kalian pikir anak SMA. Lepaskan mereka dan ikut saya.”

Disinilah mereka berada,  dalam ruangan meeting. Edo dan Arjuna duduk bersisian berhadapan dengan Zea. Sedangkan Ucup berdiri di belakang Arjuna,  Zea sendiri ditemani oleh bawahannya yang cukup senior. Ternyata perselisihan mereka karena Arjuna yang menjadi pusat perhatian para wanita. Menurut Edo, Arjuna terlalu berlebihan tebar pesona dan mengganggu ritme pekerjaan.

Keduanya sempat adu mulut kembali, Zea memijat kepalanya tidak percaya dengan hal yang mendasari perkelahian mereka.

“Sudah, kalian berjabat tangan dulu. Akhiri perselisihan, kalau masalah para wanita yang tidak fokus bekerja karena membicarakan Juna itu jadi urusanku. Ayo lakukan dan kembali bekerja.” Arjuna dan Edo akhirnya bersalaman lalu mereka kembali ke aktivitas masing-masing. 

Saat jam makan siang, Ucup mengantarkan makan siang milik Zea.

“Juna kemana?” tanya Zea.

“Wah. Ibu sudah seperti para perempuan lain nih, yang mulai menanyakan Juna terus.”

“Bukan begitu, tadi aku mintanya ke Juna.”

“Hehe, iya Bu. Ini dia yang beli tapi saya yang diminta antar, dia ke toilet sudah nggak tahan katanya.”

Zea hanya tersenyum mendengar penjelasan Ucup. Padahal Arjuna bergegas ke rooftop untuk menghubungi asistennya di kantor. Ada masalah yang harus didiskusikan, Arjuna memberikan arahan untuk penyelesaian dan berjanji sore ini akan langsung datang.

...***...

Zea sudah tiba di kediaman orang tuanya. Menyapa Ayah dan Ibunya, tepatnya Ibu tiri Zea dan dua orang adiknya yang sudah lengkap berada di meja makan.

“Suami kamu mana Kak?” tanya Lea adik perempuan Zea.

“Nggak ikut, masih kerja kayaknya.”

“Masih kerja atau selingkuh,” ejek Lea.

“Lea,” tegur Ayah.

Zea abai dengan ejekan itu, sudah terbiasa mendapatkan perlakuan yang menurutnya jauh dari keharmonisan keluarga. Memilih mengisi piringnya dengan menu yang ada di atas meja, semua mulai menikmati makan malam yang terhidang.

“Kamu bertengkar dengan suamimu?” tanya Omar disela suapannya.

Zea menggelengkan kepalanya, meraih gelas dan meminum beberapa teguk. “Dia ancam Ayah?”

“Bukan mengancam, tapi beberapa pemegang saham mulai menarik sahamnya.” Sang ratu menjawab mewakili Ayahnya.

Zea menganggukkan kepalanya. “Aku ingin bercerai.”

Sendok dan garpu yang dipegang oleh Omar terlepas dari tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh putri sulungnya.

“Kamu pasti sudah gila, Zea,” ejek sang Ibu.

“Dia kayaknya senang melihat kita jatuh miskin.” Lea pun ikut bicara. Hanya adik laki-lakinya yang diam tidak berkomentar.

“Ya, aku memang gila. Gila kalau masih mempertahankan pernikahanku dengan Gavin. Kalian hidup dengan nyaman karena pernikahan kami memberikan kepastian kerja sama bisnis Ayah, tapi tidak ada sikap atau kalimat yang baik aku terima dari kalian. Sedangkan aku dua tahun ini tersiksa menjalani rumah tangga dengan laki-laki brengsek itu,” tutur Zea dengan kedua matanya sudah mengembun.

Omar hanya diam mendengarkan penjelasan Zea.

“Kamu sudah ada suami, ikutlah dengan suamimu bukan foya-foya dengan uang Ayah. Selama ini sudah cukup kalian hidup enak di atas penderitaanku,” teriak Zea pada Lea adiknya.

“Zea, kamu ....”

“Apa? Mau menyiksaku sejauh apa lagi?” tanya Zea menyela ucapan Ibunya.  Bahkan suara Zea terdengar lebih tinggi.

“Zea, yang sopan kamu,” tegur Omar.

“Ayah minta aku sopan?” Zea mengerjapkan matanya agar tidak menangis. “Selama ini mereka tidak sopan kepadaku, Ayah tidak pernah peduli. Bahkan tadi pun begitu. Aku jadi bertanya-tanya, apa aku memang anak kandung Ayah?”

“Zea!” pekik Omar.

Zea mengambil tisu dan menyeka bibirnya, kemudian berdiri. “Aku sudah sampaikan niatku, jadi sebaiknya kalian bersiap. Bersiap untuk kemungkinan terburuk, jangan minta lagi aku berkorban untuk keluarga ini sedangkan kalian tidak pernah menghargaiku,” ungkap Zea sambil menahan tangis lalu pergi tanpa pamit.

“Ayah, kenapa diam saja. Bagaimana kalau perusahaan Ayah bangkrut, aku nggak mau ya harus hidup susah,” rengek Lea.

“Diamlah Lea, apa yang Zea katakan benar. Dia selama ini sudah berkorban untuk kebahagiaan kita.”

“Sebaiknya temui Zea, minta dia pikirkan kembali rencananya.”

Omar tersenyum sinis pada istrinya. “Kamu bisa mengatakan itu karena Zea bukan putri kandungmu. Bagaimana kalau Lea yang kita umpankan dengan pengusaha lain, apa kamu izinkan?”

“Omar.”

“Ayah.”

Pekik Istri dan putri Omar serempak.

Brak.

Putra bungsu Omar menendang salah satu kursi. “Ada apa dengan kalian, kenapa malah berselisih untuk memilih siapa yang harus menjadi korban. Apa aku harus bersiap untuk menjadi koban berikutnya.”

...***...

Hari ini Zea tiba di kantor lebih pagi dari biasanya, bukan tanpa alasan tapi dia menghindar bertemu dengan banyak orang karena kedua matanya yang masih bengkak. Sejak pulang dari kediaman orang tuanya, Zea menangis meratapi nasibnya.

Meyakini diri sendiri kalau malam itu terakhir dia mengeluarkan air mata karena kecewa pada keluarganya. Keluarga yang seharusnya membela dan melindunginya, tapi malah membuatnya tersiksa. Selalu menuntut untuk berbuat demi keluarga tapi tidak merasakan hangatnya keluarga.

Arjuna yang juga berangkat lebih awal karena Ucup mengeluh tentang jam kehadirannya. Bertemu dengan Zea di lift, sempat menyapa wanita itu yang hanya dibalas dengan senyum. Arjuna menatap penampilan Zea yang menunduk melalui dinding lift. Bahkan sempat melirik dan melihat mata Zea yang bengkak.

Romannya udah mulai perang nih, penasaran kayak mana akhir kisah hidupnya, batin Arjuna sambil tersenyum sinis.

“Bu Zea,” panggil Arjuna menghentikan langkah Zea.

“Ya.”

“Mau saya buatkan kopi atau teh?”

“Hm. Kopi boleh, jangan terlalu manis.”

“Siap, Bu,” sahut Arjuna sambil memposisikan tangan bak sedang hormat.

Tepat pukul sepuluh, lantai dimana Arjuna bertugas kedatangan Leo dan Direktur keuangan. Melakukan sidak dan meeting yang juga dadakan. Dalam ruangan hanya ada tiga orang termasuk Zea, Arjuna ikut bergabung untuk membawakan minum serta menyiapkan apa yang dibutuhkan.

“Aku dengar Ibu Zea kandidat tunggal CEO baru?” tanya Direktur Keuangan dengan nada mengejek. Arjuna yang sedang menghidupkan proyektor sempat menoleh sekilas ke arah Zea.

“Itu hanya kabar burung, karena belum ada pernyataan resmi dari Pak Abraham,” sahut Zea.

Leo menatap Arjuna yang sedang melirik Zea lalu bergumam tanpa suara, meminta Arjuna agar keluar ruangan.

“Entah kompetensi apa yang dilihat Pak Abraham dari Ibu Zea, atau memang Ibu Zea menawarkan layanan lain. Seperti layanan kepuasaan di ...."

“Maaf Pak, ucapan anda barusan termasuk pelecehan verbal.”

“Sebaiknya kita mulai rapatnya, Ibu Zea benar kalau Pak Abraham belum memberikan pernyataan resmi kalau beliau adalah calon CEO yang baru,” tutur Leo kemudian memulai rapat mereka.

Lebih dari dua jam rapat berlangsung, bahkan saat rapat berakhir hampir semua karyawan sedang keluar makan siang. Setelah memastikan Leo dan Direktur keuangan telah masuk ke dalam lift, Zea berlari ke ruangannya. Arjuna mengikuti dan berdiri tidak jauh dari pintu yang tidak tertutup rapat. Terdengar tangisan yang cukup menyayat hati.

Kenapa dia bisa sesedih itu, bukankah benar kalau Papi memilihnya bukan karena dia pantas dengan posisi CEO, batin Arjuna.

Prang!

Arjuna terperanjat mendengar suara dari dalam ruangan Zea. 

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ya udah ... kalo gitu boleh donk Zea cerai dari Gavin .. dan ayah udah siap utk gantian berkorban demi Zea ... perusahaan bangkrut dan jadi miskin ...

2023-10-18

1

Defi

Defi

Lepaskan Zea, untuk apa bertahan toh keluargamu tidak ada yang peduli dan menghargaimu

2023-01-30

2

Es Cendol

Es Cendol

tos lier eta zea

2023-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Kisah Bermula
2 Penolakan Arjuna
3 Dasar Gil*
4 Arjuna VS Juna
5 Aneh ....
6 Menyakiti Diri Sendiri
7 Masih Ada Perempuan Lain
8 Aku Pasti Sudah Gila
9 Tunggu Saja
10 TamubTak Diundang
11 Aku Tidak Selingkuh
12 Arjuna Mencari Cinta
13 Karena Cinta
14 Zea Yang Aneh
15 Apa Yang Akan Terjadi
16 Kenapa?
17 Bukan Marah Tapi Cemburu
18 Siapa Zea ?
19 Tawaran Mery
20 Terbawa Suasana
21 Tingkah Arjuna
22 Zea Cemburu
23 Bertemu Maureen
24 Tapi Kamu
25 Hanya Ingin Peluk
26 Apa Kabar, Sayang?
27 Calon Suamimu
28 Belum Ada Judul
29 Ikut Saya
30 Trending Topic
31 Kedatangan Lea
32 Tamu Di Pagi Hari
33 Siapa Mauren?
34 Undangan Dari Abraham
35 Dua Syarat
36 Pria Yang Sama
37 Berusaha Tegar
38 Jangan Menghindariku
39 Cemburu
40 Perjuangan Arjuna
41 Semoga ....
42 Mencintainya
43 Wanita Itu ....
44 Ancaman Si Pria Tua
45 Rencana
46 Menyesal
47 Hukuman
48 Batalkan
49 Calon Mertua
50 Arjuna ....
51 Dengan Atau Tanpa Restu
52 Bucin
53 Rencana Gavin
54 Gagal ....
55 Pergi
56 Move On
57 Antara Denpasar dan Seminyak
58 Bayi Siapa?
59 Rencana Arjuna
60 Bertanggung jawab
61 Akhirnya, SAHHH
62 Malam Kedua
63 Kejutan
64 Gara-gara Parfum
65 Kamu ....
66 Kangen Anak
67 Percaya Aku
68 Marahnya Arjuna
69 Arjuna's Family (End)
70 BOSKU DUDA AROGAN
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Kisah Bermula
2
Penolakan Arjuna
3
Dasar Gil*
4
Arjuna VS Juna
5
Aneh ....
6
Menyakiti Diri Sendiri
7
Masih Ada Perempuan Lain
8
Aku Pasti Sudah Gila
9
Tunggu Saja
10
TamubTak Diundang
11
Aku Tidak Selingkuh
12
Arjuna Mencari Cinta
13
Karena Cinta
14
Zea Yang Aneh
15
Apa Yang Akan Terjadi
16
Kenapa?
17
Bukan Marah Tapi Cemburu
18
Siapa Zea ?
19
Tawaran Mery
20
Terbawa Suasana
21
Tingkah Arjuna
22
Zea Cemburu
23
Bertemu Maureen
24
Tapi Kamu
25
Hanya Ingin Peluk
26
Apa Kabar, Sayang?
27
Calon Suamimu
28
Belum Ada Judul
29
Ikut Saya
30
Trending Topic
31
Kedatangan Lea
32
Tamu Di Pagi Hari
33
Siapa Mauren?
34
Undangan Dari Abraham
35
Dua Syarat
36
Pria Yang Sama
37
Berusaha Tegar
38
Jangan Menghindariku
39
Cemburu
40
Perjuangan Arjuna
41
Semoga ....
42
Mencintainya
43
Wanita Itu ....
44
Ancaman Si Pria Tua
45
Rencana
46
Menyesal
47
Hukuman
48
Batalkan
49
Calon Mertua
50
Arjuna ....
51
Dengan Atau Tanpa Restu
52
Bucin
53
Rencana Gavin
54
Gagal ....
55
Pergi
56
Move On
57
Antara Denpasar dan Seminyak
58
Bayi Siapa?
59
Rencana Arjuna
60
Bertanggung jawab
61
Akhirnya, SAHHH
62
Malam Kedua
63
Kejutan
64
Gara-gara Parfum
65
Kamu ....
66
Kangen Anak
67
Percaya Aku
68
Marahnya Arjuna
69
Arjuna's Family (End)
70
BOSKU DUDA AROGAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!