“DON, izinin gue kagak masuk sekolah hari ini ya.”
“Lah, kenapa lu,” tanya Firdan di ujung telepon sana.
“Gue jagain Arga.”
“Hah ? Maksudnya,”
“Arga kecelakaan, gue harus jagain dia.”
“Kok bisa,”
“Nabrak Pembatas jalan. Udah ya, gue mau lanjut.” Kemudian Mika memutuskan sepihak teleponnya.
Mika masa bodoh jika ia dianggap tidak tahu diri atau semacamnya. Intinya, berbicara Firdan itu nggak bakal berhenti kalau nggak kita yang berhentiin.
“Gimana,” tanya Arga ketika Mika sudah duduk di kursi dekat ranjangnya.
“Gue udah nyuruh Firdan bikin surat.”
Arga mengangguk.
“ Arga, itu buburnya dimakan dulu, entar keburu dingin
“Nggak enak, hambar. Nggak ada rasanya. Enakan juga bibir lo.”
Mika berdecak. “Lagi sakit, otaknya ke mana-mana.”
Arga nyengir.
“Dimakan dulu, biar cepet sembuh.” Mika meraih mangkok bubur yang ada di nakas lalu mengaduk buburnya.
“Gimana kalau lo beliin gue roti,” tanya Arga yang benar-benar jijik Pada bubur yang ada di hadapannya.
“Nggak boleh. Kata dokter, lo harus makan bubur ini,” ujar Mika tegas.
Arga menghela napas berat.
“Biar gue suapin.”
Arga mengangguk tanda menyetujui. Lagi Pula tangannya belum terlalu bisa dibawa beraktivitas. Setelah menyuapi Arga dan memberinya minum, cowok itu berucap kalau ia mengantuk. Mungkin efek dari obat.
...Ibay...
...Wuyyy Kak Arga dirawat di mana...
...Satya...
...Kita mau jenguk ini...
...Ridwan...
...Lah Arga emang kenapa...
...Kevin...
...Dia hari ini nggak masuk, tapi nggak ngasih keterangan, tumben banget...
...Boby...
...Lah, kok bisa...
...Ibay...
...Ya bisalah, Kak...
...Boby...
...Maksud gue, gimana ke jadiannya anjir...
...Firdan...
...Nabrak Pembatas jalan kata si Mika...
...Satya...
...Mik, muncul kek elah. Kita nunggu jawaban dari elu ini....
...Mika...
...Kangen kan lo Pada gue kagak masuk kelas...
...Raina...
...Najis sumpah...
...Sela...
...Ya ampun Kak Arga kesian banget...
...Ibay...
...Dirs mana ogeb...
...Mika...
...Kalian pasti mau ketemu sama gue kan ??? Udah tahu gue mah...
...Surya...
...Untung Cantik kamu ya, Dek...
...Satya...
...Ngajak ribut ae sih lu...
...Ibay...
...Orang stress ih...
...Mika...
...HAHA di rs Pelita harapan...
...•••••...
" Assalamualaikum, ya ahli kubur.” Ibay mengucapkan salam ketika membuka Pintu ruang rawat Arga
Tadi, tepat ketika bel Pulang sekolah berdering, semuanya bergegas menuju rumah sakit tempat Arga dirawat.
Ibay dan yang lainnya masuk ke dalam ruang rawat Arga
“Nih, gue bawain buat lo,” ujar Ibay meletakkan bingkisan buah buahan di atas nakas.
“Eh, Anjing! Itu modalnya Patungan, seenaknya ngomong dari lo. Matung cuma goceng ae belagu,” celetuk Firdan.
“Selow, Bos. Nggak usah ngegas.”
“Kalian, kalau mau ribut mending jangan di sini deh. Pergi ae lu sono, bikin ribut mulu kerjaannya,” ujar Mika sarkastik.
“Ibu Negara marah marah,” ledek Satya.
“Udah udah, berisik,” sentak Raina.
“ Arga kaki lo kok Pake kruk,” tanya Ridwan menunjuk ke arah Kaki Angkasa.
“Patah,” jawab Arga memandang sekilas kakinya.
“Tapi selek—”
“Udah, kagak usah bahas itu dulu,” sergah Surya lalu duduk di kursi yang disediakan.
“Mik, untung lu kagak sekolah. Kalau sekolah, lo bakalan gedek setengah mampus sama si cewek caper,” ujar Ibay ngegas.
“Cewek caper,” tanya Sela.
“Itu, si Fani.”
Baik Sela atau yang lain mengangguk.
“Lah, emang kenapa? Bikin halu lagi dia,” tanya Mika kepo.
“Masa ya, tadi dia numpahin cat lukisnya ke buku gambar gue. Udah tahu gue bayar orang buat gambar, eh, dia enak-enaknya malah hancurin gambaran gue,” keluh Ibay dengan muka kesalnya.
“Heran deh tuh anak, bikin halu mulu Perasaan. Untung gue kagak ada,” ujar Mika dengan tawanya. Wajah Ibay sontak berubah masam membayangkan masalah tadi.
“Jangan benci banget elah. Entar jodoh, baru tahu rasa,” celetuk Boby.
Ibay bergidik ngeri. “Amit-amit jodoh gue cem dia. Mending gue jomblo dah.”
Boby geleng geleng kepala. “Emang lo mau jomblo terus,”
“Ya kagak juga, Bang.” Ibay nyengir.
...•••••...
“Lo Pulang dulu ya. Mandi, terus istirahat. Nanti balik lagi ke sini.” Angkasa membujuk ketika Mika kukuh untuk tetap menjaganya.
“Kok maksa sih ? Nggak mau.”
Arga menghela napas. “Pulang ya?”
“Nggak,”
“Lo jelek tahu, udah nggak mandi dari kemaren.”
“Biarin.”
“Lo jelek tahu, udah nggak mandi dari kemaren.”
“Biarin.”
“Lo kurang tidur dari semalam, makan juga dikit doang. Kalau lo sakit, gimana? Yang jagain gue, siapa,” ujar Arga. “Pulang dulu ya.”
Mika diam. “Tapi gue nggak mau ninggalin lo sendirian.”
Arga tersenyum. “Gue nggak papa. Lagian, gue cuma tiduran doang.”
“Tapi tetep aja gue nggak bisa ninggalin lo sendirian.”
“Gini aja. Kalau gue tiba-tiba butuh sesuatu atau kenapa napa, gue bakal langsung telepon lo saat itu juga. Gimana,"
Mika berpikir sesaat, lau mengembuskan napas beratnya. “Ya udah, iya gue Pulang. Tapi inget, kalau ada apa apa langsung telepon gue.”
Arga mengembangkan senyumnya.
“lya, Sayang.”
Mika beranjak dari duduknya dan membenahi barang barangnya ke dalam tas. Ia lalu berjalan ke arah brankar Arga. “Gue Pulang dulu, bentar doang. Jangan kangen.”
“Kiss-nya dulu,” goda Arga sambil menunjuk bibirnya sendiri.
Mika memajukan tubuhnya lalu mencium bibir Arga sekilas.
“Bentar banget,” Protes Arga
“Lagi sakit juga ! Makanya cepetan sembuh.”
“Iya. Ya udah, cepetan Pulang. inget, lo harus istirahat dulu, baru balik lagi ke sini.”
“Iya. Bawel banget sih. Ya udah, gue balik dulu. inget kata-kata gue,” ujar Mika memperingati sebelum berlalu dari hadapan Arga
...•••••...
Setelah sekitar 3 jam waktu bagi Mika untuk bersih-bersih diri dan beristirahat, akhirnya ia kembali melangkahkan kakinya ke kamar inap Arga
Dan inilah momen yang sangat tidak diinginkan olehnya. Melihat di ruang rawat tersebut ada sosok wanita baya yang tengah menatap sinis Pada dirinya. Mika berjalan kaku ke sebelah ranjang Arga. Kali ini tak ada mertuanya.
“Suami sakit malah keluyuran,” sindirnya tajam.
Mika merutukinya dalam hati. Kalau bukan omanya Arga, ia Pasti akan menyumpahinya cepat mati atau apa Pun yang membuat hatinya senang.
“Oma, kan tadi aku udah bilang, Mika Pulang aku yang nyuruh,” ujar Arga menengahi.
“Sayang, Oma carikan wanita yang lebih Pengertian mau ya,” tawar Oma dengan tulus.
“Oma, apaan sih ? Nikah itu sekali seumur hidup. Mika juga udah cukup,” balas Arga lalu menggenggam lengan Mika yang berkeringat dingin dengan erat.
“Heran, Oma. Apa bagusnya dia sih,” dumelnya.
Arga hanya tersenyum., “Oma katanya mau sebentar doang.”
“Kamu ngusir Oma,”
Arga menggeleng gelengkan kepalanya. “Tadi Oma yang bilang sendiri.”
“Kamu jadi ketularan dia, kan ! Nggak Punya sopan santun sama yang tua.” Oma langsung menunjuk ke arah Mika dengan tatapan tajamnya. “Udah ah, capek Oma ngurusin kalian berdua. Oma Pulang dulu.” Kemudian Oma beranjak dari duduknya, mencium kening Arga dan mengusap rambutnya lembut. Setelah itu barulah Oma meninggalkan ruangan.
“Siapa juga yang mau diurus situ Emang gue masih bayi apa,” Mika mendumel kesal ketika wanita tua itu sudah Pergi.
Arga terkekeh. “Nggak boleh gitu.”
“Untung ya, Arga hati gue terbuat dari baja. Coba kalau nggak, udah gue jorogin kali tuh orang.”
“Udah, udah. Jangan ngomongin orang dari belakang, dosa.”
Sudah terhitung tiga hari Angkasa dirawat di rumah sakit. Dari Pihak rumah sakit sudah memperbolehkan Arga untuk Pulang tetapi dengan catatan kruk yang berada di kakinya masih harus dipasang sampai benar benar dinyatakan sembuh. Dan ia juga masih belum dianjurkan untuk melakukan aktivitas berat, misalnya lari larian atau naik turun tangga.
“Semua udah siap kan, Be?” tanya Satya sambil menjinjing tas besar Perlengkapan Arga selama di rawat. Dan sekali lagi Mika mengecek barang barang siapa tahu ada yang tertinggal.
“Udah.”
“Ayo, Kak. Gue bantu,” ujar Ibay sambil memapah Arga ke kursi roda.
“Ck, ngapain Pake kursi roda segala sih ? Gue nggak lumpuh,” Protes Arga
“Diem coba, Protes mulu.” Mika sewot.
“Cepetan, Bay, Kak Surya udah di depan katanya,” ujar Satya sambil memegang handphone nya.
“Ayo, capcus,” seloroh Ibay sambil mendorong Pelan kursi roda Arga
Satya dan Mika berjalan di belakangnya dengan tangan menjinjing masing masing tas.
“Buset dah. Lu bawa Pakean Kak Arga buat dirawat, apa mau liburan Banyak banget.”
“Bacot.”
“Kalian bolos,” tanya Arga
Ketiganya nyengir. Angkasa menghela napas. “Sebagai gantinya, entar kalian gue traktir.”
Sontak Ibay dan Satya langsung bersorak senang.
“ Arga ngapain sih, Buang-buang duit traktir mereka berdua. Mereka kalau dibaikin tuh suka ngelunjak tahu.”
“Sirik ae lu.” Satya menoyor kepala Mika.
“Mulai ! Toyor lagi aja, ikhlas gue, Nyet.” Mika sewot. Satya tertawa begitu juga Ibay dan Arga.
“KAK,” teriak Satya di tengah-tengah keramaian ketika mendapati Surya tengah berdiri dengan mobil di sampingnya di depan Pintu utama rumah sakit.
" Kagak usah kampungan juga, anjir.” Mika menoyor kepala Satya.
“Iya, Sat, lo malu-maluin banget,” celetuk Ibay.
“Ya, serah gue, dong kok kalian yang sewot.”
“Pengen gue sleding, tapi kesian,” gumam Ibay.
“Kalian jemput Arga, apa ikut Pengajian sih Lama amat,” gerutu Surya.
“Selow dong, Kak. Kan kita jalannya Pake kaki, bukan ngerayap.”
“Berisik. Bantuin gue berdiri,” ucap Arga
Dengan sigap Surya membantu Arga berdiri dan memapah Arga untuk masuk ke dalam mobil.
“Cepetan masuk Mau gue tinggalin,”
“ Arga jangan sekolah dulu! Entar aja kalau udah baikan,” Protes Mika ketika mendapati Arga tengah bersiap dengan seragamnya.
“Gue udah enakan,” ujarnya tanpa mengalihkan Pandangannya.
Mika melangkah mendekati Arga
“Apa gue juga bolos aja kali ya ? Biar jagain lo.”
“Kesenengan di elonya kalau bolos.”
Mika nyengir.
“Entar kalau oma lo tahu, bisa-bisa gue lagi yang kena semprot.”
“Ya kali.”
“Biar gue izinin aja deh entar ke wali kelas lo kalau lo masih sakit.”
Arga tak menjawab.
“ Arga dengerin gue ih.”
Arga menoleh. “Gue mau sekolah. Ngapain juga di rumah.”
“Ya udah.”
Arga tak menjawabnya dan sibuk mengancing seragam. Ia menggapai dasi yang ada di samping, tempat ia duduk. Ketika akan mengalungkan dasi Pada lehernya, dengan cepat benda tersebut direbut oleh tangan lain yang mencoba mengalungkan dasi tersebut Pada lehernya.
Arga tersenyum. “Mukanya jangan ditekuk Senyum dong.”
Mika Pura-pura tak mendengarkannya dan malah sibuk membuat simpul Pada dasi Arga. Dengan sengaja Arga mengalungkan kedua lengannya Pada Pinggang Mika dan menariknya mendekat.
“Diem coba.” Mika mendengkus.
“Baju tuh dimasukin,” bisiknya Pada Mika lalu merapikan setiap ujung baju seragam Mika dan memasukkannya lewat celah rok ketat Mika.
“Modus lo.”
Arga nyengir. “Sama istri sendiri.”
“Selesai,” ucap Mika ketika telah selesai menyimpulkan dasi Arga
Karena Posisi Arga yang duduk sedangkan Mika berdiri, membuat Angkasa harus mendongakkan kepalanya. “Kita hari ini otw Pake taksi. Lo nggak papa,” tanya Arga
“Gue nggak apa-apa Tapi lo bisa nggak,”
Arga mengangguk. “Kan ada lo.”
...•••••...
“Rame banget anjir di luar,” ujar Firdan.
“Ya iyalah rame, kan ada seleksi basket nasional, Bego,” seloroh Ibay.
“Jan ngegas juga, Kambing,"
“Lo pada kenapa kagak ikut aja sih Siapa tahu lolos.”
“Gini ya, Be. Bukan mau sombong gue mah. Cuman basket bukan gue banget. Nah, kalau gue lolos, kasihan dong yang udah Pengen banget tapi gagal cuma gara-gara gue,” ujar Satya dengan sombongnya.
“Anjir lo.” Satya nyengir.
“Gue Pengen sih, tapi males, entar item,” seloroh Ibay.
“Cowok apa banci lu? Takut item.”
“Serah gue dong.”
Mika berdecak. “Kalau lu, Don?”
“Gue nggak suka Pegang bola basket. Sukanya Pegang bola cewek,” ujar Firdan dengan nyengir lebar.
“Kampret lo ! Bola emak lo sana Pegang,” sahut Satya.
“Mana enak.”
“Yeuuhh ... ngajak ribut aja si Maman.”
...••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Daniel Daniel
ceritanya bagus banget Thor
2023-01-25
0
Rio Rio
lanjut Thor
2023-01-24
0