EPISODE 4 UNDANGAN DAN GAUN

...•••••...

Mika berjalan mengendap-endap melewati Pintu Rumahnya. Niatnya agar sang Mama tidak mengetahui bahwa dirinya telah Pulang.melewati Pintu Rumahnya. Niatnya agar sang Mama tidak mengetahui bahwa dirinya telah Pulang.

“Kamu lagi Ngapain, Sayang ? Kok jalannya gitu”

" Kok Nggak marah ? batin Mika seketika.

Mika menoleh. Aneh sekali mamanya tidak marah. Oh, rupanya

“Kamu lagi Ngapain, Sayang ? Kok jalannya gitu”

" Kok Nggak marah ? batin Mika seketika.

Mika menoleh. Aneh sekali mamanya tidak marah. Oh, rupanya karena ada cowok menyebalkan itu.

“Kok malah bengong ? Sini, ada Arga.”

“Ngapain sih, Ma ? Tadi kan mau marah, kok malah manis-manis gini,” ujar Mika blak-blakan.

Mamanya langsung mendelik tajam.

" Kenapa kamu Nggak bilang dari tadi sih kalau kamu lagi sakit kepala sih Mama kan nggak harus repot-repot marahin kamu tadi.”

Mika terdiam sesaat. Gadis itu melirik ke arah Arga yang tengah membuang wajah.

“Nah, karena Mika udah ada, jadi kalian ngobrol berdua, ya. Mama mau ke dapur dulu.” Feni berdiri dan meninggalkan Mika dan Arga

“Ngapain lo ke sini,”

Arga menatapnya sekilas lalu beralih lagi Pada layar handphone-nya.

Mika berdecak. “Mendadak gagu lo,”

Namun setelahnya Arga menyodorkan layar handphone ke arahnya.

“Gue Pilihin gaun itu buat lo.”

Mika meneliti gambar yang tertera di layar handphone Arga. Gaun itu berwarna Putih seperti kebanyakan. Tapi yang menarik Perhatian Mika adalah kenapa gaun itu tertutup sekali ?

“Gue Nggak mau,” ujar Mika mutlak.

Arga langsung menatap sinis ke arah Mika.

“Gue Udah booking yang itu.”

“Tapi gue Nggak mau. Gaun model apaan, nggak ada menarik-menariknya sama sekali."

“Lo Nggak bisa Protes.”

“Kenapa Nggak ? Itu hak gue. Gue masih bisa batalin booking-an lo. Butik itu Punyanya tante gue,” balas Mika yang berakhir sombong.

Arga menyunggingkan sebelah bibirnya.

" Silakan kalau bisa. Orang tua lo udah setuju.”

Mika lagi-lagi dibuat naik Pitam olehnya.

" Kita belom nikah aja lo udah berani banget ngatur-ngatur hidup gue. Apalagi nanti. Sekalian aja gue napas atau nggak lo yang tentuin,” ujar Mika kesal.

Arga berdiri dan menyampirkan ranselnya di bahu.

“Gue Pulang,” ujarnya datar.

“Terus aja lari dari masalah. Banci,”

Dan setelahnya Mika mendapati Arga tengah berpamitan Pada mamanya dengan senyuman manis.

Dasar bermuka dua

...•••••...

Ketika malam Minggu tiba, Mika merutuki sifat mamanya yang terlalu berlebihan. Di sinilah ia sekarang, duduk berdua dengan Arga di taman belakang rumahnya dengan masing-masing tangan memegang undangan Pernikahan. Mika mengamatinya dengan tidak antusias sama sekali.

“Undangan apaan nih Arga Alay banget Sumpah,” komentarnya ketika selesai meneliti keseluruhan Permukaan undangan tersebut Arga hanya diam masih mencermati isi dari undangan tersebut. “Pokoknya gue nggak mau semuanya kesebar. Termasuk temen-temen lo," celoteh Mika yang hanya direspon anggukan oleh Arga

" Jangan ngangguk doang, ngomong dong.”

“Iya.”

“Terus, gue Nggak mau lo ikut campur banyak di kehidupan gue.” Dan selanjutnya Mika mendapati Arga menatapnya.

" Kenapa ? Nggak suka," tanya Mika.

“Nggak.” Arga mengalihkan tatapannya.

“Bagus.” Mika tersenyum Puas.

" Di sekolah, lo Pura-pura nggak kenal gue. Kayak biasanya aja.” Arga mengembuskan napas beratnya lalu berujar mantap

" Oke, gue setuju sama semua ocehan lo.”

Mika tersenyum lebar,

“Ada yang Perlu gue omongin.” Mika menatap Angkasa serius.

" Setelah nikah, kita bakal tinggal serumah."

“What,”