Bab 19

Dengan taksi online Anjas pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit. Anjas masuk ke dalam kamar rawat inap ayahnya. Di sana ayah dan ibunya sudah siap untuk pulang.

"Bu ayo kita pulang. Aku akan bantu ayah." kata Anjas saat menghampiri mereka.

"Tidak usah nak. Ayah bisa sendiri." kata ayahnya. Tapi meraih tangan istrinya.

Mengerti maksud ayahnya, Anjas hanya mengangguk. Lalu beralih mengangkat tas pakaian milik ayahnya.

"Baiklah. Biar aku yang membawa tas nya." meraih tas yang ada di tangan ibunya.

"Terimakasih nak." sambut ibunya.

Saat mereka keluar rumah sakit, taksi online yang dipakai Anjas masih menunggu. Anjas memang memesannya untuk dua titik pemesanan. Titik pertama ke rumah sakit dan yang kedua ke rumah mereka.

Di perjalanan pulang. Dalam taksi online.

"Ayah, ibu. Aku berencana untuk membeli rumah untuk kita. Biar kita tidak kena banjir lagi." ujar Anjas memecah suasana.

"Jangan terlalu memboroskan uang nak. Kau gunakan saja untuk memulai usaha mungkin." sahut ibunya.

"Tidak Bu. Kalian telah merawat aku sejak usia 4 tahun. Aku tidak bisa membalas kebaikan kalian. Maka dari itu aku ingin membahagiakan kalian dulu. Baru itu kebahagiaanku." sanggah Anjas. Namun dengan santun.

"Ini juga masih banyak uang sisa nanti untuk buka usaha sendiri. Masih cukup untuk membeli rumah." lanjut Anjas.

"Baiklah nak. Ayah tidak akan menolak.

Sekitar 30 menit mereka telah sampai di rumah. Anin tidak ada di rumah karena dia sudah berangkat ke sekolah. Karena ini hari Senin.

Di dalam rumah.

Ayah Anjas langsung diantar ke kamar tidur. Dengan ditemani ibunya.

"Akhirnya bisa pulang." kelegaan ayah Anjas.

"Karena ayah sudah di rumah. Biar ibu yang rawat." menatap ibunya Anjas melanjutkan, "Bu, ibu tak perlu lagi pergi mencuci di rumah Juragan Burhan dan yang lainnya. Aku bisa membiayai kalian semua. Juga membiayai sekolah Anin." ujar Anjas sambil duduk di bangku dekat kasur.

"Selama ini ayah tidak bisa berbuat banyak. Tidak bisa menemukan orang tua kandungmu saja sampai sekarang masih belum bisa." ayahnya menunduk.

"Apakah ada benda saat itu yang menempel di tubuhku? atau sejenisnya?" tanya Anjas. Dia juga memiliki tujuan untuk mencari tahu siapa keluarga kandungnya.

"Ah iya saat itu kamu mengenakan pakaian yang aneh dan kalung yang aneh juga." menatap istrinya. "Ella, coba kau ambilkan pakaian dan kalung yang dulu Anjas pakai waktu kita menemukan dia." suruh ayahnya Anjas.

Segera ibunya mengambil sesuatu dari lemari. Itu adalah pakaian satu rangkap. Atas dan bawahannya menyatu. Ada resleting dari bagian perut ke leher. Terbuat dari bahan kulit sintetis. Yang jika dipakai pasti ketat di badan. Berwarna putih bersih. Di bagian dada kiri juga tertulis nama 'Anjas'.

Lalu Anjas beralih ke kalung yang berbentuk seperti huruf 'L'. Berwarna hitam dan tali aluminium.

"Baiklah. Biar aku yang simpan ini semua. Agar aku bisa mencari sendiri." karena bingung juga Anjas pun hanya menyimpan kedua benda tersebut. Dia ke kamarnya tapi dengan cepat dia menyuruh sistem untuk menyimpan benda-benda tersebut di inventori.

Anjas menghampiri orang tuanya lagi.

"Ayah, ibu, aku pamit pergi kerja dulu yah." pamit Anjas. Lalu pergi keluar rumah dengan motornya.

Sementara itu di markas geng The FALCON.

"Sekarang geng kita dipimpin oleh orang yang lebih kuat dariku. Namanya Anjas. Ketua baru kita harus dilindungi. Jika ada yang ingin mencari masalah dengan ketua berarti mencari masalah dengan kita juga." Justin yang sudah terlihat sehat sedang berpidato di depan anak buahnya.

"Aku sebagai wakil ketua geng masih akan memegang kendali. Tapi perintah tetap dari ketua. Paham kalian!?" seru akhir kata Justin.

"PAHAM WAKIL KETUA!" sahut serentak 35 orang anggota geng.

"Justin!" teriak seorang pemuda yang menerobos masuk ke dalam markas mereka. Pemuda itu tidak sendirian ada seorang lagi di belakangnya.

Justin menoleh. Dia melihat seorang yang dia kenal. Itu Jordan dan Dion dari geng Metal Sins. Mereka hanya datang berdua. Dua orang terkuat dari Utara.

"Ada urusan apa kau Jordan?" Justin mengangkat tangan karena ada beberapa anak buahnya yang ingin menyerang dua orang itu.

"Kau sangat lemah. Bagaimana bisa kau kalah dari orang luar geng? Di mana orang itu sekarang?" Jordan berjalan santai dengan tangan di sakunya.

"Sudah hukum alam. Yang kuat berkuasa dan yang lemah tunduk. Aku ingin lihat siapa yang berhasil menundukkan Justin si tinju Belanda." sambung Dion di belakang Jordan.

"Jika kau ingin bertemu dengan ketua kami. Ini alamat tempat kerjanya." kali Julia datang menyela.

"Terimakasih cantik." Jordan meraih kertas kecil yang diberikan oleh Julia.

"Ayo." Jordan dan Dion pun pergi. Tidak ada yang bisa menahan mereka.

"Kak Justin, apa tidak apa-apa mereka membiarkan pergi?" tanya Julia.

"Jika Anjas bisa mengalahkan Jordan sepupu kita. Kita bisa jadi aliansi kuat. Kita lihat saja kabarnya." jawab Justin.

"Opan. Kau susul mereka tapi jangan sampai ketahuan. Pantau situasinya. Lalu kasih kabar pada." perintah Justin pada salah satu anak buahnya.

"Baik wakil ketua." Opan langsung berlari mengikuti dua orang tadi.

"Semoga ketua bisa mengalahkan Jordan." gumam Julia pelan. Tapi masih bisa didengar oleh Justin.

Anjas datang ke Toserba itu bukan untuk bekerja. Dia datang untuk meminta berhenti. Makanya saat sampai dia meminta Yuni untuk menghubungi pak Umar untuk datang ke toko saat itu juga. Di sana juga Dendi sudah tiba. Dia akan masuk jika Anjas sudah tiba.

Tidak lama pak Umar datang. Dia terkejut saat Anjas menyatakan bahwa dia ingin berhenti kerja di toko.

"Nak Anjas. Siapa yang akan mengganti kau nanti. Dendi saja belum genap seminggu ini bekerja di sini." ucap pak Umar dengan suara sedikit meninggi.

"Maaf pak. Tapi keputusan saya sudah bulat. Saya bisa mencari orang lain. Bapak jangan khawatir. Bapak percaya kan sama saya?" sahut Anjas agar pak Umar tidak lebih marah.

Anjas langsung mengambil HP nya dan menelpon seseorang.

Saat telepon di seberang diangkat suara wanita terdengar.

"Maryam, segera kamu ke alamat yang akan aku kirim. Datang sekarang." kata Anjas dingin. Juga langsung menutup telepon.

Anjas mengirimkan alamat toko itu melalui pesan WA. Sambil menunggu Maryam. Anjas mengajak pak Umar bicara lagi.

"Pak sebagai cendramata. Saya akan memasang CCTV di toko ini. Biar biaya pemasangan dan rawat saya yang tanggung." ucap Anjas mantap.

"Apa kamu yakin?" melihat Anjas mengangguk pak Umar pun berkata, "Terimakasih nak Anjas. Seharusnya aku yang melakukan hal itu. Bukan kau. Aku akan percayakan orang yang akan mengganti kau. Kau urus dia sampai bisa menjaga kasir nanti." setelah itu pak Umar pun pergi. Dia masih ada urusan lain.

Sambil menunggu. Anjas berkemas membersihkan toko dan merapikan barang toko. Mungkin itu hal terakhir dia lakukan di toko itu.

Di luar sebuah mobil sport merek Audi terparkir. Dua orang pemuda keluar dari mobil itu. Yang satu berambut pirang berjalan di depan. Yang satu berambut cokelat berjalan di belakang si pirang. Ya, mereka adalah Jordan dan Dion.

Terpopuler

Comments

DediKarismatikCharlieWade84

DediKarismatikCharlieWade84

mau cari mati kah

2023-07-13

3

John Singgih

John Singgih

musuh datang cari masalah

2023-07-10

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Sippp....

2023-03-06

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!