Bab 7

Sampai di lantai 2. Anjas menelusuri koridor menuju apartemennya.

"24... 25... nah ini dia nomor 26." Anjas melihat angka pada pintu.

"Oke ayo kita lihat apartemenku yang seharga puluhan juta ini." Anjas masuk.

Dia terpaku saat masuk. Apartemen itu sangat luas bisa lebih luas dari rumahnya sekarang. Dengan dua kamar lengkap dengan kamar mandi dalam, satu toilet di samping dapur. Dapur juga agak luas dengan kulkas dan perlengkapan masak. Ada ruang tamu lengkap dengan TV yang sebesar 30 inc juga 3 sofa yang empuk. Ada balkon seluas 3x2 meter juga.

"Ini luar biasa." kata pertama Anjas setelah berkeliling apartemen miliknya.

Setelah beberapa saat mengagumi keindahan apartemennya. Anjas pun menata pakaian yang dia beli tadi di lemari. Biar terlihat baik dia mandi dan mengganti pakaian baru. Dia ke dapur, memeriksa kulkas.

"Wow... sudah disiapkan oleh pengelola ternyata. Jadi tidak perlu belanja untuk beberapa Minggu ke depan." gumam Anjas.

Memang semua fasilitas sudah ada dan teratur hingga isi dalam kulkas pun tersedia juga. Sistem sungguh memberikan hal nyata pada Anjas.

"Oke kalau begitu. Aku harus menjemput Anin di sekolahnya." Anjas menuju pintu.

Baru saja dia membuka pintu. Seorang wanita dengan penampilan seksi menerobos masuk ke dalam apartemen Anjas. Sehingga Anjas terdorong masuk kembali ke dalam. Juga dengan cepat si wanita seksi itu mengunci pintu.

"Apa maksudnya ini? Siapa kamu? Kenapa masuk ke apartemenku tanpa izin?" Anjas menarik lengan wanita itu dan bertanya.

"A... aku sungguh minta maaf tuan. Aku tidak bermaksud untuk menerobos masuk tanpa izin. Aku sedang dikejar oleh orang jahat. Mereka ingin memperkosaku." jawab si wanita seksi dengan kepala menunduk.

"Kenapa bisa begitu? Aku harus pergi tidak bisa menunggu kau disini." kata Anjas sambil membuka kembali pintu.

Saat ingin keluar Anjas berkata "Kau bisa tinggal disini untuk sementara. Kau bisa menggunakan pakaian yang ada di lemari dan jika kau bisa memasak ada bahan makanan di kulkas. Selain itu jangan sentuh apa pun." jelas Anjas lalu menutup pintu.

Anjas tidak takut wanita menipu dia. Soalnya sistem langsung melakukan scanning kepada wanita itu. Dia mengetahui namanya Maryam Nuryanti berasal dari sebuah kota di Jawa timur. Sistem juga bisa mendeteksi kebohongan dan yang dikatakan oleh wanita itu benar dan tidak berbohong. Anjas berspekulasi bahwa wanita ini ditipu oleh orang lain.

Saat setelah Anjas menutup pintu. Dia melihat Ada tiga orang bertubuh kekar dengan kemeja dan celana hitam sedang mondar-mandir di koridor. Mereka sedang mencari sesuatu. Saat Anjas ingin melewati mereka salah satu dari mereka menghampiri Anjas dan bertanya.

"Woi bung... kau lihat tadi ada wanita dengan pakaian seksi gaun hitam lewat sini?" tanya pria berambut cepak.

"Aku penuhi baru disini. Jadi aku tidak melihat orang yang dimaksud." Jawab Anjas sedikit berbohong kepada pria itu.

"Oke maaf mengganggu." pria itu pun langsung pergi dengan kedua temannya.

Anjas pun turun ke lantai basemen. Yang memang lift bisa sampai ke basemen. Dia lalu ke tempat parkir. Mengeluarkan sebuah kunci motor sport Yamaha YZF-R25. Di kunci itu ada dua tombol. Yang satu untuk lampu tanda motor. Yang satu lagi untuk alarm.

Tapi untungnya di sana hanya ada satu motor sport berwarna hitam. Yang sudah pasti adalah motor sport Anjas.

Anjas sudah pernah mengendarai motor besar kopling. Temannya waktu SMA yang bernama Deni yang mengajarinya untuk mengendarai motor sport. Ya Anjas, Beno dan Deni adalah tiga sekawan di SMA dulu. Deni tidak memandang status sosial ekonomi juga. Namun kabar Deni sudah tidak diketahui oleh Anjas.

Dengan lincah Anjas membawa motor sport itu dengan cepat. Tentunya tidak lupa memakai helm. Baru beberapa menit sudah melaju di jalanan raya.

Hanya butuh 30 menit Anjas sudah sampai di depan gerbang sekolah Anin. Jam masih menunjukkan pukul 13.45 masih ada waktu untuk menarik uang di ATM.

Letak ATM hanya seratusan meter. Jadi Anjas hanya berjalan kaki. Dia menarik uang sebesar 5 juta rupiah. Lalu menyimpan di saku celananya.

Lalu dia berjalan kembali ke motornya. Namun saat akan sampai dia melihat sudah banyak siswa dan siswi SMP yang mengelilingi motornya.

"Gila ini... keren banget!" seru seorang siswa laki-laki.

"Harganya pasti mahal ini." timpal siswa perempuan.

"Punya siapa yah? Apa mungkin yang punya motor ini mau jemput siswa di sekolah ini?" gumam siswa perempuan lain.

Sedang asik melihat para siswa yang mengerumuni motornya Anjas dikagetkan oleh suara orang disampingnya.

"Kak Anjas!" Anin sudah ada ada disebelah Anjas ternyata.

Anjas sedikit tersentak. Namun dia sudah tahu kebiasaan adiknya yang suka mengagetkannya. Biarpun dia tahu tetap saja dia sedikit terkejut.

"Huh.. kamu sudah selesai? Mau langsung pulang atau kemana dulu?" tanya Anjas dengan senyum lebar.

Saat Anin ingin menjawab pertanyaan Anin. Siswa perempuan yang entah dari mana langsung menghampiri Anin dan berseru dengan nada sombong.

"Ohh jadi ini kakakmu hah? Mana? Katanya mau bawa motor sport baru! Kok aku tidak lihat yah?" seru gadis pendek dengan rambut panjang terurai hingga punggung. Lebih pendek dari Anin.

Anjas merasa Anin sedang berada di situasi yang tidak menyenangkan. Anjas harus melakukan sesuatu untuk Anin.

Anin hanya menunduk. Dia hanya berbohong kepada temannya itu bahwa kakaknya sudah membeli motor baru. Sekarang dia merasa tersudut. Namun Anjas tidak berbohong.

Anjas pun menepuk pundak Anin.

"Ayo kita pulang." ajak Anjas lalu berjalan menuju motor sportnya. Anin mengikuti dari belakang.

"Maaf, permisi saya ingin membawa motor saya." kata Anjas pada beberapa siswa yang masih mengerumuni motornya.

Saat Anjas menyalakan lampu tanda motor. Semua siswa itu pun bubar.

Anjas menaiki dan menyalakan kontak lalu starternya dinyalakan. Suara raungan mesin motor sport pun menggelar. Wajah terkejut dan tidak percaya Anin terlihat saat Anjas menatapnya.

"Anin ayo pulang." ajak Anjas sekali lagi.

"Ah ee iya kak." Anin berbalik sesaat dan kemudian dia naik ke jok belakang.

Setelah itu Anjas langsung tancap gas meninggalkan gerbang sekolah. Di sana masih banyak siswa siswi yang melongo tidak menyangka bahwa yang menjemput Anin adalah kakaknya dengan motor sport.

Anjas tidak langsung pulang. Dia dan Anin mampir ke rumah sakit untuk melihat keadaan ayah mereka. Itu juga ide dari Anjas.

Saat sampai di rumah sakit Anjas dan Anin mendapati ayah mereka yang sudah siuman. Sungguh membahagiakan hati. Anin dengan antusias menceritakan tentang bagaimana Anjas membayar biaya SPP sekolahnya dan rumah sakit ayah.

"Terimakasih nak. Entah ini keberuntungan atau takdir. Kau telah menolong nyawa ayah walaupun kau bukan anak kandung." ucap Ayah Anjas. Yang membuat Anjas dan Anin terdiam.

Terpopuler

Comments

Ymmers

Ymmers

disiapkan ama sistem kali thor?

2023-09-10

1

John Singgih

John Singgih

lah keceplosan atau jujur ya ?

2023-07-09

3

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Lanjutkan Thor 😄💪👍👍👍

2023-04-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!