Bab 16

"Silahkan menikmati." Beno datang mengantar makanan yang dipesan Anjas. Dia juga ingin mengobrol dengan sahabatnya itu.

"Terimakasih kawan." Anjas langsung menyantap hidangan itu.

Sambil makan Anjas mengobrol santai dengan Beno. Hingga akhirnya menanyakan perihal keberadaan Deni.

"Ben apa kamu tahu di mana Deni berada sekarang?" tanya Anjas.

"Hah... sebenarnya aku juga tidak tahu di mana dia sekarang. Tapi yang terakhir yang aku tahu, karena ayahnya bangkrut keluarga mereka pindah keluar pulau Jawa. Mungkin ke Kalimantan ke kampung halaman ayahnya." jawab Beno. Dia juga merindukan sahabatnya yang satu itu.

"Apa? Bangkrut? Aku tidak tahu soal itu. Bagaimana bisa?" Anjas sedikit terkejut. Soalnya dia tidak pernah dikasih tahu soal bangkrutnya ayah Deni.

"Aku juga tidak tahu. Aku kira kau tahu soal itu jadi aku tidak mengatakan apapun saat kelulusan." jelas Beno.

"Sudahlah. Pasti akan ada waktunya kita akan bertemu." Anjas pasrah. Dia nanti akan tetap berusaha untuk mencari tahu keberadaan Deni. Tapi secara perlahan.

"Oh iya Ben. Aku berencana untuk membuka kafe. Yang aku cita-citakan dulu. Aku mau kita berdua yang mengurusnya." lanjut Anjas mengobrol.

Karena Beno sedang bekerja Anjas langsung pada poin penting selain menanyakan keberadaan Deni. Beno tersenyum lalu berkata...

"Aku setuju. Aku juga sudah bosan kerja di sini. Si manajer gendut itu sering cari masalah dengan aku. Untungnya aku sabar. selama ini karena aku butuh uang untuk biaya kesehatan ibuku. Tapi sekarang aku jadi malas bekerja di sini." jawab Beno. Dia menyambut baik rencana Anjas.

"Kalau begitu aku akan menunggumu sampai selesai bekerja di sini. Aku juga ingin berkunjung ke rumahmu." kata Anjas.

"Baiklah." Beno meninggalkan Anjas yang melanjutkan makan. Beno harus tetap bekerja hari itu walaupun tidak semangat.

Dia hanya nonton film di YouTube saat menunggu Beno. Anjas tetap menunggu Beno hingga jam 4 sore.

Setelah Beno selesai bekerja dia dan Anjas lalu ke parkiran. Karena Beno memarkirkan motor metiknya di sana. Lalu mereka pergi meninggalkan mall Ciputra. Mereka tidak tahu bahwa mereka sedang diikuti dan diincar oleh sekelompok orang.

Beno mengarah motornya ke arah timur kota. Saat mereka memasuki daerah yang jalannya sepi. Motor mereka sudah dibuntuti oleh lima motor sport berwarna hijau. Hingga saat sampai di sebuah belokkan. Mereka dihadang oleh sepuluh motor sport berwarna hijau. Motor motor sport itu berjejer menghalangi jalan yang sepi itu.

Terpaksa Beno berhenti dan turun dari motor. Dia memperingati Anjas juga. Mereka sudah terjebak dan dikepung.

"Maaf kawan kita harus meladeni mereka. Kau bisa berkelahi?" tanya Beno yang sudah siap kuda-kuda.

"Tenang saja aku tahu sedikit karate. Tapi siapa mereka ?" Anjas balik bertanya.

"Mereka adalah geng Revon. Orang yang tadi mengancam aku di tempatku bekerja." jawab Beno. Sambil memperhatikan sekitar.

"Hahaha... Ternyata mudah saja untuk menjebak kau Beno." seru si pemuda yang mengancam Beno.

"Kali ini kau akan aku habisi! Serang mereka!" lanjut seru si pemuda.

Langsung saja lima belas orang menyerang Anjas dan Beno dari arah depan dan belakang. Beno maju menyambut serangan mereka. Sementara Anjas berbalik dan menyambut serangan dari belakang.

Beno melawan 8 orang sekaligus. Dengan ketangkasan Beno dia berhasil menjatuhkan dua orang dengan sekali serangan. Lalu menghindari serangan lain. Mulai bertahan namun mencari sela untuk menyerang kembali.

Sedangkan Anjas melawan 7 orang. Anjas menyerang seorang yang sudah dekat di depannya. Tinju kuat telak kena di wajah orang itu dan seketika jatuh pingsan. Tidak berhenti di situ Anjas melompat dan menendang wajah seorang lagi.

Pertarungan sangat sengit. Biarpun 2 vs 15 tapi ini terlihat seimbang. Mungkin juga tidak. Kenapa? Karena dua orang pemuda yang diserang lima belas orang itu bisa bertarung melawan banyak orang.

Terkhusus Anjas. Beno terkejut melihat Anjas yang bisa bertarung. Seingat Beno Anjas tidak bisa bertarung. Apalagi tahu beladiri. Tapi mendengar dan melihat sendiri bagaimana Anjas melawan 7 orang Beno menjadi semakin semangat.

Tidak lama Anjas sudah membereskan 7 orang yang melawannya. Mereka semua ada yang memegang perutnya atau pinggangnya. Bahkan ada yang pingsan. Anjas juga membantu Beno yang mulai kewalahan melawan dua orang terakhir.

Setelah membereskan mereka semua Beno pun menghampiri si pemuda yang hanya diam melihat orang yang dia suruh menyerang Beno dan Anjas.

"Ini terakhir aku melihat kau mencari masalah denganku Miguel. Biarpun kau sudah masuk ke geng berandalan itu aku tidak akan takut." kata Beno sambil menunjuk jari ke arah Miguel.

"Aku juga memperingatkan mu agar jangan mencari masalah lagi dengan sahabatku." tambah Anjas yang sudah di sebelah Beno.

Lalu mereka naik ke motor matic dan pergi dari tempat itu. Sementara Miguel masih terdiam. Bukan karena peringatan Anjas dan Beno tapi karena dia malu tidak bisa menghabisi dua orang dengan membawa lima belas orang. Jika geng Revon mengetahui hal itu dia akan menjadi bahan lelucon semua anggota geng.

Sebagai orang nomor 3 dalam geng dia akan sangat malu jika kabar itu menyebar ke luar gengnya. Miguel pun langsung naik ke motornya dan pergi. Meninggalkan anggota gengnya yang terkapar sakit di aspal.

Di tempat lain. Jakarta Timur.

"Makasih bro infonya." Marvin ketua geng Revon menutup telepon dari seseorang yang menjadi informannya.

Dia baru saja mendapatkan kabar bahwa geng The FALCON baru saja ganti pemimpin. Sudah bukan lagi Justin tapi bernama Anjas Rahadi.

"Hahaha... Justin dikalahkan oleh orang luar gengnya di wilayah sendiri. Sungguh lemah." gumam Marvin.

Lalu Marvin mendapatkan telepon lagi. Kali ini info tentang Miguel yang baru saja mengeroyok dua orang pria namun kalah.

"Dasar tidak berguna." Marvin menaruh HP nya.

"Cepat cari Miguel! Bawa dia ke hadapanku!" perintah Marvin pada Delon yang berada di sebelahnya. Delon adalah si nomor 2 dalam geng Revon.

"Siap ketua!" Delon langsung bergegas pergi.

Beno dan Anjas pun sampai di rumah Beno. Di rumah yang sederhana di dalam gang sempit. Biar sederhana rumah itu memiliki teras.

Mereka memberi salam dan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu ternyata sudah ada ibu Beno dan dua orang pria paruh baya berusia sekitar 50-an tahun.

"Beno pulang Bu." salam Beno dan Anjas bersamaan.

"Selamat datang. Eh ini nak Anjas kan. Astaga sudah lama tidak jumpa. Mari duduk dulu nak." sambut Ibu Beno pada Anjas.

Anjas duduk di bangku seberang dari dua pria itu. Melirik sedikit Anjas mengetahui niat buruk dari dua pria itu. Karena sekarang Anjas sedang melakukan scanning tubuh pada mereka. Tentu mereka tidak tahu hal itu.

Terpopuler

Comments

dee

dee

bukannya udah dikasih tau sama pak kepala panti ya? kenapa kaget?

2023-11-11

0

DediKarismatikCharlieWade84

DediKarismatikCharlieWade84

#Kok bkn dari mata-mata geng revon ya

2023-07-13

2

DediKarismatikCharlieWade84

DediKarismatikCharlieWade84

Sepertinya itu mata-mata dari Anggota geng Revon

2023-07-13

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!