...~•Happy Reading•~...
Keesokan harinya, Kaliana berangkat untuk menemui Pak Adolfis di tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Sebuah restoran terkenal dengan menu western yang lezat dan bergengsi. Banyak orang berduit yang ingin makan di sana, tapi harus reservasi terlebih dahulu.
Kaliana tiba di tempat parkir restoran tersebut, dengan baju kebesarannya. Kemeja warna cerah, celana jeans hitam, sepatu boots berhak 5 cm, dan juga mengenakan rompi kesayangannya untuk siap bekerja.
Saat turun dari mobil, dia melihat mobil Danny masuk ke tempat parkir. 'Ternyata Danny juga diundang.' Kaliana berkata dalam hati. Dia tidak jadi masuk ke restoran, tapi menunggu Danny turun dari mobil untuk sama-sama masuk ke dalam restoran.
Kaliana mendekati Danny yang sudah turun dari mobil. "Pak Danny juga diundang Pak Adolfis?" Tanya Kaliana yang sudah berdiri di dekat Danny.
"Iyaa, Mbak. Saya tidak menyangka Mbak Anna juga diundang. Kalau tau, begini kita janjian untuk sama-sama ke sini." Danny merasa tidak enak, tidak mengecek terlebih dahulu. Dia menyangka hanya dia yang diundang, jadi tidak enak untuk bertanya kepada Kaliana. Begitu pun dengan Kaliana, berpikiran sama. Tidak enak bertanya, jika hanya dia yang diundang.
"Saya juga tidak kepikiran untuk ngecek Pak Danny. Saya berpikir, Pak Danny sudah menjadi pengacara Bu Chasina, jadi tidak diundang oleh beliau." Tadinya, Kaliana berpikir, Danny sudah tanda tangan surat penunjukan sebagai pengacara, jadi berhubungan langsung dengan Chasina.
"Kalau kita berdua diundang, mungkin mau bahas kasus Bu Chasina dan peluang hukumannya." Ucap Danny, lalu mengajak Kaliana berjalan masuk ke restoran. Kaliana mengangguk menyetujui yang dikatakan Danny.
Saat tiba di pintu masuk restoran, mereka disambut oleh waiters. Danny menyebut mereka tamu Pak Adolfis, saat ditanya nama yang reservasi. Mendengar nama Pak Adolfis, mereka langsung diantar ke ruangan privat. Ruang khusus untuk makan siang dan pertemuan bisnis.
Ketika masuk ke dalam ruangan, mereka disambut dengan hangat oleh Pak Adolfis, tetapi kedua pria yang ada di sampingnya tetap duduk. Kaliana berpikir, mungkin itu pengacara atau asisten Pak Adolfis.
Melihat sikap mereka yang tidak ramah dan satunya terkesan cuek, Kaliana dan Danny langsung duduk di kursi kosong di depan mereka, setelah dipersilahkan duduk oleh Pak Adolfis.
Pak Danny dan Bu Kaliana perkenalkan; Ini Pak Yan, pengacara keluarga kami. Sedangkan yang di sebelahnya adalah, Bryan, putra saya, kakak Chasi." Pak Adolfis memperkenalkan pengacara keluarga dan putranya yang sudah tiba dari Kanada.
'Bryan sangat berbeda karakter dengan Chasi dan Pak Adolfis.' Kaliana membatin saat diperkenalkan oleh Pak Adolfis. 'Selain cuek, cendrung angkuh, wajahnya juga berbeda. Lebih bule, mungkin mengikuti ibunya. Sedangkan Chasi lebih mirip Pak Adolfis.' Kesan pertama yang dinilai oleh Kaliana, membuatnya tidak nyaman dan waspada.
"Perkenalkan, saya Danny, pengacara Ibu Chasina." Danny memperkenalkan dirinya dengan percaya diri, karena statusnya sudah jelas setelah Chasina menandatangani surat penunjukan dirinya sebagai pengacara dalam kasus yang sedang dihadapi.
"Perkenalkan, saya Kaliana, penyidik swasta." Kaliana memperkenalkan dirinya dengan singkat, tanpa basa-basi. Bryan melihatnya dengan wajah terkejut, karena dia mengira Kaliana asisten atau sekretaris Danny.
"Detektif yang disewa Daddy seorang wanita? Wanita ini...?" Tanya Bryan yang hanya melihat Kaliana sekilas dengan tatapan meragukan. Dia juga bertanya dengan suara yang bisa didengar oleh semua orang dalam ruangan, sambil menunjuk Kaliana dengan mata coklatnya.
"Iyaa... Ini Ibu Kaliana, yang Daddy katakan tadi. Beliau yang akan membantu Chasi." Pak Adolfis berkata dengan perasaan tidak enak kepada Kaliana, karena putranya bertanya di depan orangnya dan didengar semua orang.
Melihat sikap dan penerimaan Bryan yang kurang baik dan tidak ramah, Danny pun jadi tidak enak hati terhadap Kaliana. Dia melihat Bryan dengan wajah yang tidak senang. Tetapi Kaliana hanya diam, tenang dan santai. Dia sudah terbiasa menghadapi penerimaan orang yang meragukan keahliannya sebagai seorang detektif swasta.
"Maafkan putra saya, Bu Kaliana. Saya belum sempat memberitahukan semua tentang anda kepada putra saya, karena dia belum lama tiba di sini." Pak Adolfis meminta maaf, karena sikap Bryan yang meragukan bahkan cendrung meremehkan Kaliana.
"Tidak perlu minta maaf, Pak Adolfis. Saya sudah terbiasa dengan tanggapan seperti itu, dari orang yang kurang piknik. Jadi itu bukan hal baru bagi saya." Kaliana berkata dengan tenang dan santai, tanpa melihat Bryan yang tiba-tiba menatapnya. Dia juga ingin Pak Adolfis tidak merasa bersalah karena sikap putranya.
Pak Adolfis jadi serba salah mendengar yang dikatakan Kaliana. "Ooh iya, Pak. Selagi semua profesi tersedia untuk semua jenis kelamin, tidak ada salahnya seorang wanita menjadi detektif, bukan?" Kaliana lebih menekankan, tapi tetap tenang menanggapi tatapan tidak suka Bryan. Dia ingin mereka menilai kinerjanya, bukan jenis kelaminnya
"Melihat penampilan anda, sangat tidak cocok dengan ucapan anda yang sangat tajam dan cendrung tidak sopan." Bryan terkejut mendengar ucapan Kaliana, seakan tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa.
"Pak Bryan, melihat penampilan anda juga, sangat tidak cocok untuk anak muda jaman sekarang. Jangan-jangan, anda Papanya Pak Adolfis, hingga tidak tau perkembangan jaman sekarang. Ada banyak wanita berkarier di bidang kerja yang tidak umum untuk wanita." Kaliana membalas ucapan Bryan sambil menatapnya, tanpa berkedip. Danny yang sudah terbiasa mendengar ucapan Kaliana saat gelar perkara, menahan senyumnya dengan melihat ke sembarang arah.
"Anda sedang mengolok-olok atau menghina saya?" Tanya Bryan emosi dan wajahnya mulai memerah, sambil menatap Kaliana dengan garang. Pengacara yang duduk di sampingnya mulai menciut, lalu menarik tubuhnya ke belakang, agar Pak Adolfis bisa memberikan kode untuk menghentikan kemarahan Bryan.
Tapi Pak Adolfis sedang menatap Kaliana dengan terkesima. Seperti yang dikatakan Bryan, wajah Kaliana sangat polos dan cantik bisa mengucapkan kata-kata yang begitu tajam. Pak Adolfis sendiri terkejut, mendengar ucapan Kaliana kepada Bryan. Kesan pertama Kaliana yang hangat dan ramah saat datang, sirna seketika. Sekarang, walaupun tenang, sikapnya sangat dingin dan berani.
"Pak Bryan, kalau tidak mau disenggol, jangan menyenggol. Jika tidak mau dicubit, jangan mencubit. Kita masih sama-sama berjalan di atas tanah... Pak Bryan belum berjalan di atas awan, bukan?" Tanya Kaliana lagi tanpa menghiraukan kemarahan Bryan atau tatapan Pak Adolfis. Keempat pria dalam ruangan itu langsung menatap Kaliana dengan perasaan yang berbeda-beda.
Kaliana sudah berpikir cepat, jika tidak berkenan dengan sikapnya, dia sudah siap angkat kaki meninggalkan ruangan itu. Dia tidak mau bekerja dengan orang yang tidak bisa menghargai orang lain. Apalagi dengan tatapan yang cendrung merendahkan dan menganggap remeh, hanya karena melihat jenis kelamin, sebelum mengetahui hasil kerjanya.
Pak Adolfis yang melihat gelagat tidak baik dari Kaliana, segera melerai dengan menenangkan Kaliana dan memberikan isyarat agar Bryan tidak menjawab pertanyaan Kaliana. Beliau berpikir, Kaliana sudah tidak suka dengan sikap Bryan dan siap angkat kaki meninggalkan mereka. Sekarang ini mereka membutuhkan Kaliana, bukan Kaliana yang membutuhkan mereka. Jadi Pak Adolfis harus bersikap lebih sabar dalam menghadapi situasi yang tidak diduganya.
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
rasain Bryan di katain kurang piknik n ketinggalan jaman
2023-07-03
3
..
orang modern sombong nya
2023-06-26
3
..
org moderen kok gtu yak🚶
2023-06-22
3