...~•Happy Reading•~...
Marons tidak lepaskan pelukannya, dan mau ngeledekin Kaliana. "Apa ini bisa disebut pelukan, jika kau blok seperti ini?" Marons menunjuk dengan wajahnya kearah dua tangan Kaliana yang sedang berada di dadanya.
^^^Marons sengaja ngeledekin Kaliana, agar tidak marah dengan apa yang dia lakukan kepada Pak Adolfis. Dia memberikan nomor telpon dan merekomendasi Kaliana kepada Pak Adolfis tanpa seijinnya. Marons menyadari, Kaliana hanya mau membantu Danny, jika dijadikan pengacara oleh Chasina.^^^
Kaliana langsung mendorong dada Marons dengan kuat karena merasa sedang diledekin oleh Marons. Membuat Marons melepaskan pelukannya lalu tertawa melihat Kaliana yang terus mendorong dan memukul lengannya berkali-kali.
"Apa sedang terjadi kekerasan di sini?" Tanya Putra yang tiba-tiba keluar dari ruang keluarga untuk mencari minuman dan melihat Kaliana sedang memukul lengan Marons.
"Apa ada Komnas HAM perlindungan lelaki?" Marons masih ingin ngeledekin Kaliana, saat melihat Putra tersenyum. Kaliana langsung berhenti memukul lengan Marons dan berbalik melihat Putra dengan wajah galak karena merasa Putra juga ikut ngeledekin.
"Nanti saya cek, Pak. Apa perlu membuat laporan terjadi tindak kekerasan?" Putra bertanya sambil tersenyum, tanpa melihat ke arah Kaliana yang sedang melototinnya. Hal itu membuat Kaliana mendekati Putra, lalu memukul lengannya.
"Tunggu sudah muncul bukti lebam, baru buat laporan." Marons berkata sambil mengangkat jempolnya ke arah Putra yang mengerti maksudnya, sedang ngeledekin Kaliana.
"Aku tidak akan berikan cemilan untukmu." Kaliana berkata lalu pergi meninggalkan mereka yang sedang tersenyum. Dengan kesal Kaliana keluar rumah mengambil pesanan yang sudah diantar, lalu letakan di atas meja makan.
"Sanaaa... Panggil kakak-kakakmu dan Pak Yosa untuk minum. Apa belum ada tanda-tanda Pak Bram mau adakan konferensi pers?" Tanya Kaliana serius kepada Putra.
"Mungkin tunggu kita isi tengki dulu, Mbak." Putra berkata sambil tersenyum lalu berjalan masuk ke ruang keluarga untuk memanggil Yicoe, Novie dan Pak Yosa.
"Mungkin di sana perlu banyak aturan untuk lakukan konferensi pers. Atau mungkin ada masalah, dengan tertangkapnya Jaret dan Pak Ewan juga." Marons jadi berkata serius, lalu kembali duduk di kursi meja makan. Dia berpikir, mungkin ada intervensi dari pihak terkait dengan Jaret dan Pak Ewan.
^^^Kalau dengan Chasina, orang tuanya sudah menerima dan hanya berusaha di luar untuk menolong Chasina. Tidak tahu dengan Jaret dan Pak Ewan. Memikirkan hal itu, dia jadi kasihan kepada Chasina.^^^
"Iyaa... Ada banyak aturan yang tidak bisa dilanggar oleh penyidik untuk lakukan konferensi pers. Harus membuka beberapa pintu dan melakukan perundingan yang alot. Apalagi Jaret ditangkap juga. Kita lihat saja, apakah Jaret diikutkan dalam konferensi pers atau tidak." Kaliana mengakui apa yang dikatakan Marons dan ikut duduk di kursi meja makan, depan Marons. Dia menyadari kondisi Bram yang harus bertempur dulu untuk melakukan itu.
"Mari duduk di sini dan minum ini. Jika belum juga konferensi pers, kita istirahat saja. Aku sudah sangat lelah." Kaliana berkata kepada anggota team sopape yang masuk ke ruang makan.
^^^Kaliana merasa sangat lelah setelah melakukan gelar perkara yang menguras energi. Apalagi ada persoalan baru, dampak dari pemberitaan yang mereka lakukan di channel youtube sopape's. Bukan saja menguras tenaga, tetapi juga pikiran. Sehingga membuatnya sangat lelah.^^^
"Pak Marons, eeh Arrow... Kami istirahat di sini saja, ya? Aku sudah lelah untuk lakukan perjalanan lagi." Kaliana berkata serius dan berkata formal kepada Marons. Sebab dia sudah tidak kuat membawa mobilnya.
"Anna, Bram mau lakukan konferensi pers." Teriak Pak Yosa yang masih di ruang keluarga.
"Kalau begitu, pindahin ini semua ke ruang keluarga saja. Biar bisa minum sambil melihat yang diumumkan." Kata Marons kepada Kaliana yang sudah berdiri. Kaliana mengangguk ke arah Marons lalu minta Putra membawa minuman Pak Yosa ke ruang keluarga. Sedangkan Yicoe dan Novie membawa cemilan dan minuman di kedua tangan mereka.
"Pak Marons, kami bisa gunakan TV nya?" Tanya Putra saat melihat di laptopnya, Bram sudah siap-siap lakukan konferensi pers. Dia akan menggunakan laptopnya untuk keperluan yang lain.
"Gunakan saja." Jawab Marons singkat, karena dia juga ingin menonton konferensi pers yang dilakukan pihak kepolisian. Sebenarnya, setelah ditangkapnya pembunuh Rallita, dia sudah dalam posisi aman. Sehingga tidak terlalu berminat untuk mengikuti perkembangan kasusnya.
Apalagi kehidupan Rallita seperti itu, membuatnya malu untuk mengikutinya. Tetapi karena ada putri Pak Adolfis yang terlibat, mau, tidak mau, dia harus mengikutinya. Dan juga, dia sudah merekomendasikan Danny dan Kaliana kepada Pak Adolfis.
Ketika ketiga tahanan dibawa masuk dan berdiri di belakang Bram dan Raka, Kaliana merasa lega. Dia melihat Jaret mengenakan rompi orange, sama dengan Chasina dan Papa Rallita.
Bagi Kaliana, itu suatu pertanda baik untuk Chasina. "Ibu Chasina cerdas." Ucap Kaliana yang memperhatikan Chasina yang sedang berdiri jauh dari Jaret. Papa Rallita berdiri di tengah mereka.
"Kenapa kau berkata begitu?" Tanya Marons yang tidak mengerti maksud ucapan Kaliana. Tapi team sopape mengerti yang dimaksud Kaliana.
"Beliau mengganti pakaian yang dikenakan saat gelar perkara tadi." Kaliana melihat Chasina telah mengganti pakaian bermereknya dengan pakaian sederhana. Hanya kaos dan celana panjang bahan yang terkesan biasa.
Marons jadi memperhatikan pakaian yang dikenakan Chasina. Bagi dia, itu hal biasa terjadi jika seseorang ditangkap dan hendak mengenakan rompi orange. Mereka akan merubah penampilan mereka.
"Bukankah itu hal biasa terjadi?" Marons jadi penasaran dengan tanggapan Kaliana terhadap pakaian Chasina.
"Iyaa... Itu biasa terjadi, jika memiliki waktu yang banyak untuk merubah penampilan atau sudah ada pengacara yang bisa mengatur semuanya. Coba lihat Jaret dan Pak Ewan, mereka masih kenakan pakaian yang sama saat gelar perkara." Kaliana berkata sambil menunjuk ke arah Jaret dan Papa Rallita.
"Oooh, mungkin karena tadi Pak Adolfis sudah mengunjungi Chasina di tahanan, jadi sudah bawa pakaian untuk bisa ganti." Marons berkata lagi, setelah mengingat ucapan Pak Adolfis, ada di kantor polisi.
"Mungkin sudah ada gantinya, tetapi wanita sekelas Ibu Chasina mau mengenakan itu, berarti beliau tidak mempertahankan egonya. Beliau rendah hati, itu bisa dilihat dari sikapnya." Kaliana terus memperhatikan layar TV, untuk menganalisa semua gerakan tahanan dan juga yang disampakan penyidik.
Melihat dan mendengar apa yang dikatakan Bram dalam konferensi pers, Kaliana merasa lega. Bagi Kaliana, yang penting status Jaret telah disampaikan Bram dengan jelas ke publik. Sehingga akan mempermudahnya menolong Chasina.
Kaliana terenyuh melihat Chasina hanya menunduk diam, tanpa mengangkat wajahnya sejak masuk ruang konfersi pers. Dia bisa merasakan apa yang dirasakan Chasina saat ini. Seorang owner produk terkenal di Indonesia dan Mancanegara, memiliki ratusan, bahkan ribuan karyawan, ditahan karena melakukan tindakan kejahatan, yaitu pembunuhan.
Kaliana berjalan mendekati Putra yang sedang berada di depan laptop untuk memberikan instruksi kepadanya. Kaliana ingin Putra mengupload beberapa bagian penting dari konferensi pers Bram. Agar bisa dilihat oleh viewers channel youtube sopape's, sebagai jawaban atas video penangkapan yang diupload Putra sebelumnya.
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀➳ᴹᴿ᭄ᴠᷞᴀᷝʀᷦɪᷦᴇᷲʟ𝓐𝔂⃝❥👻ᴸᴷ
iya ya, mana ada Ham perlindungan laki😅
2023-07-10
3
🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
Kaliana lelah..mesti refresing bentar sama Marrons biar lekas hilang lelahnya,😊
2023-06-19
4
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
wah putra muncul disaat yang sangat tak tepat yah🤣🤣
2023-06-19
3