...~•Happy Reading•~...
Kaliana jadi tersenyum mendengar apa yang dikatakan Marons. Walaupun proses penangkapan Chasina, Jaret dan Papa Rallita sedang viral dan membuatnya tegang. Tapi hatinya menghangat mengetahui Marons masih ingat hal yang sangat kecil darinya. Semua kekhawatirannya selama ini, bahwa Marons mungkin sudah melupakannya, sirna.
Kaliana memejamkan mata sejenak untuk mengurangi tekanan dan membagi perhatian kepada apa yang dilakukan Marons padanya. Selama ini, dia menganggap perhatian Marons kepadanya dikarenakan dia sedang menolongnya. Itu yang selalu dia ingatkan berulang kali kepada hatinya, agar tidak gegabah dan terus berhati-hati menghadapi sikap Marons.
Suasana hati Kaliana membuat dia tidak bisa istirahat, walaupun sudah memejamkan mata. Dia kembali menegakan tubuhnya lalu agak condong kedepan. Kemudian dia meletakan kedua tangannya di dashboard lalu meletakan dagunya di atas tangannya sambil melihat lalu lintas di depan mereka. Hatinya begitu terharu, dengan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Marons.
Kaliana baru menyadari kehadiran Marons sebenarnya, setelah bisa berpikir dengan baik. Semua yang terjadi di ruang gelar perkara dengan Chasina dan identitasnya telah diketahui Marons, campur aduk bersama persiapannya untuk menepati janjinya kepada Bram. Hal itu membuat semua yang dilakukan Marons di tempat orang tua Rallita terasa samar. Tidak seperti sekarang, hanya mereka berdua, semuanya terasa berbeda.
Kaliana mengingat kembali pelukan Marons yang tiba-tiba membuat jantungnya mau lompat keluar. Sehingga mencoba menutupinya dengan bercanda, agar Marons tidak memperhatikan detak jantungnya yang tidak teratur.
Sekarang perhatian Marons untuk hal kecil darinya, sangat menyentuh hati. Hal itu memanggil pulang kesadarannya, bahwa harapannya tidak sia-sia. Seorang Marons Kasmara masih mengingatnya. Dia tidak mengharapkan lebih, tetapi kenyataan yang dihadapi membuatnya terhibur dengan hati membuncah.
"Apa yang kau pikirkan? Bersandar'lah...! Agar aku bisa jalankan mobil ini lebih cepat. Kau tidak lapar? Atau kau tidak kasihan pada mereka yang sedang menunggu kita dengan perut lapar?" Tanya Marons, mengalihkan perhatian Kaliana dari apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya.
Marons tahu apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan Kaliana. Karena dia pernah melakukan hal yang sama saat mereka pertama kali pergi dengan mobil di malam hari untuk menenangkan diri sambil membicarakan kejadian yang baru dia alami di kantor polisi. Ketika dia mengetahui Rallita hamil dengan orang lain. Marons tidak bisa melupakan momen yang terjadi dengan mereka berdua malam itu.
"Iyaaa, maaf. Banyak hal yang terjadi hari ini, membuatku seperti di atas perahu yang sedang diayun ombak. Semuanya mengayun dan berputar di kepala dan hatiku. Semua membuatku tidak bisa mendefenisikan apa yang aku rasakan saat ini." Ucap Kaliana pelan, lalu menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi seperti yang diminta Marons. Kemudian dia memejamkan mata untuk menghindari Marons.
Kehadiran Marons lebih terasa dan sangat menyentuh hatinya. Marons tidak berubah setelah mengetahui identitasnya. Hanya sikap dan perlakukannya, lebih terbuka dan lepas setelah mengetahui dia adalah Anny, temannya dulu. Tetapi perasaannya tetap sama, seperti yang Kaliana rasakan selama mereka bersama beberapa bulan terakhir.
"Yaaa... Walaupun sangat terkejut dengan semua yang terjadi tadi, aku bersyukur untuk apa yang terjadi denganku. Melihat istri Jaret yang begitu sedih, membuatku memikirkan banyak hal yang kualami belakangan ini." Marons mengingat kondisi Chasina saat pengakuan dan juga saat dikenakan gelang besi.
"Mungkin aku laki-laki jadi bisa menyembunyikan semua rasa hati, akibat perbuatan Rallita. Atau mungkin juga Tuhan mengirimkan seseorang untuk menemaniku di saat aku hampir hancur." Marons mengakui, mungkin akan berbeda kondisinya jika tidak ada Kaliana sebagai tempatnya berbagi semua yang dialaminya.
"Tadi di ruang gelar perkara, siapa pun dirimu. Baik Kalia, baik Anny. Aku sangat bersyukur, kau ada bersamaku. Sehingga aku bisa seperti sekarang. Bisa mengangkat wajahku untuk hadapi apa yang akan terjadi di depan dengan lebih baik." Marons makin terbuka mengutarakan apa yang dia pikirkan dan rasakan.
"Aku pernah menikah dengannya, semua keburukannya akan mengikutiku. Mendengar pembahasan kalian tentangnya tadi, aku ingin keluar dari ruangan itu. Jika tidak ada kau, aku sudah pergi. Karena tidak tahan mendengar semua yang dia lakukan." Kembali terbayang apa yang Kaliana katakan kepada Fendry, adik Rallita dan yang terjadi dengan mereka. Hal itu membuat Marons mengusap wajahnya dengan kasar.
"Proses persidangan akan makin terbuka aibnya, dan makin banyak orang akan tahu perilakunya yang buruk. Dan aku adalah suaminya." Marons mengingat fotonya dipampang sebagai suami korban dalam pemberitaan di media sosial.
"Arrow, lebih baik berhenti mengatakan itu. Agar aku tidak menyesal mengadakan gelar perkara tadi. Aku melakukan itu untuk membuat semuanya clear dalam pemberitaan. Tidak ada yang berpikiran negatif terhadapmu." Kaliana menegakan tubuhnya dan berbicara serius dengan Marons.
"Jika apa yang aku lakukan melukaimu, aku akan menyesalinya seumur hidupku. Jadi berhentilah menanggung semua perbuatannya. Biarlah dia membawanya pergi bersama tubuh, jiwa dan rohnya." Kaliana jadi sedih mendengar yang dikatakan Marons.
"Orang tuanya saja masih bisa beradu kata dalam kondisi mengetahui perilaku anaknya. Jadi mengapa kau merasa malu dengan semua yang dilakukannya? Bukankah masing-masing orang akan bertanggung jawab dengan perbuatannya? Jangan membuat apa yang aku lakukan menjadi sia-sia." Kaliana berkata dengan suara bergetar karena emosi dan sedih.
"Iyaaa... Aku tahu... Permintaanku masih sama. Tetaplah bersamaku, walau kasus ini telah selesai." Marons mengulurkan tangannya, lalu mengusap punggung Kaliana untuk menenangkannya.
"Sebenarnya, tadi sebelum berangkat ke gelar perkara itu, aku was-was bukan karena akan jadi terdakwa dalam kasus itu. Karena aku percaya, jika kalian bekerja dengan benar, aku tidak akan berada di posisi itu. Sebab aku tidak melakukan apapun untuk menyentuhnya, apalagi membunuhnya."
"Jadi soal itu aku tidak khawatir. Yang aku khawatir itu, jika kasusnya selesai dan aku tidak punya alasan untuk bertemu dengan kalian, terutama kau." Ucap Marons kembali bisa tersenyum mengingat apa yang dipikirkannya saat berangkat ke tempat gelar perkara.
"Setelah mengetahui kau adalah Anny, aku tidak perlu memikirkan cara atau alasan untuk bertemu denganmu." Marons tidak menyembunyikan rasa senangnya.
"Kenapa begitu? Kita ada kontrak kerja sama. Jadi kasus ini selesai, ya, selesai kerja samanya juga. Sebenarnya, pekerjaan kami sudah selesai, saat gelar perkara itu. Tinggal bertemu dengan Pak Danny untuk menyerahkan hasil karja kami saja." Apa yang dikatakan Kaliana terhenti.
"Kau berani pergi?" Tanya Marons yang tiba-tiba menepi mobilnya lalu menatap Kaliana dengan serius. Hal itu membuat Kaliana terkejut dan tertegun.
Melihat wajah Marons yang serius menatapnya, Kaliana refleks mengakat kedua jarinya tanda, peace. Lalu Kaliana membuka kedua tangannya dan mendorongnya ke depan mengisyaratkan agar Marons menjalankan mobilnya kembali.
"Tadi katanya lapar, tapi malah berhenti. Nanti kita didemo Putra, karena perutnya meraung-raung mencari mangsa." Kaliana berkata untuk mengalihkan perhatian Marons dan menenangkannya.
"Yang membuatku berhenti tidak merasa bersalah. Tidak menjawab pertanyaanku. Biar nanti didemo sama Putra, Yicoe dan Novie." Marons berkata sambil kembali menjalankan mobilnya dengan wajah cerah. Kaliana kembali mengangkat dua jarinya sebagai tanda, peace. Marons hanya bisa menggelengkan sambil tersenyum.
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
delete account
kayak nya ada sesuatu terjadi mungkin 🤔
2024-05-20
2
𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel
Tarik napas lah, Kaliana! Pejamkan mata sejenak lalu ceritakan semua pada Marons
2023-07-10
3
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Cara ampuh untuk mengalihkan perhatian ya 🤭
2023-07-10
3