...~•Happy Reading•~...
Melihat situasi yang berbahaya bagi kedua petugas, Kaliana tidak bisa berteriak memanggil Raka. Akan makin berbahaya jika mereka berbalik dan jadi lengah pengawasannya, sehingga peluang bagus untuk tersangka.
Kaliana segera berjalan cepat mendekati dari belakang, lalu melompat dan memukul tengkuk tersangka dengan pinggiran tangan kirinya. Tindakan Kaliana membuat tersangka pingsan seketika. Kedua petugas yang sedang memegang tersangka terkejut, lalu membopong tersangka ke mobil. Sedangkan petugas yang satunya sudah di balik kemudi.
Setelah tersangka di dalam mobil, Kaliana menegur kedua petugas yang membawa tersangka. "Sudah saya katakan, hati-hati dengan pistol kalian. Jangan tenggang rasa dengan rekan kerja yang suka bermain di comberan. Mereka bisa lakukan apa saja, agar bisa lolos. Termasuk mengorbankan kalian..." Kaliana berkata serius dan tegas, mengingat pengalamannya dengan Punguk.
Kedua petugas meminta maaf kepada Kaliana, terutama rekan Raka yang baru menyadari tersangka sudah memegang gagang pistolnya saat pingsan. Raka juga merasa bersalah, karena belum sempat mengingatkan rekannya.
"Mungkin lebih baik dia begini, untuk kalian bertiga membawanya. Saat tiba di kantor, siram dengan air. Tetapi tetap waspada sepanjang jalan, terutama kalian berdua yang mendampinginya." Kaliana berkata tegas dan serius, lalu tanpa diketahui petugas, Kaliana memasang GPRS tersangka di bagian bawah mobil.
Semua yang terjadi begitu cepat, sebelum ada banyak orang yang selesai makan siang dan keluar ke tempat parkir mobil. Tetapi apa yang dilakukan Kaliana diperhatikan oleh security, Danny, Bryan, Pak Adolfis dan pengacaranya.
Danny mendekati Kaliana, setelah melihat mobil petugas meninggalkan tempat parkir. "Apakah kejadian tadi berhubungan dengan Ibu Chasina?" Tanya Danny khawatir, sambil berjalan bersisian dengan Kaliana untuk kembali ke mobilnya.
"Sepertinya, tidak Pak Danny. Ini keluarga beliau ada di sini bersama kita dan menyewa jasa kita. Untuk apa mengikutiku? Sekarang saja, mereka bisa bersamaku. Aku lebih menduga ke arah Pak Ewan dan Jaret. Tapi lebih banyak ke Jaret, karena kasusnya bisa memcoreng nama orang tuanya." Kaliana lebih berpikir ke arah Jaret. Saat ini mereka sedang memegang bukti yang Jaret lakukan, apalagi ada polisi kotor yang terlibat.
"Aku berpikiran sama, saat melihat video yang Mbak Anna tunjukan tentang Jaret saat gelar perkara malam itu. Sekarang Mbak Anna mau ke kantor polisi atau tetap ke tempat Pak Adolfis?" Tanya Danny lagi untuk meyakinkannya. Agar dia bisa lakukan apa setelah ini.
"Aku akan tetap ke tempat Pak Adolfis untuk bantu Bu Chasina. Kejadian ini, jangan sampai mengalihkan fokus kita." Kaliana mulai curiga, ada yang tahu dia disewa oleh keluarga Chasina. Oleh sebab itu, dia ingin segera bertemu dengan sopir Chasina.
"Kalau begitu, Mbak Anna hati-hati. Aku segera balik ke kantor untuk siapkan dokumen. Ada apa-apa, hubungi saja." Ucap Danny, lalu pamit juga kepada Pak Adolfis dan Bryan.
"Maaf, atas gangguan tadi Pak Adolfis. Mari kita lanjutkan rencana sebelumnya." Ucap Kaliana langsung pamit dan berbalik ke arah mobilnya.
Mendekati pintu keluar parkir, Kaliana kirim pesan kepada Pak Adolfis minta shareloc tempat tinggalnya. Kaliana sengaja tidak memintanya saat pamit, karena khawatir Pak Adolfis akan minta Bryan ikut di mobilnya sebagai penunjuk jalan. Dan dia tidak punya alasan untuk menolak permintaan itu.
Ketika menerima pesan Kaliana, Pak Adolfis tersenyum tipis. 'Gadis yang cerdas. Dia pasti tidak mau Bryan ikut mobilnya. Sehingga tadi tidak mengingatkanku, saat pamit.' Ucap Pak Adolfis dalam hati, mengakui ketelitian Kaliana.
Pak Adolfis langsung shareloc tempat tinggalnya, karena mereka akan keluar dari tempat parkir. Setelah menerima lokasi yang dituju, Kaliana segera kirim kepada Putra untuk mencari jalan pintas, agar bisa terhindar dari kepadatan lalu lintas.
Keahlian Putra, bisa membuat Kaliana dan anggota team lain melakukan perjalanan yang cepat ke tempat tujuan. Dia bukan saja bisa menunjukan jalan tikus, tapi juga jalan curut yang bisa dilewati mobil, tanpa hambatan.
Hal itu membuat Kaliana tiba di tempat tujuan lebih awal dari mobil Pak Adolfis. Dia membunyikan klakson di depan gerbang rumah Pak Adolfis yang mewah dan luas. Tidak kalah besar, luas dan mewah dari rumah orang tua Marons.
Security membuka gerbang dan mendekati mobilnya. "Ibu mau bertemu siapa?" Tanya security di samping mobil Kaliana.
"Saya ada janji dengan Pak Adolfis. Apa beliau sudah tiba?" Tanya Kaliana ramah, karena security nya juga berlaku sopan padanya.
"Maaf, Bu. Pak Adolfis belum pulang. Apa bisa kembali lagi?" Tanya security nya lagi, dan tetap sopan.
"Begini, Pak. Tolong hubungi beliau dan katakan Kaliana sudah tiba. Minta ijin masuk untuk menunggu di dalam." Ucap Kaliana lagi, karena dia ingin memarkirkan mobilnya di tempat yang sejuk. Security mengangguk, lalu kembali masuk ke dalam gerbang.
Tidak lama kemudian, pintu gerbang didorong oleh dua orang security. Yang seorang mendekati mobil Kaliana dan mempersilahkannya masuk. Kaliana segera memasukan mobilnya dan parkir di halaman yang luas. Tapi Kaliana menepi di bawa pohon, dekat tembok.
Sambil mengisi waktu, Kaliana menghubungi Putra. "Putra, tolong kirim profil Mr. X. Aku sedang menunggu Pak Adolfis di halaman rumahnya. Yicoe dan Novie, tolong ingatin aku jika ada pertanyaan yang terlewatkan saat berbicara dengan Mr. X, ya. Saat ini pikiranku sedang terbagi dengan kejadian tadi." Ucap Kaliana serius. Sepanjang jalan dia tidak fokus untuk memeriksa sopir Chasina, karena kasus Jaret selalu mengganggu pikirannya.
"Siiiaap, Mbak..." Ucap Yicoe untuk menyemangati Kaliana.
"Tenang saja, Mbak. Semuanya ada di depan kami." Ucap Novie untuk menenangkannya.
Tidak lama kemudian, Pak Adolfis dan Bryan tiba bersama pengacara mereka. Kaliana segera turun dari mobilnya. "Ibu Kaliana lewat mana? Ko', bisa tiba lebih cepat dari kami?" Tanya Pak Adolfis yang heran dengan cepat, Kaliana tiba di rumahnya.
"Lewat jalan curut, Pak." Ucap Kaliana sambil tersenyum, lalu mengikuti Pak Adolfis dari belakang. Bryan tersenyum dalam hati mendengar jawaban asal Kaliana.
"Pak Adolfis, saya minta ruang kosong untuk berbicara dengan sopir Bu Chasina, Pak." Ucap Kaliana setelah Pak Adolfis memanggil sopir Chasina untuk mendatangi mereka.
"Kalau begitu, ke ruang kerja saya Bu Kaliana." Ucap Pak Adolfis, lalu mengajak mereka ke ruang kerjanya.
📱"Astagaaa... Mbak Anna, siapa cowker (cowok keren) itu?" Tanya Yicoe dan Novie berbarengan membuat Kaliana hampir menggigit lidahnya untuk menahan ucapannya. "Fokuuuussss." Kaliana berkata pelan, cendrung berbisik, karena tahu Bryan pasti tertangkap kameranya dan terlihat oleh Yicoe dan Novie.
📱"Astagaaa... Sekarang yang tidak fokus, justru Mbak Yicoe dan Mbak Novie." Perkataan Putra, membuat Kaliana hanya bisa berdehem. Mendengar itu, Pak Adolfis minta pelayan membawa minum ke ruang kerjanya.
Saat masuk ke ruang kerja, Kaliana mengamati ruang kerja Pak Adolfis. Luasnya dua kali ruang kerja Marons di rumahnya, karena sekalian dengan ruang rapat/pertemuan. Kemudian Kaliana duduk di salah satu sofa, setelah dipersilahkan oleh Pak Adolfis.
Melihat Pak Adolfis akan ada dalam ruang kerjanya untuk mengikuti pemeriksaan sopir Chasina, Kaliana memilih tempat duduk yang bisa menghindarkan Bryan dan Pak Adolfis dari Kameranya. Hal itu membuat Yicoe dan Novie protes, karena tidak bisa melihat Bryan di layar.
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
🍁ꪶꫝFAIZ 𝓐𝔂⃝❥❣️
duuuh si Raka ini kurang mendengarkan peringatan Kaliana
2023-07-03
3
Beelzebub
ilang 1 tumbuh seribu
2023-06-26
3
ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Kaliana teliti dn berhati sekali termasuk ma Bryan ampek duduk pun harus jauh ma Bryan,yg tadinya ska ngolok olok Kaliana,br kli ini Bryan sll mngamati Kaliana
2023-06-05
3