...~•Happy Reading•~...
Di tempat lain ; Setelah Putra mengupload beberapa bagian penting dari penjelesan Bram di konferensi pres, Kaliana masih memantau pemberitaan dan juga dampak dari konferensi pers tersebut di masyarakat dan viewers channel youtube sopape's.
"Putra, fokus untuk beritakan Jaret, agar perhatian publik terbagi kepadanya. Jangan semua di arahkan kepada Ibu Chasina. Setelah ini, baru kita nyicil upload berita tentang 'kasus selokan'. Mungkin nanti bisa meredahkan perbedaan pendapat di masyarakat." Kaliana masih berkata serius, sambil memperhatikan media sosial.
Semua dalam ruang keluarga terdiam setelah konferensi pers. Mereka sedang pikirkan berbagai hal saat melihat respon publik terhadap konferensi pers tersebut. Apalagi setelah mengetahui Jaret suami Chasina seorang pemakai dan pengedar narkobai jenis sabu.
Masyarakat mulai condong perhatian dan beralih memberikan simpati kepada Chasina. Hal ini membawa sedikit titik terang bagi Kaliana dalam menangani kasus selanjutnya.
Saat Kaliana sedang berdiskusi dengan Putra, tiba-tiba ponsel di kantongnya bergetar. Ketika melihat siapa yang menghubungi, Kaliana segera keluar ruangan. Marons mengikuti gerakan Kaliana dengan matanya dan berpikir, siapa yang menghubunginya malam-malam di nomor pribadi.
📱"Anna, maaf. Tadi agak terlambat. Kau sudah tau kenapa bukan? Jadi aku tidak usah jelaskan lagi." Bram langsung menjelaskan saat Kaliana merespon panggilannya.
📱"Iyaaa.. Aku mengerti. Melihat reaksi publik sekarang, belum terlambat." Kaliana yakin, pengacara Papa Rallita belum buka suara tentang semua yang terjadi di acara gelar perkara.
📱"Orangnya ada di sini, untuk mendampingi Pak Ewan. Tadi dia berdebat dengan anaknya, karena Fendry mau pakai pengacara keluarga sebelumnya. Tetapi Pak Ewan sepertinya tidak mau, sehingga Fendry pulang dengan kesal." Bram menceritakan apa yang terjadi dengan Papa Rallita, saat Fendry datang ke kantor polisi.
📱"Astagaaa... Pikirannya sudah mulai erorr... Tidak bisa lihat situasi yang sedang terjadi. Masa mengantungkan hidupnya pada pengacara seperti itu." Kaliana merasa heran dengan sikap Papa Rallita.
📱"Tapi tidak usah bicarakan Pak Ewan. Beliau akan berhadapan dengan punguk dan juga bukti yang kita kumpulkan. Sekarang bagaimana dengan Jaret? Aku ingin tau perkembangannya di dalam. Semoga tidak ada manuver yang mengejutkan." Kaliana berkata serius, karena itu bisa saja terjadi.
^^^Kaliana meminta Bram untuk lakukan konferensi pers, agar sedikit banyak publik sudah tahu tentang persoalan Jaret. Jika mereka mau lakukan sesuatu, akan berpikir lagi tentang respon publik dan kelanjutan kariernya.^^^
📱"Yaaa... Semoga saja ada dampak positif dari konferensi persmu, agar bisa menahan laju banyak trik dibalik kasus Jaret." Ucap Kaliana serius.
📱"Iyaa... Sekarang Orang tua Jaret ada datang, setelah konferensi pers tadi. Sepertinya mereka terlalu percaya, Jaret tidak akan dirilis, walau sudah ditangkap dan viral penangkapannya. Untuk menghindari media, mereka lewat pintu belakang. Jadi kau sudah bisa bayangkan, untuk menemui Jaret dan 'Bintang', mereka lewat jalur khusus." Jawab Bram serius, karena sudah mendengar mereka ada datang.
📱"Kalau begitu, aku serahkan padamu bagaimana hadapi mereka. Aku sudah lelah, mau tidur." Kaliana berkata serius. Dia tahu, sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk semua yang terjadi di kantor polisi.
📱"Iyaaa... Kau istirahat saja. Tapi mulai sekarang, kau harus berhati-hati. Jaret pasti akan ceritakan proses gelar perkara kepada orang tuanya." Bram mengingatkan, lalu mengakhiri pembicaraan mereka.
Setelah berbicara dengan Bram, Kaliana kembali masuk ke ruang keluarga. Semua mata langsung menatapnya, karena telah menunggu berita dari Bram. Mereka tahu, yang telpon pasti Bram. Karena kalau sudah larut, Kaliana tidak akan merespon panggilan jika tidak penting.
"Pak Bram bilang, orang tua Jaret ada datang ke kantor untuk menemui Jaret dan 'Bintang'. Kita tunggu dan lihat saja berita besok pagi. Mari kita istirahat, karena sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan." Ucap Kaliana kepada semua yang ada dalam ruang keluarga, termasuk Marons.
Kaliana berjalan mendekati Marons yang sedang duduk, diam. "Arrow, bisakah kami bersihkan badan dan istirahat? Kami sudah sangat lelah." Ucap Kaliana setelah melihat Yicoe dan Novie termasuk Pak Yosa juga dalam kondisi yang sama dengannya. Sedangkan Putra yang biasa begadang untuk berselancar di dunia maya, matanya masih 100 watt.
"Walaupun ini belum selesai, waktu istirahat, tetap istirahat. Badan dan otak memiliki batas untuk bekerja. Jangan dipaksakan untuk sesuatu yang sudah tidak bisa di'ubah lagi." Ucap Marons serius, sambil memandang Kaliana. Melihat sikap Marons, Kaliana melembut dengan mengangkat kedua jarinya, peace.
Kaliana berpikir, mungkin Marons marah melihatnya menerima telpon sudah larut. Walaupun itu dari Bram, waktunya istirahat, tetap istirahat. Kaliana ingat pengalaman Marons dengan Rallita, membuat dia jadi berbicara dengan pelan untuk meredakan emosi Marons.
"Nanti kalau yang tadi lebam, besok aku kompres biar mulus. Kalau tidak, bawa aku ke Komnas HAM perlindungan lelaki." Kaliana mengangkat dua jarinya lagi, tanda peace sambil tersenyum.
Marons mau mengangkat tangan untuk mengacak rambutnya, tapi melihat gerakan Kaliana mengangkat tangannya untuk memblok tanganya, Marons jadi tersenyum. "Kege'eran... Siapa yang mau pegang kepalamu." Ucap Marons, lalu tiba-tiba memegang kepala Kaliana dan mengacak rambutnya.
"Curaaang..." Ucap Kaliana sambil merapikan rambutnya dan berjalan keluar mengikuti Marons. Anggota team lain, hanya bisa tersenyum melihat apa yang dilakukan Marons dan Kaliana. Mereka telah tahu hubungan pertemanan mereka di masa lalu, saat pembicaraan Marons di ruang gelar perkara.
"Itu bukan curang, tetapi taktik menerobos pertahanan lawan." Ucap Marons asal, sambil tertawa dalam hati, melihat Kaliana kesal.
"Kau mau melihat kepalaku seperti landasan bandara?" Kaliana menanggapi apa yang dilakukan Marons.
"Astagaaa... Kau kira tanganku buldoser? Tidak usah kesal begitu. Yang harus kesal itu, aku. Malam-malam masih terima telpon, padahal tadi bilang sudah sangat lelah." Ucap Marons sambil menyenggol pundak Kaliana dengan lengannya, membuat Kaliana terhuyung.
"Sudah lihat? Pertahanan saja sudah ambyar." Marons refleks memegang lengan Kaliana agar tidak jatuh.
"Kau sengaja lakukan itu, kan?" Tanya Kaliana, sambil memukul lengan Marons.
"Iyaaa... Supaya kau tau batas kekuatan tubuhmu. Sudaaa, berhenti bicara itu. Kalian bertiga tidur di kamarku saja, karena tempat tidurnya lebih besar. Nanti aku yang tidur di kamar tamu. Mari, aku tunjukan." Marons berjalan bersisian ke kamarnya.
^^^Marons belum bisa tidur di kamarnya, karena masih trauma dengan apa yang dilakukan Rallita. Dia akan terus mengingat semua yang berhubungan dengan perlakuan Rallita.^^^
Namun sebelum ke kamar utama, Marons membelok. Dia membawa Kaliana ke ruangan pakaian Rallita. "Kalau kau mau, kalian bisa pilih kaos atau pakaian rumah Rallita untuk ganti pakaian kalian malam ini. Besok baru pergi lihat yang baru untuk kalian." Usul Marons, karena melihat Kaliana, Yicoe dan Novie memiliki postur tubuh yang mirip dengan Rallita. Hanya Yicoe yang lebih imut. Jika kenakan kaos Rallita masih bisa untuk ganti pakaian yang sedang dikenakan.
"Iyaa, terima kasih. Nanti aku bicarakan dengan Yicoe dan Novie, mereka mau atau tidak. Yang penting sekarang, bisa bersihin badan supaya bisa tidur saja." Kaliana merasa badannya penat dan tidak segar.
"Baik. Ini tidak dikunci, jadi kalian bisa masuk dan lihat saja. Mari ikut aku, supaya kau bisa ajak mereka untuk mandi." Marons ke ruangan khusus tempat penyimpanan perlengkapan kebutuhan rumah untuk mengambil handuk.
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
༄𝑓𝑠𝑝⍟🥀⃞🕊️⃝ᥴͨᏼᷛtrisak⃟K⃠👏
Sepertinya maron memanjakan mereka
2023-07-13
3
𝐀⃝🥀➳ᴹᴿ᭄ᴠᷞᴀᷝʀᷦɪᷦᴇᷲʟ𝓐𝔂⃝❥👻ᴸᴷ
iyaa lbih baik istirahat aja dluu
2023-07-10
3
🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
perhatian bingiit si Marrons pada Kaliana
2023-06-25
3