20. Kenyataannya

Rayyan kembali memasuki ruang perawatan Aura. Kedatangannya lantas membuat Mama Yara membisikkan sesuatu pada putrinya.

"Mama keluar dulu ya, mau makan. Kamu kalau mau makan minta sama suamimu."

"Eh, Ma?"

Mama Yara mengerlingkan mata, menggoda sang putri. Aura langsung mendesis sebal.

"Nih ya, Mama kasih tau. Kalau kamu terus nolak Rayyan, ntar dosa, lho. Dia itu suami kamu. Terus, nanti kamu bakal nyesel kalau sampai dia pergi. Percaya sama Mama." Mama Yara kembali berbisik-bisik didekat telinga Aura, setelah itu dia benar-benar berderap untuk segera pergi.

"Ray, Mama titip Aura ya," Mama Yara berpesan pada Rayyan yang berdiri kaku didekat sofa.

"I-iya, Bu."

Mama Yara langsung mengernyit dengan panggilan Rayyan terhadapnya. Sepertinya sudah berapa kali Rayyan salah memanggilnya hari ini padahal dia sudah mengingatkannya juga berulang kali.

"Ehm, maksud saya, iya, Ma." Rayyan langsung meralat saat paham dimana letak kesalahan panggilannya terhadap ibu kandung Aura itu.

Mama Yara langsung menarik lengan Papa Sky untuk kembali keluar dan menemaninya. Lagipula mereka memang harus lebih banyak memberi Aura dan Rayyan waktu untuk berbicara berdua. Mereka harus dipaksa dekat, atau kalau tidak keduanya akan terjebak dalam situasi akward terus padahal Aura harus belajar menerima jika Rayyan sudah menjadi suaminya.

Aura membuang pandangan ke samping, dia malas melihat pemuda dengan kaos abu-abu itu.

"Kamu udah tau sesuatu, belum?" Rayyan memulai percakapannya. Dia duduk di sofa yang cukup berjarak dari bed hospital yang Aura tempati.

"Soal apa?" desis Aura datar.

"Soal anak kita."

Aura tersenyum sarkas. Rayyan sudah berani mengatakan soal yang dikandungnya adalah 'anak kita'.

Hih, yang benar saja? batin Aura.

Rayyan sebenarnya belum sanggup untuk mengatakan hal ini pada Aura. Tapi mau bagaimanapun Aura harus mengetahuinya. Cepat atau lambat Aura akan menanyakan hal ini baik padanya ataupun kepada kedua orangtuanya.

Lagipula, kedua orangtua Aura juga tidak tega dan bingung mau memulai memberitahu Aura darimana. Jadi Rayyan harus lebih berani jujur untuk mengatakan yang sebenarnya.

Melihat Aura hanya diam, Rayyan kembali bersuara.

"Anak kita, udah gak ada lagi dalam kandungan kamu, Ra."

Meski sulit, akhirnya kenyataan itu mampu dinyatakan oleh Rayyan kepada gadis yang sudah menjadi istrinya itu.

Aura refleks memegang perutnya. Dia syok, tentu saja. Tapi mengingat kecelakaan yang menimpa nya, Aura merasa wajar jika dia sampai kehilangan bayi itu.

Tanpa Aura sadari, airmatanya menetes mendengar kenyataan ini. Ini semua salahnya dan karena kecerobohannya. Andai dia tidak mengalami kecelakaan itu, andai dia bisa menyebrang dengan baik, andai dia tidak ke toko buku dan andai dia tetap didalam mobil saja waktu itu, mungkin janinnya masih baik-baik saja didalam rahimnya.

Entah kenapa Aura merasa sedih, padahal diawal kehamilannya dia merasa tidak menginginkannya.

Apa ini balasan untuknya? Apa bayinya merasa kalau sejatinya Aura tak pernah mengharapkan kehadiran janin itu dalam hidupnya?

Aura tidak tau sejak kapan Rayyan sudah berpindah posisi ke samping tempat tidurnya. Pria itu tampak gamang antara mau menenangkan Aura dalam pelukan atau justru diam menyaksikan Aura yang tampak bersedih.

"Apa bayinya merasa kalau dia gak pernah diinginkan untuk hadir?" tanya Aura dengan gumaman pelan. Rembesan airmatanya kembali luruh di pipi. Rayyan tidak kuasa untuk membantu menghapusnya.

"Kamu tau ada beberapa hal didunia ini yang gak bisa kita duga? Salah satunya adalah kehilangan. Kita gak pernah tau betapa berharganya sesuatu sampai kita turut merasakan kehilangan."

Aura mendongak pada pria tinggi yang berdiri disampingnya. "Kamu gak tau gimana rasanya, Rayyan! Aku udah mulai menerima kehadiran bayi itu!" tukasnya disertai tangisan.

"Aku tau, aku tau, Ra. Bayi itu juga milikku!" Rayyan menekankan kata-katanya.

Aura menatap Rayyan dengan wajah yang basah oleh airmata. Rayyan tak tahan melihatnya.

"Kamu merasa kehilangan karena kamu sudah menganggapnya ada. Jadi, jangan salahkan diri kamu dengan kata-kata ... bayinya pergi karena gak pernah diinginkan. Kamu salah! Kamu udah menerimanya, dan dia pergi karena suratan takdir, bukan karena kesalahan kamu, Aura."

Rayyan menghapus jejak-jejak airmata Aura dengan ibu jarinya. Gadis yang sudah menjadi istrinya itu tidak menolak, justru seakan pasrah dengan perlakuan Rayyan. Tentu hal ini membuat Rayyan bersyukur karena perlahan-lahan Aura sudah mulai menerimanya, setidaknya begitulah yang Rayyan pikirkan sekarang.

Aura bukan tak dapat merasakan bagaimana tangan Rayyan yang bergetar saat menyentuhnya, tapi dia masih larut dalam kesedihan sehingga rasanya tidak kuasa untuk menolak. Atau justru Rayyan memang sudah memberinya kenyamanan hingga dia bisa menanggapi perlakuan pria itu dengan santai.

"Jujur, awalnya aku merasa tidak sanggup memberitahukan hal ini sama kamu. Tapi, kamu berhak tau. Semakin lama hal ini dirahasiakan maka kamu akan lebih sakit hati jika mengetahuinya dibelakang hari. Maafkan aku harus memberitahu kamu sebuah kenyataan meski itu sangat menyakitkan."

Aura kembali menangis tersedu-sedu. Dia membayangkan bagaimana saat dia menyaksikan perkembangan sang jabang bayi lewat layar USG disebuah klinik obgyn waktu itu. Aura bahkan belum sempat meminum susu kehamilannya untuk membuat bayi dalam kandungannya sehat dan tidak kekurangan nutrisi. Ternyata begini rasanya kehilangan anak yang sempat tumbuh dalam dirinya. Rasanya jauh lebih sakit ketimbang kenyataan waktu Aura gagal menikah dengan Jeno waktu itu.

"Apa suatu saat nanti aku masih bisa merasakan masa-masa itu lagi?" gumam Aura.

"Maksud kamu?" Rayyan menatap ke dalam netra perempuan itu. "... kamu mau merasakan masa-masa kehamilan lagi?" tanyanya menebak.

Aura mengangguk, tapi kemudian dia sadar akan sesuatu. Dia langsung melepaskan diri dari Rayyan yang sudah berani menangkup kedua pipinya dengan telapak tangan yang terasa kokoh.

Rayyan langsung berdehem sekilas, dia tidak mau memaksakan Aura untuk dekat dengannya. Kendati dia sudah menjadi suami Aura sekarang, dia tau cara mendekati Aura adalah dengan perlahan sampai dia benar-benar bisa memiliki hati perempuan itu.

"Kamu lapar? Aku ambilkan makan, ya?" Rayyan mengalihkan pembicaraan mereka agar suasana tidak canggung.

"Gak usah, nanti aku minta sama Mama aja!" Aura kembali ketus. Dia sudah sepenuhnya sadar bahwa tidak seharusnya dia menerima segala perlakuan baik Rayyan.

"Mama kamu udah nitipin kamu ke aku."

"Aku bukan barang yang bisa dititipkan," tukas Aura membuat Rayyan langsung bungkam.

Rayyan akhirnya mengangguk dan kembali duduk di sofa yang tadi ditempatinya.

"Jangan terlalu berusaha! Hati aku udah mati dan gak akan bisa menerima kamu dengan mudah. Apalagi jika mengingat apa yang udah kamu lakukan ke aku. Soal yang tadi, lupakan! Aku gak bener-bener menikmati perlakuan manis kamu, itu semua karena aku sedih mengingat bayinya udah gak ada!"

Rayyan hanya diam mendengar penuturan Aura yang lagi-lagi menolaknya secara terang-terangan. Tapi, ada sebuah kalimat Aura yang membuatnya tersenyum tipis, yaitu Aura sudah mengakui jika tadi dia telah memperlakukan Aura dengan manis. Rayyan tau sesungguhnya hati Aura bukan sudah mati seperti kata-kata perempuan itu. Hanya saja, perlu kesabaran yang ekstra untuk meluluhkan perempuannya ini.

...Bersambung ......

Mohon dukungannya ya. Novel ini mau othor ajukan kontrak. Semoga prosesnya gak lama ya🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Othoor nackal..aku mewek 😭😢 nyesek jadi Aura sama Rayyan huuuhhh...sabar Ray..banyak peluang untuk meluluhkan hati Aura yang beku..kamu terlalu pintar kok untuk meluluhkannya hanya butuh kesabaran saja.

2023-01-28

2

wagi giyoux

wagi giyoux

next

2023-01-27

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kejanggalan
2 2. Ada apa?
3 3. Pertanggungjawaban
4 4. Membatalkan
5 5. Kenangan buruk
6 6. Tersangka
7 7. Mulai mengingat
8 8. Ingin pergi
9 9. Bagaimana jika ...
10 10. Penjelasan
11 11. Cari dia!
12 12. Membatalkan keberangkatan
13 13. Tidak mungkin
14 14. Dapat menerima
15 15. Stalker kecil
16 16. Latar belakang
17 17. Periksa
18 18. Sadar
19 19. Mau bagaimana lagi
20 20. Kenyataannya
21 21. Penasaran
22 22. Kamar yang sama
23 23. Menepis masa lalu
24 24. Sarapan bersama
25 25. Berhak mengetahuinya
26 26. Mulai terbiasa
27 27. Mengurus urusan
28 28. Bertemu mertua
29 29. Memulai rencana
30 30. Aku berhak!
31 31. Teman lama
32 32. Pesta
33 33. Tanggung jawab
34 34. Masih bebas
35 35. Peringatan
36 36. Melepaskan
37 37. Bertemu
38 38. Takut
39 39. Dejavu
40 40. Berubah
41 41. Sebuah kamar
42 42. Di atas Yacht
43 43. Berenang
44 44. Menyelamatkan (lagi)
45 45. Berusaha ikhlas
46 46. Organisasi
47 47. Menumpang
48 48. Penolakan
49 49. Jaga jarak
50 50. Menjadi Pengecut
51 51. Mengundurkan diri
52 52. Tidak pernah tau
53 53. Berusaha lagi
54 54. Mencari info yang terlewat
55 55. Ngawur?
56 56. Keberanian
57 57. Dibohongi
58 58. Lusa
59 59. Tertawa lepas
60 60. Kembali
61 61. Don't worry
62 62. Balas dendam?
63 63. Sangat cemburu
64 64. Ingin Pindah
65 65. Perasaan Bersalah
66 66. Tamu yang tak diharapkan
67 67. Show you
68 68. Gara-gara kamu!
69 69. Tiba
70 70. Rencana
71 71. Memetik strawberry
72 72. Tidak disangka
73 73. Perhatian Nenek
74 74. Kembali ke kota
75 75. Kondisi
76 76. Serba Salah
77 77. Menyampaikan undangan
78 78. Mendadak pias
79 79. Murka
80 80. Sebuah janji
81 81. Sahabat lama
82 82. Memanfaatkan
83 83. Kritis
84 84. Disalahkan (lagi)
85 85. Teguran
86 86. Happily ever After
87 PROMO
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Kejanggalan
2
2. Ada apa?
3
3. Pertanggungjawaban
4
4. Membatalkan
5
5. Kenangan buruk
6
6. Tersangka
7
7. Mulai mengingat
8
8. Ingin pergi
9
9. Bagaimana jika ...
10
10. Penjelasan
11
11. Cari dia!
12
12. Membatalkan keberangkatan
13
13. Tidak mungkin
14
14. Dapat menerima
15
15. Stalker kecil
16
16. Latar belakang
17
17. Periksa
18
18. Sadar
19
19. Mau bagaimana lagi
20
20. Kenyataannya
21
21. Penasaran
22
22. Kamar yang sama
23
23. Menepis masa lalu
24
24. Sarapan bersama
25
25. Berhak mengetahuinya
26
26. Mulai terbiasa
27
27. Mengurus urusan
28
28. Bertemu mertua
29
29. Memulai rencana
30
30. Aku berhak!
31
31. Teman lama
32
32. Pesta
33
33. Tanggung jawab
34
34. Masih bebas
35
35. Peringatan
36
36. Melepaskan
37
37. Bertemu
38
38. Takut
39
39. Dejavu
40
40. Berubah
41
41. Sebuah kamar
42
42. Di atas Yacht
43
43. Berenang
44
44. Menyelamatkan (lagi)
45
45. Berusaha ikhlas
46
46. Organisasi
47
47. Menumpang
48
48. Penolakan
49
49. Jaga jarak
50
50. Menjadi Pengecut
51
51. Mengundurkan diri
52
52. Tidak pernah tau
53
53. Berusaha lagi
54
54. Mencari info yang terlewat
55
55. Ngawur?
56
56. Keberanian
57
57. Dibohongi
58
58. Lusa
59
59. Tertawa lepas
60
60. Kembali
61
61. Don't worry
62
62. Balas dendam?
63
63. Sangat cemburu
64
64. Ingin Pindah
65
65. Perasaan Bersalah
66
66. Tamu yang tak diharapkan
67
67. Show you
68
68. Gara-gara kamu!
69
69. Tiba
70
70. Rencana
71
71. Memetik strawberry
72
72. Tidak disangka
73
73. Perhatian Nenek
74
74. Kembali ke kota
75
75. Kondisi
76
76. Serba Salah
77
77. Menyampaikan undangan
78
78. Mendadak pias
79
79. Murka
80
80. Sebuah janji
81
81. Sahabat lama
82
82. Memanfaatkan
83
83. Kritis
84
84. Disalahkan (lagi)
85
85. Teguran
86
86. Happily ever After
87
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!