18. Sadar

Aura mengalami kecelakaan yang tidak terelakkan. Dia dinyatakan kritis. Tapi sebuah mukjizat terjadi, janinnya tidak gugur. Aura masih mengandung dalam kondisinya yang memprihatinkan.

Padahal, saat kejadian itu terjadi, Mama Yara sampai syok saat melihat jika Aura terjepit diantara mobil-mobil itu. Memang Aura dalam posisi meringkuk yang seolah melindungi perutnya dari benturan. Tidak disangka ternyata upaya itu pula yang membuat kandungannya tetap bertahan.

Mama Yara terus menangis disana. Dia butuh kekuatan dari orang lain, nyatanya sejak awal dia memang hanya sendirian untuk menyusul Aura di Jerman.

Kecelakaan ini sama sekali diluar prediksi. Mama Yara sampai tidak bisa berkata-kata saat sambungan teleponnya terhubung dengan sang suami di Indonesia.

"Aura kecelakaan." Hanya itu yang bisa Mama Yara katakan lewat sambungan seluler. Suaranya tercekat, tenggorokannya kering sehingga dia tidak bisa berkata lebih lanjut. Setidaknya Papa Sky akan tau jika dia tidak baik-baik saja, begitupun dengan Aura.

Mama Yara menunggui Aura diluar ruang perawatan. Akan tetapi, Dokter yang menanganinya mengatakan hal yang sulit untuk Mama Yara pilih.

"Kandungan yang ada dalam janin Ibu Aura, menghambat proses untuk operasi. Melakukan bius total atau lokal, sama-sama beresiko untuk kehamilannya."

Itulah yang Mama Yara tangkap saat Dokter menjelaskan kondisi putrinya. Sementara disaat yang sama, Aura harus segera melakukan operasi karena dia mengalami pendarahan yang cukup serius di bagian kepalanya.

"Kenapa Aura harus mengalami hal ini? Apa tidak cukup semua penderitaan yang Aura alami sejak dia remaja?" Mama Yara mengesah frustasi. Baginya, cobaan hidup putrinya terlalu berat. Apakah sekarang Aura harus merelakan kandungan yang bahkan baru saja dia terima kehadirannya, demi keselamatan hidup Aura sendiri?

...***...

Keadaan Rumah Sakit sangat senyap ketika seorang pria menyambangi bangsal perawatan dimana Aura berada. Pria itu tidak berani masuk, hanya bisa melihat Aura dari kaca kecil yang ada ditengah pintu ruangan. Dia takut kedatangannya justru membuat Aura syok.

Dia adalah Rayyan. Dia tiba di Jerman saat hari sudah memasuki waktu subuh.

"Gimana keadaan Aura, Tante?" Rayyan akhirnya bertanya pada Mama Yara yang keluar dari ruangan saat menyadari kedatangan pemuda itu.

"Aura udah selesai di operasi, dia sedang menunggu pemulihan pasca operasi. Tapi ..."

"Saya sudah mendengarnya, Tante." Rayyan berujar lesu. Kepalanya tertekuk ke bawah dan menatap pada lantai berwarna putih disana. Dia tahu jika Aura kini sudah kehilangan janin itu, bayi mereka.

"Papa dimana?"

"Maksud Tante Pak Sky?"

"Iya, Papanya Aura. Suami saya. Kalian berangkat bersama kan?"

"Tadi saya meminta Pak Sky untuk istirahat dulu di Apartmen Aura, saya sudah mengantarnya kesana. Lagipula, ini memang waktu untuk beristirahat. Saya takut jika Pak Sky memaksakan kesini justru akan berpengaruh pada kondisi kesehatan beliau. Diluar juga baru saja turun salju."

Mama Yara memijat pangkal hidungnya, hanya sesaat, kemudian dia menatap Rayyan serius.

"Kata Dokter, Aura masih terpengaruh dengan obat bius akibat operasinya. Jadi, sebelum dia sadar Tante mau kalian menikah secepatnya."

Rayyan mengernyit. "Maksud Tante, saya dan Aura akan menikah dalam keadaan Aura yang seperti itu?" tanyanya.

Mama Yara mengangguk. "Dengar, Rayyan. Aura sudah kehilangan terlalu banyak dalam hidupnya. Terakhir, itu karena kamu. Bayi yang baru saja dia terima kehadirannya juga telah tiada. Saya harap, kamu masih mau bertanggung jawab meskipun Aura sudah tidak dalam kondisi mengandung," paparnya.

"Saya akan tetap bertanggung jawab, Tante." Rayyan menekankan kata-katanya. "Tapi saya takut reaksi Aura akan syok, setelah saya menikahinya tanpa persetujuannya seperti ini?" ujarnya ikut frustrasi.

Mama Yara tampak terdiam sejenak, sepertinya dia tengah memikirkan ucapan Rayyan. Tapi, dibanding takut Aura syok karena pernikahan dengan Rayyan itu, Mama Yara lebih takut jika anaknya tidak memiliki masa depan. Jika Aura memilih tidak akan menikah sama sekali di seumur hidupnya, maka Aura tidak dapat menggantikan janin yang hari ini sudah dipaksa gugur. Mama Yara amat merasa berdosa karena hal ini jadi dia seakan tidak memiliki pilihan lain.

Selain itu, Mama Yara pesimis jika masih ada yang mau menerima kondisi Aura setelah semua kejadian yang menimpa gadis itu. Aura bukan cuma pernah depresi saat remaja, tapi baru-baru ini Aura bahkan gagal menikah, kehilangan kehormatan, berlanjut dengan kecelakaan, hingga keguguran. Begitu banyak penderitaan Aura yang datang silih-berganti, jadi wajar jika Mama Yara berpikir jika tidak akan ada yang mau membersamai putrinya yang dalam kondisi demikian.

"Buktikan pertanggung jawaban kamu dengan menikahi Aura pagi ini juga. Saya tunggu itikad baik kamu." Mama Yara sudah tiba pada keputusan final. Setidaknya, dia juga sudah tau jika Rayyan adalah pria baik-baik yang bertanggung jawab. Dia juga tau jika pemuda itu telah mencintai putrinya sejak lama--begitulah yang suaminya sampaikan lewat telepon tempo hari.

"Baik, jika itu adalah keinginan Tante, Saya juga ingin membuktikan sikap tanggung jawab saya kepada Aura. Saya akan menikahinya secepatnya." Rayyan seolah sudah siap menerima resiko dari keputusannya hari ini.

Rayyan beranjak dari hadapan Mama Yara setelah dia undur diri dengan takzim.

...****...

Aura terkesiap kaget saat dia sadar justru melihat seorang pria yang tidak asing tengah tertidur di sofa yang ada dalam ruang perawatannya.

Aura menyipitkan mata, meringis sekilas saat merasakan sakit dikepalanya. Sekarang dia sadar bahwa kepalanya tengah dibalut perban.

Saat hendak mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, Aura refleks meringis sebab merasakan nyeri di kepala dan beberapa bagian tubuhnya.

"Arkh ..."

Disaat bersamaan, Rayyan pun terbangun dari tidurnya sebab mendengar suara Aura yang sepertinya sudah sadar.

"Kamu mau apa? Biar aku bantu," ujar Rayyan pelan. Dia menatap sendu ke arah Aura.

Aura menepis tangan Rayyan yang hampir menyentuhnya. Dia tidak mau ada kontak fisik dengan pemuda itu.

Rayyan menghela nafas pendek sebab penolakan gadis itu.

"Mana Mama? Kenapa kamu yang ada disini? Kenapa kamu bisa di Jerman?"

"Mama kamu pulang dulu, nanti akan kembali. Mungkin sebentar lagi. Soal aku ada disini, aku mau menemani Papa kamu ke Jerman sekaligus melihat keadaan kamu."

Aura membuang pandangannya ke samping. Dalam pemikirannya, untuk apa pula Rayyan ikut-ikutan sang Papa untuk mengunjunginya? Tidak masuk akal. Seharusnya Papa Sky ditemani oleh Cean atau Rion, itu lebih cocok karena mereka adalah putranya. Sedangkan Rayyan? Siapa? Dia bukan siapa-siapa.

"Kamu jangan banyak gerak dulu, lebih baik baring seperti ini dulu, ya?"

"Hmm ..." Aura menyahut lebih seperti bergumam.

Rayyan tersenyum meski respon Aura belum bisa dikatakan baik terhadapnya, tapi dia bersyukur karena Aura mulai mau menanggapinya. Rayyan tahu Aura masih bisa tenang sekarang karena gadis itu belum mengetahui jika dia telah kehilangan janinnya. Jika nanti Aura menyadari hal itu, pasti dia akan berubah sikap lagi, pikir Rayyan.

"Kalau kamu butuh apa-apa, bilang sama aku, ya?"

Aura kembali menyahut dengan respon yang sama. Dia belum bisa memaklumi keberadaan Rayyan di ruangannya serta kenapa orangtuanya justru membiarkannya saja dalam perawatan pria itu.

Beberapa saat berlalu, Aura sudah menolak penawaran Rayyan untuk yang kesekian kalinya. Sejatinya Aura sangat haus tapi dia enggan meminta pada Rayyan meski pemuda itu berulang kali menawarinya untuk minum atau memakan buah-buahan yang sudah dia kupas.

"Kamu yakin gak mau minum? Nanti kamu dehidrasi." Sekali lagi Rayyan menawarkan tapi Aura tidak menangapi hal itu.

"Kalau gak mau minum, kamu mau apa? Biar aku ambilkan."

"Aku mau kamu pergi dari sini. Bisa?" senggak Aura.

Rayyan menanggapinya dengan senyuman tipis. Disaat yang sama, kedua orangtua Aura sudah kembali ke bangsal perawatan itu dan mereka tak sengaja mendengar Aura yang marah pada Rayyan.

"Aura? Kamu udah sadar, Nak!"

"Mama, Papa? Kenapa ninggalin Aura disini berdua sama dia?" Aura mencebik tak senang.

"Kamu yang kenapa jadi judes begitu?" sahut Papa Sky mencoba mencairkan suasana. "Baru juga dioperasi," sambungnya heran.

"Aura gak suka ada dia disini, Ma, Pa."

"Mulai sekarang kamu harus suka. Karena Rayyan adalah suami kamu."

Ucapan sang Papa membuat mata Aura membola. Ini dia tidak sedang bermimpi, kan? Atau dia masih dalam pengaruh obat mengingat mereka bilang tadi dia baru selesai di operasi?

"Ma?" Aura menatap sang Mama mencoba meminta kejelasan dari ucapan sang Papa. Ini maksudnya apa? Begitulah arti tatapan Aura terhadap Mamanya.

Mama Yara mengangguk seolah mengiyakan pernyataan Papa Sky. Aura semakin bingung, bagaimana bisa disaat dia tersadar justru statusnya telah menjadi istri dari seseorang? Dan orang itu adalah Rayyan. Benarkah?

...Bersambung ......

Terpopuler

Comments

brugak elen

brugak elen

masuk akal ..

2023-01-27

1

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Saaahhnya kapan thooorr 🤔🤔🙄 kok aku ketinggalan sahnya 🙆‍♀️
Uyeeee..bangun2 dah jdai istri Rayyan..kalau nggak gitu nggak bakalan mau dinikahi.
Lanjut..apa reaksinya saat tau janinnya hilang 🤔 tapi gpp besok bikin lagi Aura 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2023-01-26

1

wagi giyoux

wagi giyoux

wuihiiiiir....
ati² aura dg sikap kamu yg benci seperti itu bisa² kamu akan jatuh cinta karena antara benci dan cinta itu beti(beda² tipislah) 😄😄😄

2023-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kejanggalan
2 2. Ada apa?
3 3. Pertanggungjawaban
4 4. Membatalkan
5 5. Kenangan buruk
6 6. Tersangka
7 7. Mulai mengingat
8 8. Ingin pergi
9 9. Bagaimana jika ...
10 10. Penjelasan
11 11. Cari dia!
12 12. Membatalkan keberangkatan
13 13. Tidak mungkin
14 14. Dapat menerima
15 15. Stalker kecil
16 16. Latar belakang
17 17. Periksa
18 18. Sadar
19 19. Mau bagaimana lagi
20 20. Kenyataannya
21 21. Penasaran
22 22. Kamar yang sama
23 23. Menepis masa lalu
24 24. Sarapan bersama
25 25. Berhak mengetahuinya
26 26. Mulai terbiasa
27 27. Mengurus urusan
28 28. Bertemu mertua
29 29. Memulai rencana
30 30. Aku berhak!
31 31. Teman lama
32 32. Pesta
33 33. Tanggung jawab
34 34. Masih bebas
35 35. Peringatan
36 36. Melepaskan
37 37. Bertemu
38 38. Takut
39 39. Dejavu
40 40. Berubah
41 41. Sebuah kamar
42 42. Di atas Yacht
43 43. Berenang
44 44. Menyelamatkan (lagi)
45 45. Berusaha ikhlas
46 46. Organisasi
47 47. Menumpang
48 48. Penolakan
49 49. Jaga jarak
50 50. Menjadi Pengecut
51 51. Mengundurkan diri
52 52. Tidak pernah tau
53 53. Berusaha lagi
54 54. Mencari info yang terlewat
55 55. Ngawur?
56 56. Keberanian
57 57. Dibohongi
58 58. Lusa
59 59. Tertawa lepas
60 60. Kembali
61 61. Don't worry
62 62. Balas dendam?
63 63. Sangat cemburu
64 64. Ingin Pindah
65 65. Perasaan Bersalah
66 66. Tamu yang tak diharapkan
67 67. Show you
68 68. Gara-gara kamu!
69 69. Tiba
70 70. Rencana
71 71. Memetik strawberry
72 72. Tidak disangka
73 73. Perhatian Nenek
74 74. Kembali ke kota
75 75. Kondisi
76 76. Serba Salah
77 77. Menyampaikan undangan
78 78. Mendadak pias
79 79. Murka
80 80. Sebuah janji
81 81. Sahabat lama
82 82. Memanfaatkan
83 83. Kritis
84 84. Disalahkan (lagi)
85 85. Teguran
86 86. Happily ever After
87 PROMO
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Kejanggalan
2
2. Ada apa?
3
3. Pertanggungjawaban
4
4. Membatalkan
5
5. Kenangan buruk
6
6. Tersangka
7
7. Mulai mengingat
8
8. Ingin pergi
9
9. Bagaimana jika ...
10
10. Penjelasan
11
11. Cari dia!
12
12. Membatalkan keberangkatan
13
13. Tidak mungkin
14
14. Dapat menerima
15
15. Stalker kecil
16
16. Latar belakang
17
17. Periksa
18
18. Sadar
19
19. Mau bagaimana lagi
20
20. Kenyataannya
21
21. Penasaran
22
22. Kamar yang sama
23
23. Menepis masa lalu
24
24. Sarapan bersama
25
25. Berhak mengetahuinya
26
26. Mulai terbiasa
27
27. Mengurus urusan
28
28. Bertemu mertua
29
29. Memulai rencana
30
30. Aku berhak!
31
31. Teman lama
32
32. Pesta
33
33. Tanggung jawab
34
34. Masih bebas
35
35. Peringatan
36
36. Melepaskan
37
37. Bertemu
38
38. Takut
39
39. Dejavu
40
40. Berubah
41
41. Sebuah kamar
42
42. Di atas Yacht
43
43. Berenang
44
44. Menyelamatkan (lagi)
45
45. Berusaha ikhlas
46
46. Organisasi
47
47. Menumpang
48
48. Penolakan
49
49. Jaga jarak
50
50. Menjadi Pengecut
51
51. Mengundurkan diri
52
52. Tidak pernah tau
53
53. Berusaha lagi
54
54. Mencari info yang terlewat
55
55. Ngawur?
56
56. Keberanian
57
57. Dibohongi
58
58. Lusa
59
59. Tertawa lepas
60
60. Kembali
61
61. Don't worry
62
62. Balas dendam?
63
63. Sangat cemburu
64
64. Ingin Pindah
65
65. Perasaan Bersalah
66
66. Tamu yang tak diharapkan
67
67. Show you
68
68. Gara-gara kamu!
69
69. Tiba
70
70. Rencana
71
71. Memetik strawberry
72
72. Tidak disangka
73
73. Perhatian Nenek
74
74. Kembali ke kota
75
75. Kondisi
76
76. Serba Salah
77
77. Menyampaikan undangan
78
78. Mendadak pias
79
79. Murka
80
80. Sebuah janji
81
81. Sahabat lama
82
82. Memanfaatkan
83
83. Kritis
84
84. Disalahkan (lagi)
85
85. Teguran
86
86. Happily ever After
87
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!