6. Tersangka

Bab 6

Rayyan

Ia menghela nafas berat setelah Aura keluar dari kamarnya pagi tadi. Gadis itu bahkan menutup pintunya dengan keras.

Tolong jangan tanyakan kepadanya mengenai apa yang terjadi, sebab ia sendiri benar-benar tidak mengingatnya.

Berbanding terbalik dengan rasa pening di kepala, tubuhnya justru terasa ringan luar biasa.

Akan tetapi, jauh dilubuk hatinya yang terdalam–yakin–jika sesuatu memang telah terjadi diantara dirinya dengan Aura.

Ah, gadis itu. Mungkin Aura tidak mengingatnya, atau justru melupakannya, tapi ia selalu terbayang pada pemilik wajah sendu itu.

Dan hari ini, tepatnya pagi ini, ia kembali melihat kabut mendung yang sama diwajah Aura, dan parahnya itu terjadi karenanya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Disaat sedang berpikir, pintu kamarnya terdengar diketuk. Bi Dima ada disana.

"Mas Rayyan."

"Ada apa, Bi?"

"Katanya Mas Rayyan mau pulang hari ini. Kalau jadi, biar Bibi bantu berkemas. Lagipula, keadaan di rumah sini lagi gak kondusif, sepertinya bakal ada masalah besar."

"Kenapa Bibi bilang gitu?"

Bi Dima menghela nafas singkat, wanita paruh baya itu tampak menggeleng lemah.

"Pernikahan Non Aura semalam, gagal."

"Hah?" Ia melongo. Kalau saja Bi Dima tidak mengingatkannya soal ini, ia pasti tak ingat jika harusnya semalam Aura memang telah melangsungkan acara akad.

Pikirannya langsung berkecamuk, menghubungkan semua yang sudah terjadi. Mulai dari pernikahan Aura yang gagal, sampai pada momen berakhirnya Aura di kamarnya.

"Non Aura semalam menghilang. Sudah dicari ke seluruh isi rumah, tapi gak ketemu. Padahal mobilnya masih ada di garasi." Bi Dima kembali menjelaskan, rupanya wanita itu sudah masuk ke dalam kamarnya dan terlihat ingin merapikan tempat tidurnya.

Ia masih larut dengan pemikirannya yang seperti benang kusut, disaat Bi Dima kembali bersuara.

"Mas Rayyan jadi pulang?"

"Harusnya saya memang pulang sejak seminggu yang lalu kan, Bi."

"Nah, ya itu. Kenapa Mas Rayyan tiba-tiba mau bantuin disini?" Bi Dima kembali menoleh padanya. "Padahal biasanya Mas Rayyan yang terbiasa dibantu." Bi Dima mengulumm senyumnya.

Ia mengusap kasar wajahnya sendiri, lalu pandangannya tak sengaja menatap pada bercak di sprei tempat tidur. Tubuhnya langsung membeku seketika.

"... Mas Rayyan bahkan bilang kalau Mas itu anaknya Bibi. Kenapa to', Mas?"

Ia memang mendengar ucapan Bi Dima, tapi pandangan matanya tetap jatuh pada noda merah disana. Andai tadi Bi Dima tidak menggeser posisi selimutnya, pasti ia belum juga dapat melihat bercak itu.

"Mas? Mas Rayyan?" Bi Dima terdengar mendesak.

"Saya kan memang anak Bibi," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan–lebih tepatnya sambil berpikir bagaimana mengusir Bi Dima sebelum wanita itu menyadari kejanggalan yang ada di sprei tersebut.

"Iya, anak yang Bibi asuh sejak bayi, sekarang sudah besar dan tampan lagi," goda Bi Dima belum sadar kemana arah pandangan matanya saat ini.

"Berarti benar kan, kalau saya anak Bibi." Ia kembali menatap Bi Dima, "tapi, sepertinya saya belum bisa pulang, Bi. Karena ada masalah yang saya buat tanpa sengaja. Saya mau menyelesaikan masalah ini dulu," terangnya ambigu.

"Lho, lho, Mas Rayyan buat masalah apa? Apa perlu bantuan Bibi untuk menyelesaikannya?"

"Sekarang belum. Tapi kalau nanti saya butuh Bibi untuk membantu, saya akan segera bilang." Ia memegang pundak Bi Dima, mengarahkannya ke arah pintu keluar. Syukurnya wanita baya itu menurut dan tidak protes.

"Saya mau mandi dulu, ya, Bi. Biar kamarnya saya saja yang bereskan."

Kali ini Bi Dima tampak mengernyit. "Mas Rayyan yakin? Bisa?" Bi Dima tampak ragu.

"Bisa, Bi." Ia meyakinkan. "Bibi udah mengajari saya banyak hal, kan?" ujarnya.

"Iya, tapi–"

"Udah, saya bisa kok. Cuma beresin kamar ini saja pasti bisa."

Akhirnya Bi Dima keluar dari kamar dan pergi menuju rumah utama.

Setelah kepergian Bi Dima, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia jelas tahu noda apa yang kini mengotori sprei di tempat tidur.

"Astaga …" ia mendesahh frustasi. Ternyata semuanya memang terjadi, dan dirinyalah tersangkanya disini.

Setelah mengganti sprei dan lanjut mandi, ia mendengar pintu kamarnya kembali di ketuk. Kali ini ia kembali mendapati Bi Dima disana. Tapi, kali ini wajah Bi Dima tampak tegangg.

"Ada apa, Bi?"

"Mas Rayyan di panggil sama Bu Yara."

Glek, ia menelan saliva dengan berat. Apa ini ada kaitannya dengan masalah yang sudah ia perbuat pada Aura?

"Iya, Bi. Saya akan menemui beliau."

"Tapi, ada apa, Mas? Kenapa tiba-tiba Bu Yara mau ketemu sama Mas Rayyan?"

"Bibi tenang dulu, ya. Ini sepertinya ada kaitannya sama masalah yang saya buat tanpa sengaja."

"Sebenarnya ada masalah apa, Mas?"

Ia menggeleng samar, menutup pintu kemudian.

"Kita temui Bu Yara dulu biar saya bicara dan menjelaskannya disana, ya, Bi."

Sesampainya dikediaman Aura, ternyata ia benar-benar di sidang siang itu. Sepertinya semua keluarga besar Aura sudah mengetahui apa yang terjadi.

Ia tak masalah untuk disalahkan karena ia sadar jika ia memang bersalah. Kendati itu semua terjadi tanpa kesadaran penuh didalam dirinya.

Pun demikian dengan saudara Aura yang mengumpatnya, ia menerima itu bulat-bulat. Ia memang breng sek, bahkan sebelum sesuatu antara ia dan Aura terjadi, gelar itu sudah lebih dulu melekat dan disandangkan oleh keluarga besar sang Ayah kepadanya.

"Saya tau jawaban saya memang terdengar seperti pria breng sek. Saya tidak menyangkal hal itu. Tapi, meski saya tidak sadar apa yang sebenarnya terjadi, saya siap untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah terlanjur saya lakukan," katanya berusaha gentle.

"Tanggung jawab apa yang bisa kamu berikan?" Pak Sky kembali terfokus padanya.

"Saya siap menikahi Aura sebagai bentuk pertanggungjawaban saya. Itupun jika saya diizinkan."

Ia dapat melihat respon Aura diseberang sana. Gadis itu terlihat menggeleng kuat dalam posisinya. Ia paham kenapa Aura harus menolaknya. Jelas saja, mereka baru saja mengenal sebelum semua ini terjadi. Meski pada kenyataannya, seminggu yang lalu bukanlah pertemuan pertamanya dengan sang gadis.

"Aku enggak mau, Pa, Ma." Terdengar Aura menyahut lirih.

Semua mata kini tertuju pada gadis itu, termasuk ia yang juga menatap Aura sekarang.

"Aura, jika Rayyan siap menikahi kamu, itu lebih baik, Sayang. Dia mau bertanggung jawab …" Kali ini, Nenek Aura yang bersuara.

"Aku gak mau, Oma. Aku gak mau!" Aura tampak histeris.

Melihat itu, ada denyutan nyeri di dadanya, ia seakan ditampar rasa bersalah melihat keadaan gadis itu. Ini semua karena dirinya. Apa yang harus dia korbankan untuk membuat gadis itu bisa menerima dan memaafkannya?

Tak lama dari itu, Aura pun bangkit dari duduk, kemudian melesat pergi diiringi dengan isakan yang sangat membuatnya semakin merasa berdosa.

...Bersambung ......

Terpopuler

Comments

Lily Mantansari

Lily Mantansari

apakah ini siasat Oma karna sebelumnya sudah menyelidiki kepribadian mas Rayyan dan Jeno?

2023-06-25

1

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Ooohh berarti Rayyanlah yang menolong Aura dari kebejatan Sandy waktu itu..lalu kenapa Rayyan bersikeras untuk tetap berada diruma Yara padahal seharusnya dia sudah pulang. Curiga deh Rayyan pasti bukan pemuda sembarangan.

2023-01-21

1

wagi giyoux

wagi giyoux

hadeh makin penasaran aja.
sebenernya apa yg terjadi.....????

2023-01-15

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kejanggalan
2 2. Ada apa?
3 3. Pertanggungjawaban
4 4. Membatalkan
5 5. Kenangan buruk
6 6. Tersangka
7 7. Mulai mengingat
8 8. Ingin pergi
9 9. Bagaimana jika ...
10 10. Penjelasan
11 11. Cari dia!
12 12. Membatalkan keberangkatan
13 13. Tidak mungkin
14 14. Dapat menerima
15 15. Stalker kecil
16 16. Latar belakang
17 17. Periksa
18 18. Sadar
19 19. Mau bagaimana lagi
20 20. Kenyataannya
21 21. Penasaran
22 22. Kamar yang sama
23 23. Menepis masa lalu
24 24. Sarapan bersama
25 25. Berhak mengetahuinya
26 26. Mulai terbiasa
27 27. Mengurus urusan
28 28. Bertemu mertua
29 29. Memulai rencana
30 30. Aku berhak!
31 31. Teman lama
32 32. Pesta
33 33. Tanggung jawab
34 34. Masih bebas
35 35. Peringatan
36 36. Melepaskan
37 37. Bertemu
38 38. Takut
39 39. Dejavu
40 40. Berubah
41 41. Sebuah kamar
42 42. Di atas Yacht
43 43. Berenang
44 44. Menyelamatkan (lagi)
45 45. Berusaha ikhlas
46 46. Organisasi
47 47. Menumpang
48 48. Penolakan
49 49. Jaga jarak
50 50. Menjadi Pengecut
51 51. Mengundurkan diri
52 52. Tidak pernah tau
53 53. Berusaha lagi
54 54. Mencari info yang terlewat
55 55. Ngawur?
56 56. Keberanian
57 57. Dibohongi
58 58. Lusa
59 59. Tertawa lepas
60 60. Kembali
61 61. Don't worry
62 62. Balas dendam?
63 63. Sangat cemburu
64 64. Ingin Pindah
65 65. Perasaan Bersalah
66 66. Tamu yang tak diharapkan
67 67. Show you
68 68. Gara-gara kamu!
69 69. Tiba
70 70. Rencana
71 71. Memetik strawberry
72 72. Tidak disangka
73 73. Perhatian Nenek
74 74. Kembali ke kota
75 75. Kondisi
76 76. Serba Salah
77 77. Menyampaikan undangan
78 78. Mendadak pias
79 79. Murka
80 80. Sebuah janji
81 81. Sahabat lama
82 82. Memanfaatkan
83 83. Kritis
84 84. Disalahkan (lagi)
85 85. Teguran
86 86. Happily ever After
87 PROMO
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Kejanggalan
2
2. Ada apa?
3
3. Pertanggungjawaban
4
4. Membatalkan
5
5. Kenangan buruk
6
6. Tersangka
7
7. Mulai mengingat
8
8. Ingin pergi
9
9. Bagaimana jika ...
10
10. Penjelasan
11
11. Cari dia!
12
12. Membatalkan keberangkatan
13
13. Tidak mungkin
14
14. Dapat menerima
15
15. Stalker kecil
16
16. Latar belakang
17
17. Periksa
18
18. Sadar
19
19. Mau bagaimana lagi
20
20. Kenyataannya
21
21. Penasaran
22
22. Kamar yang sama
23
23. Menepis masa lalu
24
24. Sarapan bersama
25
25. Berhak mengetahuinya
26
26. Mulai terbiasa
27
27. Mengurus urusan
28
28. Bertemu mertua
29
29. Memulai rencana
30
30. Aku berhak!
31
31. Teman lama
32
32. Pesta
33
33. Tanggung jawab
34
34. Masih bebas
35
35. Peringatan
36
36. Melepaskan
37
37. Bertemu
38
38. Takut
39
39. Dejavu
40
40. Berubah
41
41. Sebuah kamar
42
42. Di atas Yacht
43
43. Berenang
44
44. Menyelamatkan (lagi)
45
45. Berusaha ikhlas
46
46. Organisasi
47
47. Menumpang
48
48. Penolakan
49
49. Jaga jarak
50
50. Menjadi Pengecut
51
51. Mengundurkan diri
52
52. Tidak pernah tau
53
53. Berusaha lagi
54
54. Mencari info yang terlewat
55
55. Ngawur?
56
56. Keberanian
57
57. Dibohongi
58
58. Lusa
59
59. Tertawa lepas
60
60. Kembali
61
61. Don't worry
62
62. Balas dendam?
63
63. Sangat cemburu
64
64. Ingin Pindah
65
65. Perasaan Bersalah
66
66. Tamu yang tak diharapkan
67
67. Show you
68
68. Gara-gara kamu!
69
69. Tiba
70
70. Rencana
71
71. Memetik strawberry
72
72. Tidak disangka
73
73. Perhatian Nenek
74
74. Kembali ke kota
75
75. Kondisi
76
76. Serba Salah
77
77. Menyampaikan undangan
78
78. Mendadak pias
79
79. Murka
80
80. Sebuah janji
81
81. Sahabat lama
82
82. Memanfaatkan
83
83. Kritis
84
84. Disalahkan (lagi)
85
85. Teguran
86
86. Happily ever After
87
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!