2. Ada apa?

Bab 2

"Jadi ... kamu setuju dengan rencana pernikahan kita, Ra?"

Aura mengangguk atas pertanyaan Jeno, dia sudah pasrah dengan rencana pernikahan yang diatur oleh kedua orangtuanya. Di usianya yang sudah melewati angka 25 tahun. Aura tidak mau banyak memilih, kendati penampilannya sendiri masih layaknya anak kuliahan bahkan remaja SMA.

"Baiklah, tapi ada yang harus kamu tahu sebelum kita menikah, Ra."

"Apa?"

"Aku ... gak sebaik yang kamu dan orang lain kira. Ya, mungkin aku memang gak bisa menjadi diriku sendiri di hadapan keluarga. Tapi, jika kamu memang mau menikah denganku maka kamu berhak tau siapa aku sebenarnya."

Ucapan Jeno membuat Aura tersenyum. Dia menghargai jika pemuda ini mau jujur dan terbuka kepadanya sebelum pernikahan mereka dimulai.

"Memangnya, siapa kamu yang sebenarnya?"

"Aku gak sebaik kelihatannya. Aku masih suka kelayapan." Jeno nyengir. "Aku juga punya pacar, Ra," tambahnya.

Ucapan Jeno yang terakhir, membuat senyum di wajah Aura perlahan surut.

"Hanin. Kami sudah berpacaran selama kurang lebih dua tahun," jelas Jeno seolah menjawab rasa ingin tahu yang muncul di kepala Aura.

"Jadi? Kamu gak akan nerima pernikahan kita?" tebak Aura.

Jeno tersenyum, untuk ukuran tampang memang wajah Jeno cukup tampan. Dia pria campuran, karena Mamanya–Tante Jenifer–adalah wanita berketurunan Prancis-Australia, sedangkan Papanya–Om Beno adalah pria keturunan Jawa-Medan.

"Tentu saja aku gak akan nolak, Ra. Aku udah suka kamu sejak lama," kata Jeno.

Kali ini, jawaban Jeno membuat Aura speechless. Sejak kapan? Pikirnya.

"Jadi ... pacar kamu, gimana?"

"Aku sama Hanin gak pernah serius." Jeno mengedikkan bahu. "Just have fun. Cuma bersenang-senang," imbuhnya.

"Tapi, apa nanti dia gak keberatan? Tiba-tiba kamu menikah sama aku? Aku pikir kamu gak punya pacar, Jeno. Kenapa kamu gak tolak aja tawaran ini? Toh, orangtua kita juga gak pernah memaksakan, kan?"

Jeno menggeleng samar, ada kulumann senyum yang tertahan di bibirnya. "Kan udah aku bilang, aku gak akan nolak karena aku emang udah suka kamu sejak lama, Ra," pungkasnya.

"... soal Hanin, dia akan ngerti karena selama ini kita hanya jalin hubungan berdasarkan suka sama suka, gak pake perasaan," sambung Jeno menjelaskan.

Sejak kesepakatan itu tercetus, Jeno dan Aura akhirnya sepakat untuk menikah. Mereka pun mulai sibuk menyiapkan rencana pernikahan itu.

Dalam jangka waktu satu bulan, perlengkapan nikah telah rampung hampir 90%. WO, catering, tempat, vendor, semua sudah lengkap.

Tidak ada tanda-tanda Jeno akan kembali bersama Hanin. Sepertinya pemuda itu benar-benar serius dengan pernikahannya dengan Aura hingga memutus kontak dengan mantan kekasihnya tersebut, setidaknya itulah yang ada dalam pengamatan Aura terhadap calon suaminya.

Seminggu menjelang pernikahan keduanya, Bi Dima–Asisten rumah tangga–membawa serta putranya untuk ikut membantu di kediaman orangtua Aura.

"Saya ... Rayyan, Mbak."

"Jangan panggil mbak. Panggil Aura aja, sama kayak yang lain."

Respon Aura yang ramah membuat Rayyan tersenyum. Pria dengan lesung pipi itu menularkan senyumnya pada Aura yang melihatnya.

"Baiklah, Aura ..."

"Nah, begitu lebih baik. Semoga kamu betah ya disini. Bantuan kamu berarti disini karena kita memang kekurangan tenaga cowok. Adik aku dua-duanya emang cowok sih, tapi mereka sibuk masing-masing," kata Aura panjang lebar.

"Eh, Mas Rayyan udah kenalan sama Non Aura?" Bi Dima tiba-tiba datang dan menginterupsi percakapan antara Rayyan dan Aura.

"Udah, Bi. Ini aku tadi ngeliat Rayyan disini, aku pikir siapa, jadi aku tanya aja sama dia. Ternyata dia putranya Bi Dima, ya?" Aura menjelaskan.

Bi Dima menatap Rayyan dan dibalas pemuda itu dengan senyuman tipis.

"Ng—iya, Non. Ini Mas Rayyan memang putra saya," kata Bi Dima agak kikuk, tapi Rayyan mengangguk-angguk untuk mengiyakan ujaran sang ibu.

"Bi Dima gak pernah bilang kalau punya anak cowok." Aura nyengir pada asisten rumah tangganya itu.

"Saya baru balik dari kampung, Ra." Rayyan menyahut akrab.

"Oh ... oke, deh. Semoga kamu betah disini ya, Ray."

"Lho, memangnya Mas Rayyan mau menginap disini?" tanya Bi Dima yang justru terkejut seolah tidak tahu mengenai hal itu.

"Gak apa-apa ya, Bu? Aku bisa kerja dan bantuin disini, kok."

"Ng— tapi?" Bi Dima menggaruk pelipisnya, tampak ragu.

"Disini kayaknya lagi repot. Mau ada acara ya, Bu?"

"Iya, seminggu lagi pesta pernikahanku. Aku harap, kamu gak keberatan ya bantu-bantu Bi Dima disini." Aura yang menyahut.

Rayyan terkejut dengan jawaban Aura. Tapi, sesaat kemudian dia mengangguk. "Ya, saya akan membantu disini," katanya.

"Aura?"

Saat mereka masih asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara Papa Sky yang memanggil putrinya.

Aura sontak melihat pada ibu dan anak yang sangat kontras tingginya itu.

"Bi Dima, Rayyan, aku tinggal dulu, ya."

Gadis itu pun berlalu setelah undur diri pada keduanya.

Aura kembali menangis saat mengingat momen-momen dimana pertama kalinya dia menyetujui perjodohan dengan Jeno. Begitupun dengan perkenalan pertamanya dengan Rayyan tempo hari, semua itu seperti film yang sedang diputar dalam tempurung kepalanya.

Mama Yara tidak sampai hati melihat dan mendengar tangisan putrinya. Dia merasa sangat terenyuh. Segala kalimat untuk menyemangati Aura seakan tidak berarti.

Beberapa kali pula Mama Yara mengatakan pada Aura bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya Aura tetap sangat terpukul seperti ini.

Tentu saja, Mama Yara memahami bagaimana syoknya Aura saat ini. Apalagi di masa lalu Aura pernah mengalami pelecehan saat masih remaja hingga menyebabkannya trauma selama bertahun-tahun. Apalagi sekarang? Kini Aura justru mengaku telah ternoda dan kehilangan kehormatan.

Mama Yara sendiri, bingung dan nyaris pingsan saat mendengar kenyataan ini. Tapi, sebisa mungkin wanita paruh baya itu mencoba untuk kuat hati agar sang putri tidak merasa semakin terpojok.

Klek …

Pintu kamar Aura dibuka, ada Cean berdiri disana dengan tampang yang menyiratkan ketidaktahuannya. Tapi, beberapa detik kemudian pemuda itu mulai berujar pelan.

"Ma, Rayyan udah menunggu di bawah."

Mama Yara mengangguk, dia memang meminta Bi Dima untuk memanggil Rayyan dan mereka akan membahas hal terkait masalah yang sudah Aura ceritakan.

Mama Yara kembali melihat pada Aura yang masih menunduk dalam dan terisak-isak.

"Kita bahas ini sekarang ya, Nak. Ayo kita turun dan minta pertanggungjawaban Rayyan."

"Apa?"

Bukan cuma Aura saja yang terkejut dengan pernyataan sang Mama, tetapi Cean yang masih berdiri diambang pintu–juga sama terkejutnya. Otak pemuda itu langsung menstimulasi untuk mencerna apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Ma, Aura kenapa sebenarnya? Dan kenapa harus memanggil Rayyan? Terus, apa maksud Mama dengan meminta pertanggungjawaban?" serobot Cean tak tanggung-tanggung.

Mama Yara memberi isyarat dengan gelengan. "Kita bahas nanti. Biar ini menjadi urusan Mama, Papa dan Aura. Sementara ini Mama minta tolong sama kamu dan Rion untuk tenang dulu dan jangan memberikan statement apapun."

Kendati sang Mama sudah berkata demikian, tapi pemikiran Cean sudah kemana-mana dan sulit baginya untuk menahan emosi.

Mama Yara kembali menoleh pada Aura yang tidak bergerak sedikitpun. "Ayo, apa kamu mau masalah ini gak selesai dan berlarut-larut?" tanyanya.

Aura akhirnya mengiyakan ajakan sang Mama untuk turun ke lantai bawah. Dia berusaha untuk menata perasaan dan siap untuk kembali bertatap muka dengan pemuda yang sempat terbangun disisinya pagi tadi.

Bersambung …

...Visual Jeno...

Terpopuler

Comments

🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀

🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀

semoga masalah Aura bisa terselesaikan dengan baik

2023-02-24

1

BEæ⃝᷍𝖒𖣤᭄༄͜͡●⃝🐢sᷝqᷮuͤaͬd🆔™

BEæ⃝᷍𝖒𖣤᭄༄͜͡●⃝🐢sᷝqᷮuͤaͬd🆔™

Mama yang baik,harus dibselesaikan dengan kepala dingin itu lebih baik,entah akan sprti apa hasilnya nnti

2023-02-22

1

MAX PRO 7

MAX PRO 7

loh rayyan bkn ny cowo yg tdrin dia bkn si yg awal bab🤔

2023-02-22

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kejanggalan
2 2. Ada apa?
3 3. Pertanggungjawaban
4 4. Membatalkan
5 5. Kenangan buruk
6 6. Tersangka
7 7. Mulai mengingat
8 8. Ingin pergi
9 9. Bagaimana jika ...
10 10. Penjelasan
11 11. Cari dia!
12 12. Membatalkan keberangkatan
13 13. Tidak mungkin
14 14. Dapat menerima
15 15. Stalker kecil
16 16. Latar belakang
17 17. Periksa
18 18. Sadar
19 19. Mau bagaimana lagi
20 20. Kenyataannya
21 21. Penasaran
22 22. Kamar yang sama
23 23. Menepis masa lalu
24 24. Sarapan bersama
25 25. Berhak mengetahuinya
26 26. Mulai terbiasa
27 27. Mengurus urusan
28 28. Bertemu mertua
29 29. Memulai rencana
30 30. Aku berhak!
31 31. Teman lama
32 32. Pesta
33 33. Tanggung jawab
34 34. Masih bebas
35 35. Peringatan
36 36. Melepaskan
37 37. Bertemu
38 38. Takut
39 39. Dejavu
40 40. Berubah
41 41. Sebuah kamar
42 42. Di atas Yacht
43 43. Berenang
44 44. Menyelamatkan (lagi)
45 45. Berusaha ikhlas
46 46. Organisasi
47 47. Menumpang
48 48. Penolakan
49 49. Jaga jarak
50 50. Menjadi Pengecut
51 51. Mengundurkan diri
52 52. Tidak pernah tau
53 53. Berusaha lagi
54 54. Mencari info yang terlewat
55 55. Ngawur?
56 56. Keberanian
57 57. Dibohongi
58 58. Lusa
59 59. Tertawa lepas
60 60. Kembali
61 61. Don't worry
62 62. Balas dendam?
63 63. Sangat cemburu
64 64. Ingin Pindah
65 65. Perasaan Bersalah
66 66. Tamu yang tak diharapkan
67 67. Show you
68 68. Gara-gara kamu!
69 69. Tiba
70 70. Rencana
71 71. Memetik strawberry
72 72. Tidak disangka
73 73. Perhatian Nenek
74 74. Kembali ke kota
75 75. Kondisi
76 76. Serba Salah
77 77. Menyampaikan undangan
78 78. Mendadak pias
79 79. Murka
80 80. Sebuah janji
81 81. Sahabat lama
82 82. Memanfaatkan
83 83. Kritis
84 84. Disalahkan (lagi)
85 85. Teguran
86 86. Happily ever After
87 PROMO
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Kejanggalan
2
2. Ada apa?
3
3. Pertanggungjawaban
4
4. Membatalkan
5
5. Kenangan buruk
6
6. Tersangka
7
7. Mulai mengingat
8
8. Ingin pergi
9
9. Bagaimana jika ...
10
10. Penjelasan
11
11. Cari dia!
12
12. Membatalkan keberangkatan
13
13. Tidak mungkin
14
14. Dapat menerima
15
15. Stalker kecil
16
16. Latar belakang
17
17. Periksa
18
18. Sadar
19
19. Mau bagaimana lagi
20
20. Kenyataannya
21
21. Penasaran
22
22. Kamar yang sama
23
23. Menepis masa lalu
24
24. Sarapan bersama
25
25. Berhak mengetahuinya
26
26. Mulai terbiasa
27
27. Mengurus urusan
28
28. Bertemu mertua
29
29. Memulai rencana
30
30. Aku berhak!
31
31. Teman lama
32
32. Pesta
33
33. Tanggung jawab
34
34. Masih bebas
35
35. Peringatan
36
36. Melepaskan
37
37. Bertemu
38
38. Takut
39
39. Dejavu
40
40. Berubah
41
41. Sebuah kamar
42
42. Di atas Yacht
43
43. Berenang
44
44. Menyelamatkan (lagi)
45
45. Berusaha ikhlas
46
46. Organisasi
47
47. Menumpang
48
48. Penolakan
49
49. Jaga jarak
50
50. Menjadi Pengecut
51
51. Mengundurkan diri
52
52. Tidak pernah tau
53
53. Berusaha lagi
54
54. Mencari info yang terlewat
55
55. Ngawur?
56
56. Keberanian
57
57. Dibohongi
58
58. Lusa
59
59. Tertawa lepas
60
60. Kembali
61
61. Don't worry
62
62. Balas dendam?
63
63. Sangat cemburu
64
64. Ingin Pindah
65
65. Perasaan Bersalah
66
66. Tamu yang tak diharapkan
67
67. Show you
68
68. Gara-gara kamu!
69
69. Tiba
70
70. Rencana
71
71. Memetik strawberry
72
72. Tidak disangka
73
73. Perhatian Nenek
74
74. Kembali ke kota
75
75. Kondisi
76
76. Serba Salah
77
77. Menyampaikan undangan
78
78. Mendadak pias
79
79. Murka
80
80. Sebuah janji
81
81. Sahabat lama
82
82. Memanfaatkan
83
83. Kritis
84
84. Disalahkan (lagi)
85
85. Teguran
86
86. Happily ever After
87
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!