9. Bagaimana jika ...

Aura menatap heran pada Bi Dima yang datang dan memberikannya lipatan kertas.

"Apa ini, Bi?"

"Dari Mas Rayyan, Non. Dibaca, ya." Bi Dima tersenyum kemudian berlalu dari ambang pintu kamar Aura.

Aura berdecak lidah, membolak-balikkan kertas yang kini berada ditangannya. Bi Dima bahkan berpesan agar Aura membaca isi kertasnya.

Hah, yang benar saja? Bahkan menyebut nama pria itu pun Aura tak mau.

Aura langsung naik darah, sebab Aura sudah mendoktrin dirinya sendiri jika dia harus membenci Rayyan. Itulah yang terbaik agar pria itu tidak berani mendekat lagi padanya.

Aura memang tidak seharusnya menyalahkan Rayyan, karena menurut pengakuan Rayyan-- pria itu juga tak sadar saat melakukannya.

Kendati demikian, Aura tetap punya pemikiran sendiri. Dalam benak gadis itu, tetap Rayyan yang telah menodainya.

Akan tetapi, pemikiran Aura yang memberontak Rayyan--seolah bertolak belakang dengan hati kecilnya yang justru tergelitik untuk mengetahui isi surat itu.

Disaat seperti ini, Aura jadi benci dengan sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri. Aura kesal karena sifat alaminya yang sulit untuk mengabaikan orang lain.

Padahal, Aura hampir saja membuang surat Rayyan ke dalam tong sampah yang ada di kamarnya. Tapi akhirnya, Aura membuka juga surat pemberian dari Rayyan itu dengan gelagat malas-malasan.

Aura hanya sekedar ingin memuaskan rasa penasarannya akan isi surat tersebut.

^^^-Aura ... maaf mengganggu waktu kamu. Kita harus bicara berdua dalam keadaan yang lebih tenang. Jika kamu mau, datanglah ke rooftop rumah. Aku akan menunggu disana sampai hari menggelap. Paling tidak, beri aku kesempatan untuk menjelaskan hal apa yang sudah ku ingat.-^^^

Aura sebenarnya tidak tertarik sama sekali dengan ajakan Rayyan untuk bicara empat mata. Apalagi sebenarnya Aura sudah dapat menebak apa isi dari surat yang dikirimkan oleh pemuda itu.

Tapi lagi-lagi Aura menyipitkan mata saat membaca kembali tulisan tangan Rayyan. Dia mencerna setiap kosa-kata disana.

Aura penasaran dengan kalimat terakhir di surat itu.

Hal apa yang sudah diingat oleh Rayyan?

Apa Rayyan sudah ingat siapa yang menyebabkan ini terjadi? Atau Rayyan mau bilang kalau sebenarnya tak ada yang terjadi diantara mereka? Meski itu tidak mungkin disaat Aura sendiri tau jika pagi kemarin dia terbangun dalam keadaan tak berbusana dan inti tubuh yang terasa perih.

Sepertinya harapan Aura untuk hidup dengan keadaan yang masih sama seperti dulu--hanyalah angan-angan saja, karena sejatinya dirinya sendiri pun sudah mengakui jika kondisinya sudah berbeda sekarang.

"Baiklah, kita lihat apa yang mau dia bicarakan." Aura bergumam pada dirinya sendiri. Dia menarik nafas dalam dan berjalan menyusuri tangga rumah yang menghubungkan dengan atap rumah atas alias rooftop.

Aura datang kesana dengan raut datar, dia melihat pada punggung Rayyan yang masih membelakanginya, sepertinya pria itu sedang menatap pemandangan sekitar dari lantai teratas rumah.

Aura ingin menanyakan, bagaimana bisa Rayyan naik ke atas sini? Tapi dia segera mengurungkannya.

Aura berdehem sekilas, disaat itulah Rayyan menyadari kedatangannya.

Rayyan menoleh dan tersenyum simpul. Dia senang Aura mau menemuinya.

"Sepuluh," kata Aura memulai.

Kedua alis Rayyan terangkat, menunjukkan ekspresi tak mengerti.

"Aku beri waktu sepuluh menit untuk kamu bicara."

Sekarang Rayyan paham apa maksud gadis itu.

Rayyan memang tidak suka membuang waktu atau bertele-tele, dia segera mengucapkan tujuannya untuk menemui Aura disini. Dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Aura beri untuk bicara empat mata seperti ini.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika ... kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Bagaimana Rayyan tak menahan geli, awalnya memang dia menatap Aura dengan raut sedih dan sungkan, tapi jawaban gadis itu menunjukkan betapa polosnya Aura diumur nya yang bukan remaja lagi.

Aura mendengkus. "Lupakan soal tanggung jawab," katanya sembari menatap lurus ke depan sana, meski sedikit banyak ucapan Rayyan mengenai kehamilan membuat Aura ciut, tapi dia berusaha bersikap biasa saja.

Disinilah Rayyan tau jika keputusan Aura telah bulat dan tidak bisa lagi dia goyahkan. Meski sudah menyinggung soal kehamilan, tapi Aura tetap tidak mau mempertimbangkan. Rayyan bisa apa?

Akhirnya, Rayyan hanya bisa diam. Dia memilih menunggu---apalagi yang akan Aura katakan---sebab dia sudah selesai dengan tujuannya untuk membujuk Aura dan berakhir sia-sia akibat penolakan gadis itu yang lagi-lagi didengungkan.

"Apa yang sudah kamu ingat soal malam itu?" tanya Aura kemudian. Ini yang membuatnya sangat penasaran.

Rayyan menggeleng samar, tapi dia berusaha menjelaskan yang dia ingat.

"Malam itu aku sempat pergi ke apotek untuk membelikan obat seorang tamu."

"Tamu? Obat?" tanya Aura tak paham.

"Iya, tamu. Bukankah ada banyak tamu saat malam yang seharusnya menjadi malam pernikahanmu itu?"

"Lalu?"

"Ya, dia memintaku membeli obat karena dia mengaku sangat pusing."

Rayyan menatap Aura yang masih keheranan.

Apa hubungannya Rayyan yang membeli obat dengan kejadian malam itu? Begitulah pemikiran Aura.

"... sebelumnya, Pak Zulmi menawari aku untuk minum kopi, dan akhirnya kopi itu aku minum saat aku sudah kembali dari apotek."

Disanalah Aura menoleh untuk menatap pada Rayyan.

"Maksudnya, ada jeda beberapa waktu saat kamu pergi, sampai akhirnya kamu kembali dan meminum kopinya?" Aura menyimpulkan.

"Hmm." Rayyan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bisa jadi ... saat aku pergi, kopi yang harusnya ku minum itu sudah diberikan sesuatu oleh orang lain," paparnya.

Aura mendelik kecil. "Maksud kamu, Pak Zulmi yang--"

"Aku tidak menuduh Pak Zulmi. Aku tidak mencurigai beliau sama sekali meski cangkir kopi berada didekat pos," kata Rayyan menyela perkataan Aura.

"Jadi?"

Rayyan mengendikkan bahu. "Entahlah, tapi hal lain yang juga ku ingat--"

"Apa?" serobot Aura.

"Setelah itu aku merasa tidak enak badan dan aku memutuskan kembali ke paviliun belakang untuk tidur."

"What?" Kali ini Aura sedikit tak percaya.

Rayyan menipiskan bibir. "Kamu sendiri? Apa yang kamu ingat? Apa kamu gak berusaha mengingatnya?"

"Aku tidak mau mengingat kejadian seperti itu. Aku memang tidak berusaha mengingatnya," kata Aura terus terang.

"Kenapa?" Rayyan cukup terkejut mendengar jawaban Aura.

"Aku takut kejadian itu akan membayangiku terus menerus."

Aura memejamkan matanya rapat-rapat. Dia memang takut kejadian kemarin yang berusaha dia ingat justru mengantarkannya pada trauma berlebihan seperti dulu. Setidaknya, Aura cukup bersyukur karena dia tak sadar saat Rayyan melakukan dan mengambil mahkotanya, sehingga Aura tidak akan terbayang-bayang dengan hal itu yang akan menghantuinya--seperti tragedi pelecehan pada dirinya di masa lalu--dimana dia sadar dan menyaksikannya secara langsung.

Saat Rayyan membuka mulut untuk kembali bersuara, Aura sudah berbalik badan dan berjalan meninggalkannya.

"Ra ..." lirih Rayyan. Ada nada mengiba dalam panggilannya kali ini. Dia berharap Aura mau merubah keputusannya.

"Sudah 10 menit. Waktunya sudah habis," kata Aura tanpa menoleh ke belakang. Dia terus berjalan sembari mengibaskan tangan sebagai isyarat tak ingin membahas apapun lagi.

Rayyan menatap pilu kepergian Aura dari hadapannya. Perlahan-lahan tubuh ramping itu menghilang sebab sudah menuruni undakan tangga yang ada disana.

"Aku hargai keputusan kamu, Ra. Aku harap kamu baik-baik saja meski itu akan sulit. Aku juga berharap, suatu saat kamu bisa berubah pikiran," batin Rayyan.

Rayyan menghela nafasnya dalam-dalam. Dia sudah mendengar keputusan Aura dan tidak ada tempat baginya untuk dapat membersamai gadis itu. Aura sudah menolaknya untuk kesekian kali.

Hal ini turut membuat Rayyan mengambil keputusan juga. Dia akan segera meninggalkan kediaman orangtua Aura dan mengurus urusannya yang lain. Setidaknya, dia sudah diberi kesempatan untuk bicara dengan gadis itu.

...Bersambung ......

Terpopuler

Comments

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Keras kepala sekali sih kamu Ra..bikin gemeezzzz

2023-01-21

1

Anthy Andini Syakila

Anthy Andini Syakila

lanjuut

2023-01-18

1

wagi giyoux

wagi giyoux

next

2023-01-18

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kejanggalan
2 2. Ada apa?
3 3. Pertanggungjawaban
4 4. Membatalkan
5 5. Kenangan buruk
6 6. Tersangka
7 7. Mulai mengingat
8 8. Ingin pergi
9 9. Bagaimana jika ...
10 10. Penjelasan
11 11. Cari dia!
12 12. Membatalkan keberangkatan
13 13. Tidak mungkin
14 14. Dapat menerima
15 15. Stalker kecil
16 16. Latar belakang
17 17. Periksa
18 18. Sadar
19 19. Mau bagaimana lagi
20 20. Kenyataannya
21 21. Penasaran
22 22. Kamar yang sama
23 23. Menepis masa lalu
24 24. Sarapan bersama
25 25. Berhak mengetahuinya
26 26. Mulai terbiasa
27 27. Mengurus urusan
28 28. Bertemu mertua
29 29. Memulai rencana
30 30. Aku berhak!
31 31. Teman lama
32 32. Pesta
33 33. Tanggung jawab
34 34. Masih bebas
35 35. Peringatan
36 36. Melepaskan
37 37. Bertemu
38 38. Takut
39 39. Dejavu
40 40. Berubah
41 41. Sebuah kamar
42 42. Di atas Yacht
43 43. Berenang
44 44. Menyelamatkan (lagi)
45 45. Berusaha ikhlas
46 46. Organisasi
47 47. Menumpang
48 48. Penolakan
49 49. Jaga jarak
50 50. Menjadi Pengecut
51 51. Mengundurkan diri
52 52. Tidak pernah tau
53 53. Berusaha lagi
54 54. Mencari info yang terlewat
55 55. Ngawur?
56 56. Keberanian
57 57. Dibohongi
58 58. Lusa
59 59. Tertawa lepas
60 60. Kembali
61 61. Don't worry
62 62. Balas dendam?
63 63. Sangat cemburu
64 64. Ingin Pindah
65 65. Perasaan Bersalah
66 66. Tamu yang tak diharapkan
67 67. Show you
68 68. Gara-gara kamu!
69 69. Tiba
70 70. Rencana
71 71. Memetik strawberry
72 72. Tidak disangka
73 73. Perhatian Nenek
74 74. Kembali ke kota
75 75. Kondisi
76 76. Serba Salah
77 77. Menyampaikan undangan
78 78. Mendadak pias
79 79. Murka
80 80. Sebuah janji
81 81. Sahabat lama
82 82. Memanfaatkan
83 83. Kritis
84 84. Disalahkan (lagi)
85 85. Teguran
86 86. Happily ever After
87 PROMO
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Kejanggalan
2
2. Ada apa?
3
3. Pertanggungjawaban
4
4. Membatalkan
5
5. Kenangan buruk
6
6. Tersangka
7
7. Mulai mengingat
8
8. Ingin pergi
9
9. Bagaimana jika ...
10
10. Penjelasan
11
11. Cari dia!
12
12. Membatalkan keberangkatan
13
13. Tidak mungkin
14
14. Dapat menerima
15
15. Stalker kecil
16
16. Latar belakang
17
17. Periksa
18
18. Sadar
19
19. Mau bagaimana lagi
20
20. Kenyataannya
21
21. Penasaran
22
22. Kamar yang sama
23
23. Menepis masa lalu
24
24. Sarapan bersama
25
25. Berhak mengetahuinya
26
26. Mulai terbiasa
27
27. Mengurus urusan
28
28. Bertemu mertua
29
29. Memulai rencana
30
30. Aku berhak!
31
31. Teman lama
32
32. Pesta
33
33. Tanggung jawab
34
34. Masih bebas
35
35. Peringatan
36
36. Melepaskan
37
37. Bertemu
38
38. Takut
39
39. Dejavu
40
40. Berubah
41
41. Sebuah kamar
42
42. Di atas Yacht
43
43. Berenang
44
44. Menyelamatkan (lagi)
45
45. Berusaha ikhlas
46
46. Organisasi
47
47. Menumpang
48
48. Penolakan
49
49. Jaga jarak
50
50. Menjadi Pengecut
51
51. Mengundurkan diri
52
52. Tidak pernah tau
53
53. Berusaha lagi
54
54. Mencari info yang terlewat
55
55. Ngawur?
56
56. Keberanian
57
57. Dibohongi
58
58. Lusa
59
59. Tertawa lepas
60
60. Kembali
61
61. Don't worry
62
62. Balas dendam?
63
63. Sangat cemburu
64
64. Ingin Pindah
65
65. Perasaan Bersalah
66
66. Tamu yang tak diharapkan
67
67. Show you
68
68. Gara-gara kamu!
69
69. Tiba
70
70. Rencana
71
71. Memetik strawberry
72
72. Tidak disangka
73
73. Perhatian Nenek
74
74. Kembali ke kota
75
75. Kondisi
76
76. Serba Salah
77
77. Menyampaikan undangan
78
78. Mendadak pias
79
79. Murka
80
80. Sebuah janji
81
81. Sahabat lama
82
82. Memanfaatkan
83
83. Kritis
84
84. Disalahkan (lagi)
85
85. Teguran
86
86. Happily ever After
87
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!