Satu bulan sudah berlalu dengan cepat, kini perkembangan kesehatan Maira cukup pesat berkat bantuan yang di berikan Syakira juga teman-teman dan adiknya.
"Te.. rima kasih Sya..." ucap Maira saat mereka hendak kembali ke rumah setelah menjalani pemeriksaan rutin setiap minggu.
"Sama-sama Kak, mulai hari ini Sya akan selalu mendampingi Kakak dan Regar untuk bisa mendapatkan keadilan." ujar Syakira menuh keyakinan, membuat Maira terharu hingga menetskan air mata bahagia.
"Jangan menangis, Kakak harus terus bahagia. hmm."lanjut Syakira menghapus air mata Maira.
"Ter..ima kasih dek." ucapnya lagi tulus hendak memeluk Syakira dengan gerakan lambat karena ia belum terlalu bisa. menggerakkan tubuhnya yang selama bertahun-tahun mati rasa. Melihat itu, Syakira segera mendekatkan tubuhnya ke arah Maira dan lanhsung memeluk dengan erat tak lupa ia mencium pipi sang Kakak yang terlihat lebih berisi.
"Kita pulang!"
"Ya.." jawab Maira sambil mengangguk.
...****************...
"Pamannn." panggil Arka saat melihat Regar yang sudah menunggunya di depan pagar sekolah dengan motor nya.
"Ya ampun Arka itu. paman lo?" tanya Bibi yang berjalan berdampingan dengan Arka menuju Regar yang tersenyum menatapnya.
"Halo jagoan, kita pulang?" tanya Regar saat Arka dan Habibi sudah di hadapannya
"Ya, Arka kangen sama tante Mai." jawab nya
"Aku duluan Bi." ucap Arka sambil mengangkat tangan kananya. Habibi hanya bengong, ia masih menatap Regar selaku paman Arka hingga motor yang mereka kendarai sudah tak terlihat.
"Wahhhh, keren banget paman Arka." batinnya
"Tuan muda..." panggil supirnya saat sudah di hadapan Bibi sambil membuka pintu mobil. Habibi segera masuk dan merekapun pulang.
"Assalamualaikum....."
"Waalaikumussalam..." jawab Syakira sedikit berteriak karena ia sedang sibuk di dapur memasak makan siang untuk mereka berempat.
"Bunda.." panghil Arka hendak menyentuh tangannya, Syakira menoleh dan memberi isyarat jika tangan sedang kotor. Arka yang mengerti hanya tersenyum kemudian mencium pipi sang Bunda yang hanya bisa pasrah denga kelakuan putranya.
"Dimana Tante?" tanya Arka
"Di kamar, taoi kamu gak boleh ganghu tante dulu ya." lanjut Syakira sebelum Arka berjalan menuju kamar tantenya Maira.
"Hmm, kenapa Bun? kan Arka cuma mau cerita sama tante." ucapnya
"Iya, soalnya tante lagi istirahat kan baru pulang dari kontrol barusan." jawab Syakira masih fokus dengan masakannya yang hampir selesai.
"oh, ya udah" Arka menuju kamarnya untuk memebersihkan diri dan sholat.
"Kak Maira gimana Kak?" tanya Regar setelah mendengarkan perdebatan antara anak dan ibu barusan.
"Sudah lebih baik, kita rawat Kakak sama-sama ya!" ucap Syakira tersenyum, sambil. menaruh makanan yang sudah ia masak di atas meja. Regarpun segera membantu Syakira menata makanan di atas meja dengan senyuman yang terus mengembang di wajahnya yang tampan.
"Hei, hei kenapa dengan wajahmu itu?" tanya Syakira menyenggol bahu Regar yang langsung mengubah mimik wajahnya menjadi biasa.
"Kenapa?" tanya Regar berpura-pura tak mengerti dengan pertanyaan Syakira.
"Oh, ayolah Kakak tahu senyuman itu!" ujar Syakira menatap lekat adik sepupunya itu dengan senyuman menggoda.
"Tidak ada, memang kenapa?" ucapnya sedikit gugup dan gerogi
"Paman sedang jatuh cinta Bun." ucap Arka yang baru keluar dari kamar dan memdengar percakapan mereka berdua.
"Benarkah! siapa gadis yang beruntung itu?" ujar Syakira semangat
"Kak, Mara..." jawab Arka. Regar hanya menutup wajah malunya, ia tak menyangka jika keponakannya itu sangat peka akan perasaannya yang menyukai Mara sejak pandangan pertama dan bahkan mereka baru bertemu 1 kali beberapa waktu yang lalu.
Syakira sedikit terkejut, pasalnya yang Regar suka adalah anak dari sahabatnya yang terkenal galak.
"Kalau begitu kau harus berjuang." tutur Syakira menepuk pundak Regar dengan wajah sedikit di buat-buat.
"Kenapa Kak?" tanya Regar penasaran.
"Kau tahu siapa ibu dari gadis yang kau suka itu?" Regar menggeleng sedang Arka menepuk jidat, karena ia tahu seperti apa ibu dari Mara.
"Karena Mamahnya sahabat Kakak, Rani." jawab Syakira tersenyum
"Apa..." Regar reflek ikut menepuk jidatnya, wajahnyapun berubah sedih mengingat bagaimana sikap Rani selama ini setiap kali bertemu dengannya. Lalu bagaimana ia bisa mendapatkan Mara jika ibunya saja belum bisa ia taklukan hatinya.
"Sungguh nasib, sekalinya jatuh cinta malah ketemu calon mertua yang kayak Kak Rani..." lirih Regar terduduk lemas, namun ucapannya masih bisa di dengar oleh Syakira dan Arka yang langsung tertawa puas. ("Ah, sayang sekali padahal aku juga sempat menyukai Kak Mara, sayang ternya Paman juga menyukainya..") batin Arka menggelengkan kepalanya menatap sang Paman yang terlihat putus asa. Arkapun sempat menyukai gadis ity, karena sikapnya yang anggun dan cantik pastinya membuat siapapun yang mengenal dirinya pasti akan langsung terpikat seperti ia dan juga Regar pannya.
"Jangan nyerah dulu Paman, usaha dulu deketin Mamahnya nanti baru deh anaknya." ucap Arka memberi semangat pada Regar.
"Benar, kalo kamu emang suka sama Mara, itu artinya kamu harus berusaha menaklukan hati Rani baru anaknya." ucap Syakira tersenyum. Regar menatap anak dan ibu di hadapannya secara bergantian, kemudian ia mengangguk tanda mengerti.
"Ya sudah Kakak mau antar makan Kak Maira dulu." lanjut Syakira yang sudah membawa makanan di atas napan untuk Maira.
"Bunda biar Arka aja!" pinta Arka, Syakira tersenyum dan memberikan napan berisi makan pada Arka yang langsung masuk ke kamar sang tante yang baru saja bangun dan berusaha untuk duduk bersandar.
"Tante sudah bangun?" tanya Arka saat melihat Maira sudah duduk. Ia segera menaruh napan di samping kasur kemudian mengambil bubur lalu menyuapi Maira dengan lembut dan penuh perhatian.
"Makan dulu tan, Bund masak bubur enak banget." ucap Arka menyuapi Maira yang langsung menerima suapan dari tangan keponakannya dengan senyuman. Maira makan dengan lahap, hingga bubur di tangan Arka habis tak tersisa, baru kemudian ia meminum obat yang sudah di siapakan Syakira di sampin bubur yang di bawak Arka.
"Sudah, sekarang tante istirahat lagi. Arka keluar dulu." ujar Arka membawa napan keluar menuju dapur.
"Arka, te..rima ka. sih." ucap Maira tulus dan pelan saat Arka sudah berada di ambang pintu kamarnya, tapi masih bisa di dengar Arka yang langsung tersenyum.
"Habis Bun.." ucap Arka menaruh napan yang sudah kosong ke atas wastafel dan mencucinya.
"Makasih Nak." Syakira tersenyum memperhatikan Arka
"Kak, Regar berangkat dulu." ucap Regar hendk beranjak dari tempatnya
"Re, hati-hati ingat pesen Kakak jangn sampe kamu tersulut emosi." pesan Syakira, Regar hanya mengangguk..
"Doakan Kak, semoga semua usaha kita selama sebulan ini bisa terbayarkan dengan terungkap semua kejahatan laki-laki itu." ucap Regar memeluk Syakira.
"Aamiin dek, Kakak juga ingin Kak Maira segera bisa hidup lebih bahagia dan Paman dan Bibi bisa lebih tenang." jawab Syakira.
"Kalo gitu Regar pergi dulu."
"Hati-hati Re..." ucap Syakira sedikit berteriak karena adiknya itu sudah pergi.
Regar tiba di gedung pengadilan di mana ia akan bertemu dengan penjahat yang selama ini selalu meresahkan kehidupan keluarganya. Ia menarik nafas dan mengatur perasaannya.
"Ingat Re, kamu gak boleh tersulut emosi jangan sampai apa yang sudah Kak Sya perjuangkan selama sebulan ini hancur karna emosimu." batinnya saat sudah berada di ambang pintu ruangan pengadilan.
10 menit berikutnya, semua orang sudah berkumpul dalam ruangan itu, Regar duduk di samping kanan bersama dengan pengacaranya, sedangkan Arris duduk di sebelah kiri dengan pengacaranya pula.
Satu jam berlalu, Rgar cukup puas dengan hasil penyelidikannya selama ini dan membuat Arris di tahan, meskipun sidang putusannya masih harus di tunda hingga minggu depan karena Regar harus bisa. menghadirkan saksi utama selaku korban yaitu Maira.
Sepulangnya Regar ke rumah, Syakira dan Arka sudah menunggunya di ruang tamu dengan perasaan harap-harap cemas.
"Assalamualaikum.." ucap Regar
"Re, gimana?" tanya Syakira saat melihat adiknya pulang
"Boleh duduk dulu gaka Kak?" ucap Regar, ia sedikit lelah dan hendak duduk di sofa.
"Ah, iya maaf Kakak terlalu antusisas." jawab Syakira ikut duduk kembali. Arka hanya menyimak.
"Jadi gimana?"
"Sesuai rencana Kak, tapi.." Regar menggantung ucapannya membuat Syakira semakin penasaran.
"Kenapa?"
"Kita harus membawa Kak. Maira ke pengadilan untuk memberikan pernyataannya Kak!" ucap Regar membuat Syakira terperanjat. Bagaimana mungkin ia bisa membiarkan Maira melihat laki-laki yang sudah menjual dan juga menikamatinya hingga keadaannya seperti saat ini, tapi jika tidak maka usaha mereka akan sia-sia bukan?
"Apa yang harus kita lakukan Kak?" tanya Regar, ia sangat bingung dengan kondisi Kakaknya yang seperti ini, apakah mungkin ia bisa menahan traumanya yang teramat dalam saat mihat pria itu.
"A..ku mau pe..rgi ber...sama kalian..." ucap Maira yang tiba-tiba muncul dari kamarnya. Sontak semua orang yang ada di sana langsung menoleh ke arahnya.
"Kakak yakin!" tanya Syakira mendekat ke arah Maira yang langsung mengangguk
"Kakak siap bertemu dengan Arris?" tanya Regar ragu.
"Ya..kin, ja..ngan sam..pai, per..juang..an kal..ian sia-sia..." jawab Maira yang langsung mendapat pelukan dari Syakira Arka juga Regar.
"Kita pergi sama-sama ya." ucap Syakira memegang tangan Kak Maira.
Seminggu sudah, Syakira, Maira, Regar dan Arka sudah keluar dari ruang pengadilan, meskipun sempat mendapat hambatan karena Maira yang sempat tak. mampu bicara karena rasa traumanya terhadap Arris, namun berkat kekuatan serta dukungan dari keluarganya ia mampu mengendalikan segala rasa dalam hatinya dan semua bisa berjalan sesuai dengan harapan. Arris sudah di oenjara dengan hukuman seumur hidup, karena selain ia sudah melakukan kejahatan terhadap Maira, ia juga adalah dalang dari kecelakaan mobil yang di kendarai kedua orang tua mereka berdua hingga meninggal.
"Makasih Kak.." ucap Regar memeluk Syakira
"Kita keluarga, sudah sepatutnya kita saling menolong." jawab Syakira membalas pelukan Regar.
"Ka..kak ban..yak hu.. tang budi sa..ma Sya!" ucap Maira terbata namun masih jelas di telinga Syakira yang langsung jongkok di hadapan Maira.
"Jangan bilng gitu Kak, bagaimanapun kita adalah keluarga." ucap Syakira menghapus air mata Kakaknya mereka berpelukkan.
'Awas kalian, saya akan membalas perbuatan kalian..." teriak seseorang dari arah belakang mereka dengan wajah marah namun terlihat tangannya yang di borgol dan di pegangi beberapa sipir. Melihat itu Regar mendekat ke arahnya namun sempat di tahan oleh Syakira.
"Re..." ucap Syakira, namun Regar hanya tersenyum dan tetap berjalan ke arah Arris
"Awas kamu Regar, saya akan membalas laian semua." bentaknya saat Regar sudah berada di hadapannya. Regar menatap Arris dengan. lenuh kebencian namun kelegaan karena akhirnya keadilan yang selama ini di perjuangkan oleh mendiang kedua orang tuanya serta ia dan Syakira bisa berbuah manis
"Bertaubatlah, kelak jika kita bertemu aku akan berusaha untyk memaafkanmu." jawab Regar memegang pundak Arris yang hanya terdiam terpaku mendengar penuturan Regar yang sudah berbalik dan meninggalkannya bersama dengan para sipir di samping kanan dan kirinya.
"Kita pulang..." ucap Regar membantu Maira masuk ke dalam mobil diikuti Arka di sampingnya, sedang Syakira menyetir mobil karena Regar membawa motor sendiri dan mengikuti mobil meeeka dari belakang.
Kebahagiaan dn pertolongan Tuhan itu pasti akan selalu muncul di waktu yang tepat dan tak terduga.
Up,up,up lagi...
maaf ya upnya gk beraturan, soalnya author nulis pas ada pencerahan di otak jadi dri pada hilang mending di tulis langsung deh...
Jangan lupa like dan komen yang mendukung ya, biar author makin semangat lagi...
Terima kasih orang baik....
🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Narti ali
apakah arka ga ketemu dgn ayah nya
2023-03-29
0
Nina Nina
judulnya apa ?ceritanya apa? alurnya gg jelas
2023-03-06
1
blecky
klwrga mantan suami Syakira kok blm muncul
2023-02-08
1