Musibah

"Kita pisah?" ucap wanita cantik di hadapan pria yang ternyata suaminya.

"Ok, kita pisah.." ujar pria di hadapannya

Ya, mereka adalah orang tua Habibi. Tiga tahun yang lalu, Papahnya ketahuan selingkuh dan di pergoki sedang bercinta dengan wanita lain, dan bahkan Habibipun melihat adegan yang seharusnya tidak ia lihat.

"Tutup matamu Nak." ucap Mamahnya saat mereka berada di kamar yang sama dengan Papah serta wanita selingkuhan.

Sejak saat itu, Habibi tak lagi pernah bertemu dengan Papahnya sedangkan Mamah sibuk mengurus perusahaan. Meski di balik keceriaan dan kebahagiaan yang selalu ia tunjukkan di hadapan teman-temannya, ada luka dalam hatinya yang juga selalu ia sembunyikan.

...****************...

Syakira sedang sibuk dengan pekerjaan barunya di bantu Rani yang selalu setia di samping.

"Sya, istirahat dulu udah siang." ucap Rani membawa beberapa makanan di tangannya.

"Ah, iya, aku mau sholat dulu bentar habis itu kita makan." Syakira segera beranjak dari tempatnya duduk menuju kamar mandi di ruangannya. Selesai melaksanakan kewajibannya, ia kembali mendekati Rani dan makan bersama.

"Kamu gak sholat dulu Ran?" tanya Syakira.

"Lagi gak, biasalah." jawab Rani mulai memakan makanannya, Syakira hanya mengangguk kemudian ikut makan hingga habis tak tersisa.

"Ran, aku jemput Arka dulu ya!" pamit Syakira setelah berdiri didepan meja kerja sahabatnya yang masih sibuk di depan kumputer dengan berkas yang menumpuk.

"Ok, hati-hati!" jawab Rani menoleh ke arah Syakira. Syakira tersenyum hangat kemudian berlalu meninggalkan Rani.

"Loh, Bunda gak kerja?" tanya Arka saat ia melihat Bundanya sudah menunggu di depan pagar sekolah dengan senyuman yang bisa menarik perhatian siapapun yang melihat. Walaupun usianya sudah kepala 3, namun kecantikannya justru semakin terlihat belum lagi dengan penampilan Syar'i nya sekarang semakin membuat ia terlihat anggun.

"Iya, habis jemput Arka Bunda balik ke Cafe lagi." jawab Syakira.

"Habibi di jemput Nak?" tanya Syakira saat melihat Habibi berjalan mendekati mereka berdua.

"Hmm, kayaknya belum tante." jawab Habibi sesaat setelah menoleh kanan dan kiri nya namun tak melihat mobil yang biasa di pakai untuknya sekolah.

"Mau tante anter?" tawar Syakira.

"Boleh tan!"

"Ya boleh dong, kan tante yang nawarin." jawab Syakira tersenyum lembut.

"Bibi telpon supir Bibi dulu tan" ucap Bibi segera mengambil hpnya dan menghubungi supir pribadinya.

"Udah tan." ucap Bibi setelah mematikan hpnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya.

"Ya udah kita pulang sekarang. Nanti tunjukkin arah jalannya ya Nak!" ujar Syakira menoleh kebelakang sejenak lalu kembali fokus pada jalanan.

"Iya tan, nanti di depan belok kanan aja trus lurus kedepan." jawab Bibi memberi arahandan. langsung diikuti Syakira. Beberapa menit kemudian, mobil mereka sudah tiba di rumah yang mewah dengan perkarang serta halaman yang luas membuat siapapun yang melihat akan takjub.

"Ini rumah Bibi?" tanya Syakira merasa mengenali rumah di hadapannya saat ini.

"Iya, ini rumah Mamah Bibi tan. Mau mampir?" Jawab Bibi sekaligus menawari Syakira dan Arka untuk singgah ke rumahnya.

"Lain kali ya, tante harus balik ke Cafe soalnya." tolak Syakira. Habibi hnya mengangguk mengerti.

"Aku pulang dulu, besok jangan lupa?" ucap Arka yang langsung di balas dengan anggukan serta senyuman manis Bibi.

"Makasih tante." lanjut Bibi saat mobil Syakira sudah mulai berjalan. Syakira hanya tersenyum, kemudian melajukan mobilnya menuju rumah.

"Bunda langsung berangkat lagi ya, kamu baik-baik di rumah." ucap Syakira saat mereka sudah sampai di depan rumah.

"Iya Bun, Arka bisa jaga diri." jawab Arka kemudian turun dari mobil. Syakira tersenyum lalu melajukan mobilnya menuju Cafe lagi karena pekerjaannya masih sangat banyak.

"Maaf ya lama, nganterin temen nya Arka tadi soalnya!" ucap Syakira saat sudah di dalam ruangannya bersama Rani yang masih sibuk dengan berkas-berkas yang belum berkurang.

"Gak papa, santai aja." jawab Rani tersenyum hangat menatap sahabatnya yang sudah duduk dan tersenyum kearahnya.

"Oh, ya, bulan depan kita sudah bisa cek lahan yang mau kita jadiin cabang Cafe ini. Gimana kamu punya waktu gak Sya?" tanya Rani mendorong kursinya ke arah Syakira dn berhenti tepat di hadapannya.

"Hmm, bisa kok. In syaa Allah bulan depan kita bisa lihat ke lokasinya." jawab Syakira.

"Bagus kalo gitu, fix bulan depan ya?" tanyanya lagi meyakinkan sahabatnya.

"Iya." jawab Syakira, Rani kembali tersenyum kemudian mendorong kursinya kembali ke meja kerjanya lagi.

Sebulan setelahnya, Rani dan Syakira berangkat menuju ke lokasi tempat yang akan mereka bangun cabang dari Cafe mereka, bersama dengan beberapa karyawan dan pemilik lahan mereka melihat kondisi sekitar serta luas lahan yang akan mereka bangun Cafe.

"Cocok sih kalo menurutku, kalo kamu gimana Sya suka?" ucap Rani memperhatikan sekitarnya yang ramai.

"Bagus kok Ra, aku suka." jawab Syakira juga memperhatikan sekitar mereka.

"Kalo gitu kita deal ya?" tanya Rani melihat ke arah Syakira yang langsung setuju.

"Ok, Pak kami suka tempat dan kondisi di sekitarnya, jadi kami ingin langsung saja membeli lahannya. Bagaimana?" ucap karyawan Rani yang sudah di beri kode untuk langsung mengurus surat-surat tanah dan lainnya.

"Baik saya setuju." jawab pemilik tanah dan langsung menandatangani surat pindah kepemilikkan serta berkas lainnya.

"Ini uangnya cash, 150 juta."

"Ya, terima kasih." jawab pemilik tanah dan langsung meninggalkan mereka bertiga dengan senyuman yang sulit di artikan.

Satu minggu setelahnya, Cafe Syakira dan Rani di datangi beberapa orang dengan pakain seperti preman sambil melempari batu ke kaca hingga pecah, membuat para pengunjung yang sedang berada di sana ketakutan dan berlarian keluar menyelamatkan diri mereka masing-masing, sedangkan para karyawan segera bersembunyi di balik meja. kasir dan ada juga yang di dapur.

"Astaghfirullah." ujar Syakira kaget saat mendengar kaca ruangannya terkena lemparan batu.

"Sya, ini ada apa?" tanya Rani saat melihat ke bawah karena ruangan mereka di lantai 2, yang sudah berantakan.

"Ya Allah Ran, kita harus turun!" ajak Syakira dan di angguki oleh Rani, merekapun berlari kecil menuju lantai bawah.

"Buk..." ucap para karyawan mereka yang sudah ketakutan sambil bersembunyi di balik meja kasir setelah melihat kedua Bis medeka turun.

"Kalian tetap di sini jangan. keluar sampai situasinya aman. Mengerti!" perintah Syakira tegas, ia tak ingin jika sampai saah seorang karyawannya terluka.

"Baik buk, hati-hati." jawab karyawan mereka saat melihat Syakira dan Rani nekat keluar dan menghadapi para gerombolan preman di luar.

"Woy, keluar gue mau mintak keadilan!" teriak salah seorang preman yang lebih muda dari yang lainnya, mungkin usianya sekitar 25 tahun.

"Woy, kalo gak ada yang mau keluar, gua bakalan bakar nih Cafe sama orang-orangnya sekalian." ancamnya saat tak ada yang berani keluar dari dalam sana sambil menyirami bensin yang ada di tangannya. Semua orang yang melihat adegan itu dari kejauhan/atau di atas kendaraan merekapun tak ada yang berani untuk menolong.

"Gue hitung sampe 3 kalo gak ada yang keluar gue bakalan bakar nih Cafe." teriaknya lagi semakin kencang dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Tunggu...." tetiak wanita cantik yang tak lain Syakira dan Rani yang sudah berdiri tepat di hadapan pria muda yang hendak membakar Cafe milik mereka.

"Siapa kalian?" tanya pria muda, sambil menelisik Syakira dan Rani dari atas sampai bawah.

"Kami pemilik Cafe ini." jawab Syakira.

"Oooohh, jadi kalian berdua yang punya nih Cafe!" ujarnya menatap sinis dan penuh amarah pada kedua wanita di hadapannya saat ini.

"Benar, dan kalian siapa? berani sekali mengahncurkan Cafe kami sampe kayak gini!" ucap Rani tak kalah emosi.

"Sabar Ran sabar." bisik Syakira memegang lengan sahabatnya agak tak ikutan emosi.

"Gue, anak dari tanah yang elo beli tanpa sepengetahuan gue." bentaknya menekan setiap kalimat yang di ucaplan.

"Apa, gak mungkin?" jawab Rani tak percaya.

"Kami bahkan membeli tanah itu langsung dari pemilik nya!" ucap Syakira membenarkan ucapan Rani.

"Gak, mungkin karena bokap gue udah meninggal jadi otomatis gue ahli warisnya." jawab Pria di hadapan mereka semakin kesal.

"Udah Bos, bakar aja." teriak salah seorang di antara mereka dan memanggil anak muda di depannya dengan Bos. Beberapa detik kemudian, dari antara medeka ada yang melempar batu dan mengenai kepala Syakira hingga berdarah.

"Aww..." rintih Syakira saat merasakan kepalanya terkena benda keras dan berdarah.

"Ya Allah Sya, kepala kamu berdarah." ucap Rani melihat kondisi sahabatnya. Sontak saja para karyawan yang tadi nya bersembunyi segera berlarian keliar ketika melihat Bos mereka di lempar dengan batu.

"Buk gak pala?" tanya salah satu dari karyawannya.

"Gak, papa kok." jawab Syakira tersenyum, ia kembali menatap pria muda di hadapannya dengan senyuman lwmbut, membuat mereka semua sedikit terkejut karena wanita Syakira masih bisa tersenyum di saat seperti ini dan di saat kepalanya sudah bocor akibat lemparan batu dari salah seorang preman di hadapan mereka.

"Baiklah, begini saja bagaimana kalo kamu ikut kami ke dalam, nanti kita cari solusinya sma-sama. Gimana?" tawar Syakira dengan lembut, membuat pria di hadapannya berfikir sejenak.

"Ok, saya akan ikut kalian, tapi ingat jika tidak ada solusi dari masalah ini kalian harus mengembalikan tanah milik saya. Bagaimana?" ucapnya memberi syarat.

"Ok." jawab Syakira senyumannya tak pernah luntur dari bibirnya.

"Tapi Sya...." uucap Rani yang langsung di potong Syakira dengan senyuman dan mengajaknya masuk ke dlam. Cafe diikuti dengan pemuda tadi dan para karyawannya.

"Untuk sekarang kalian bisa pulang, tapi besok saya sangat berharap kalian bisa kembali bekerja dan membantu untuk membersihkan Cafe ini." ujar Syakira saat mereka sudah di dalam.

"Baik buk." jawab mereka serempak dan meninggalkan Syakira, Rani juga pemuda yang sudah merusak Cafe mereka.

Sedangkan di luar sudah ada polisi yang datang, karena memang sebelum nya Rani sudah menghubungi kantor polisi terdekat saat kejadian.

"Kalian mau menjebak gue?" bentak pemuda sambil berdiri dan membanting kursi.

"Tenang dulu, para polisi hanya berjaga di depan, lihat bahkan mereka tidak mengganggu teman-temanu." jawab Syakira, menunjuk ke arah luar. Melihat itu pemuda itu pun kembali duduk, dan mulai bicara tentang keinginannya, sedang di luar seorang pria tampan masih memikirkan wanita yang kepalanya terkena batu karena lemparan. salah seorang preman.

"Aku sperti mengenalnya?" batinnya berfikir siapa wanita tadi.

"Tuan, kita bisa jalan sekarang!" ucap supirnya, membuyarkan lamunannya tentang wanita yang ia lihat beberapa waktu lalu yang membuat ia terus saja kepikiran.

Ok, sampe sini dulu ya maaf cuma satu upnya, soalnya otaknya. lagi buntu belum. ada pencerahan lagi.😀

Makasih buat men temen sumua yang udah mampir baca, jang lupa buat like dan. komen yang mendukung ya.. . semoga kalian sehat selalu orang baik..

🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Kakadya

Kakadya

salam kenal kak

2023-03-28

0

Ning Mar

Ning Mar

mesteriapa lagi nih..

2023-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 Kehancuran
2 Kenyataan yang menyakitkan
3 Kenyataan yang Menyakitkan II
4 Pengalaman Pertama yang Menakjubkan
5 Pertemuan Pertama
6 Sekolah Baru
7 Bertemu Keluarga
8 Taruhan yang Menguntungkan
9 Kesedihan Habibi
10 Musibah
11 Pertemuan Setelah Muaibah
12 Penderitaan Maira
13 Penderitaan Maira II
14 Keadilan untuk Maira
15 Kegalauan Mara
16 Salah Sangka Hana dan Sisi
17 Kecelakaan
18 Kemenangan Tim Arka dan Bantuan Kalisa
19 Hari Yang Bahagia
20 Kebahagiaan Syakira
21 Pementasan Berujung Menaruh Hati
22 Dua Hati yang Harus Berpisah
23 Ada Hati yang di Jaga
24 Keluarga Wulan dan Kesedihannya
25 Kebenaran yang Kembali Terungkap
26 Masa Lalu Regar
27 Identitas Wulan Bramantyo
28 Pertemuan ke Tiga
29 Wanita yang Sama
30 Kemunculan Masa Lalu
31 Kemunculan Masa Lalu dan Masa Depan
32 Kejujuran Rangga
33 Sebuah Perasaan Seorang Anak
34 Penantian Arka....
35 Kekecewaan Wulan
36 Penyesalan yang tak Berujung
37 Bimbang
38 Mengungkapkan Perasaan
39 Hari Bahagia Syakira dan Rangga
40 Malam Pertama
41 Kesedihan Risa dan Tujuan Barunya
42 Kebenaran Wulan dan Arka
43 Keluarga
44 Menunggu Jawan Risa
45 Kepedihan Risa
46 Duka dan Luka Risa...
47 Kisah yang Sempat Tertunda
48 Perjalanan Cinta Farhan dan Risa
49 Bertemu Kembali
50 Harapan!
51 Persiapan
52 Pengumuman
53 Lamaran
54 Menuju Halal
55 Duka di Hari yang Seharusnya Bahagia
56 Takdir Cinta Mara
57 Perhatian Calon Papah Sambung
58 Agus Utomo
59 Dokter Erick
60 Penantian Mara
61 Penantian yang Tak Sia Sia
62 Melamar Kedua Kalinya
63 Bahagia setelah Duka
64 Sarapan Spesial
65 Mulai Memperbaiki
66 Menuju Pertemuan Ayah dan Anak
67 Pertemuan Ayah dan Anak
68 Rencana yang Terancam Gagal
69 Malam Panas Syakira dan Rangga
70 Usaha sang Ayah Kandung
71 Perhatian Seorang Kakak
72 Menunggu Waktu
73 Mulai Menerima Kenyataan
74 Sebelumnya
75 Perubahan Wulan
76 Di Antar Sekolah Oleh Kakak
77 Usaha Arka Mendapat Pengakuan Wulan
78 Menunggu lebih lama
79 Semakin Akrab
80 Lupa!
81 Tokoh Mainan
82 Hadiah Arka
83 Hamil!
84 Punya Adik lagi
85 Posesif Sejak Hamil
86 Bagas
87 Bagas dan Naila
88 Daneen Durriyan
89 Kerja sama Rangga dan Arka
90 Sadar
91 Kehangatan
92 Penyambutan
93 Kecemasan Wulan!
94 Perhatian Papah Rangga
95 Membahagiakan Adik
96 Kerinduan
97 Kanker Jantung
98 Sisi lain Regar
99 Cinta Habibi
100 Hampir Menyerah
101 Dokter Karina
102 Ada kamajuan
103 Kebaikan Rangga
104 Berdebat
105 Sadar
106 Harus Kembali
107 Menjalani Pengobatan Tradisional
108 Akan Kembali
109 Ziyan dan Wulan
110 Pria Asing
111 Kakak
112 Nembak Apa Melamar?
113 Dapat Restu
114 Kecelakaan Habibi
115 Mamah Maurin
116 Masa Lalu Mamah Maurin dan Habibi
117 Menuju Hari Pertunangan
118 Kana
119 Pertunangan
120 Keluarga Kana
121 Farry dan Safira
122 Sesuatu yang Mengejutkan
123 Best Trio
124 Menyinggung Orang yang Salah
125 Misi Pencarian Kalisa
126 Menemukan Sesuatu
127 Satu Petunjuk
128 Waktu yang Berlalu
129 Pernikahan Wulan dan Habibi
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Kehancuran
2
Kenyataan yang menyakitkan
3
Kenyataan yang Menyakitkan II
4
Pengalaman Pertama yang Menakjubkan
5
Pertemuan Pertama
6
Sekolah Baru
7
Bertemu Keluarga
8
Taruhan yang Menguntungkan
9
Kesedihan Habibi
10
Musibah
11
Pertemuan Setelah Muaibah
12
Penderitaan Maira
13
Penderitaan Maira II
14
Keadilan untuk Maira
15
Kegalauan Mara
16
Salah Sangka Hana dan Sisi
17
Kecelakaan
18
Kemenangan Tim Arka dan Bantuan Kalisa
19
Hari Yang Bahagia
20
Kebahagiaan Syakira
21
Pementasan Berujung Menaruh Hati
22
Dua Hati yang Harus Berpisah
23
Ada Hati yang di Jaga
24
Keluarga Wulan dan Kesedihannya
25
Kebenaran yang Kembali Terungkap
26
Masa Lalu Regar
27
Identitas Wulan Bramantyo
28
Pertemuan ke Tiga
29
Wanita yang Sama
30
Kemunculan Masa Lalu
31
Kemunculan Masa Lalu dan Masa Depan
32
Kejujuran Rangga
33
Sebuah Perasaan Seorang Anak
34
Penantian Arka....
35
Kekecewaan Wulan
36
Penyesalan yang tak Berujung
37
Bimbang
38
Mengungkapkan Perasaan
39
Hari Bahagia Syakira dan Rangga
40
Malam Pertama
41
Kesedihan Risa dan Tujuan Barunya
42
Kebenaran Wulan dan Arka
43
Keluarga
44
Menunggu Jawan Risa
45
Kepedihan Risa
46
Duka dan Luka Risa...
47
Kisah yang Sempat Tertunda
48
Perjalanan Cinta Farhan dan Risa
49
Bertemu Kembali
50
Harapan!
51
Persiapan
52
Pengumuman
53
Lamaran
54
Menuju Halal
55
Duka di Hari yang Seharusnya Bahagia
56
Takdir Cinta Mara
57
Perhatian Calon Papah Sambung
58
Agus Utomo
59
Dokter Erick
60
Penantian Mara
61
Penantian yang Tak Sia Sia
62
Melamar Kedua Kalinya
63
Bahagia setelah Duka
64
Sarapan Spesial
65
Mulai Memperbaiki
66
Menuju Pertemuan Ayah dan Anak
67
Pertemuan Ayah dan Anak
68
Rencana yang Terancam Gagal
69
Malam Panas Syakira dan Rangga
70
Usaha sang Ayah Kandung
71
Perhatian Seorang Kakak
72
Menunggu Waktu
73
Mulai Menerima Kenyataan
74
Sebelumnya
75
Perubahan Wulan
76
Di Antar Sekolah Oleh Kakak
77
Usaha Arka Mendapat Pengakuan Wulan
78
Menunggu lebih lama
79
Semakin Akrab
80
Lupa!
81
Tokoh Mainan
82
Hadiah Arka
83
Hamil!
84
Punya Adik lagi
85
Posesif Sejak Hamil
86
Bagas
87
Bagas dan Naila
88
Daneen Durriyan
89
Kerja sama Rangga dan Arka
90
Sadar
91
Kehangatan
92
Penyambutan
93
Kecemasan Wulan!
94
Perhatian Papah Rangga
95
Membahagiakan Adik
96
Kerinduan
97
Kanker Jantung
98
Sisi lain Regar
99
Cinta Habibi
100
Hampir Menyerah
101
Dokter Karina
102
Ada kamajuan
103
Kebaikan Rangga
104
Berdebat
105
Sadar
106
Harus Kembali
107
Menjalani Pengobatan Tradisional
108
Akan Kembali
109
Ziyan dan Wulan
110
Pria Asing
111
Kakak
112
Nembak Apa Melamar?
113
Dapat Restu
114
Kecelakaan Habibi
115
Mamah Maurin
116
Masa Lalu Mamah Maurin dan Habibi
117
Menuju Hari Pertunangan
118
Kana
119
Pertunangan
120
Keluarga Kana
121
Farry dan Safira
122
Sesuatu yang Mengejutkan
123
Best Trio
124
Menyinggung Orang yang Salah
125
Misi Pencarian Kalisa
126
Menemukan Sesuatu
127
Satu Petunjuk
128
Waktu yang Berlalu
129
Pernikahan Wulan dan Habibi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!