Keesokkan hari nya, seperti biasa Arka sudah siap dengan seragam sekolah dan sedang sarapan bersama dengan Bunda.
"Bunda hari ini mau ke mana?" tanya Arka saat melihat Bundanya yang sedikit agak berbeda.
"Hari ini Bunda ada acara, jadi pulang nanti Arka bisa pulang sendiri kan Nak?" tanya Syakira melihat kearah putranya.
"Bisa, nanti Arka pulang bareng Habibi saja." jawab Arka tersenyum lembut kearah Bunda yang sidah selesai dengan makanannya.
"Syukurlah." ucap Syakira. Pagi itu Arka dan Syakira terlihat bahagia, mungkin karena Arka bisa bertemu dengan keluarga Bundanya, sedangkan Syakira setelah sekian lama ia bisa bertemu dengan Paman dan Bibi yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri.
...****************...
Syakira sudah tiba di Cafe milik nya dan Rani dulu, ia menatap dan memperhatikan sekelilingnya.
"Gak ada yang berubah." batinnya, kemudian mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam.
"Sya..." panggil Rani yang sejak tadi sudah menunggu kehadirannya. Syakira tersenyum lembut lalu mendekati sahabatnya itu.
"Perkenalkan, ini ibu Syakira. Kalian harus ingat bahwa posisi bu Syakira jauh di atas saya, jadi kalian harus mendengarkan apapun yang ia katakan. Paham!" ucap Rani memperkalkan Syakira sebagai atasan para karyawan dengan nada tegas.
"Paham bu." jawab para karyawan serempak.
"Ran, statusku dan kamu di sini sama, justru seharusnya kamu yang lebih tinggi karena selama ini kamu yang sudah mengembangkan usaha ini." ucap Syakira lembut memegang pundak sahabatnya yang terlihat bahagia atas kehadiran Syakira.
"Gak Sya, aku cuma bisa bantu buat ngembangin usaha kamu, tapi tetap saja semua ini dari aaal kamu yang bangun dan aku hanya meneruskan saja." jawab Rani.
"Kamu ini, dari dulu gak pernah mau ngalah." ucap Syakira menjentik kening Rani. Mereka yang ada di sanapun hanya tersenyum melihat kelakuan Bos mereka yang terkenal tegas bisa luluh dengan kehadiran Syakira.
"Salam kenal untuk kalian semua"ucap Syakira tersenyum hangat ke arah para karyawan Rani yang mulai hari ini juga akan menjadi karyawannya.
"Salam kenal bu....." jawab mereka semua secara bersamaan.
"Kalian bisa kembali bekerja." ucap Rani kembali ke mode tegasnya.
"Ran, jangan judes-judes lah nanti gak ada cowok yang bakalan naksir kamu." ledek Syakira, ia tahu bahwa trauma yang di alami sahabatnya itu pasti akan sangat sulit di lupakan, terlebih saat ini anak yang ia kandung dan besarkan sendirian sudah beranjak dewasa tanpa tahu siapa Ayahnya.
"Mau sampai kapan kamu menyimpan perasaan ini Ran?" tanya Syakira lembut saat mereka berdua sudah berada di ruangan kerja Rani.
"Entahlah Sya, saat ini aku hanya fokus dengan anakku, dan belum memikirkan untuk menikah." jawab Rani sendu, saat mengingat masa lalu nya yang suram dan menyedihkan, untunglah ia memiliki sahabat seperti Syakira yang selalu siap membantunya di saat masa terpuruknya dulu.
"Hmm, ya jika memang itu yang menurut mu baik, aku cuma bisa dukung aja." ucap Syakira mengelus punggung sahabatnya yang mulai menangis.
"Makasih Sya, dari dulu sampai sekarang hanya kamu yang bisa paham dan mengerti akan perasaanku." Rani sangat terharu akan perlakuan sahabatnya, ia sangatlah beruntung.
"Ran..." panggil Syakira saat mereka masih berpelukan.
"Hmmm.." jawab Rani masih belum ingin melepaskan pelukannya.
"Aku merasa sedikit aneh dengan posisi ini!" ungkap Syakira, tanpa sadar mereka saling dorong dan menatap satu sama lain, beberapa detik berikutnya mereka tertawa seperti tak ada beban yang sedang di pikul.
"Lalu bagaimana denganmu Sya, sekarang kamu juga masih sendiri?" tanya Rani setelah mereka puas tertawa.
"Mungkin aku juga sama seperti kamu, hanya ingin fokus dengan masa depan Arka, sekarang dialah penguat hidupku. Lagia aku sudah pernah menikah." ucap Syakira dengan nada sedikit meledek sahabatnya itu yang langsung memukul bahu Syakira pelan.
"Kita akan berjuang bersama seperti dulu, dan mengembangkan usaha ini jadi lebih maju!" ucap Rani penuh keyakinan.
" Ya, tentu." jawab Syakira tersenyum.
...****************...
"Mar..." panggil seseorang dari arah belakang Mara, merasa namanya di panggil, Mara segera menoleh dan tersenyum setelah melihat siapa orang yang memanggilnya.
"Tugas kuliah lo udah selesai belum?" tanya wanita di samping Mara.
"Udah.." jawab nya
" Liat dong..." pinta wanita di samping memohon.
"Nih..." ucap Mara memberikan tugasnya pada wanita yang langsung menerima buku yang di berikan Mara padanya dengan senyuman yang merekah.
"Makasih Mara cantik, elo memang yang terbaik. Hah, gue gak jadi di marahin sama pak Ridwan." ungkapnya merasa lega.
"Lain kali, kalo ada tugas di kerjain di rumah." sungut Mara kesal, karena bukan hanya sekali wanita itu meminta jawaban tugas yang di berikan dosen tapi sudah sering kali, membuat ia sedikit merasa kesal.
"Iya, lain kali gak lagi deh." jawabnya cengengesan
"Mar..."
"Kenapa lagi?" jawab Mara
"Kemarin ada yang mintak no hp lo." ucap wanita yang masih berjalan berdamoingan dengan Mara.
"Terus, kamu kasih!" tanya Mara tanpa menoleh.
"Ya iyalah gue kasih.." ucapnya tersenyum melirik ke arah Mara.
"Siapa?" tanya Mara penasaran
"Kak Arnold.." jawabnya, membuat Mara seketika menghentikan langkahnya dan menatap ke arah wanita yang sejak tadi mengajaknya bicara.
"Kak, Kak Arnold!" ulang Mara mencoba meyakinkan pendengarannya, wanita di sampingnya hanya mengangguk sambil memperhatikan ekspresi Mara yang tak bisa ia pahami.
"Emangnya kenapa sih?" tanya wanita itu.
"Nggak papa." jawab Mara melanjutkan langkahnya menuju kelas. ("Kak Arnold..") batin Mara.
Siapa yang tidak kenal dengan Arnold Gunawan, selain tampan, pintar, ia juga terkenal baik pada setiap adik tingkatnya. Bahkan banyak para gadis yang tergila-gila akan ketampanan dirinya, termaksud Mara yang kagum dengan sikap dan sifat yang di miliki Arnold selama ini yang ia ketahui.
"Mar..."panggil Arnold yang sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Eh, panjang umur." ucap wanita di samping Mara setelah melihat Kakak tingkatnya itu berdiri di hadapan mereka. Arnold yang tak mengerti dwngan ucapan wanita itu hanya diam dengan sebelah alisnya yang tebal di tarik ke atas.
"Karina..." ucp Mara mnyenggol lengan wanita yang di panggil Karina di sampingnya.
"Eh, gue duluan ya Mar. Kak gue masuk dulu." ucap Karina setelah sadar dengan kata-katanya, iapun segera pergi dari sana dan meninggalkan Mara berdua dengan Arnold di depan kelas Mara.
"Kenapa kak?" tanya Mara gugup.
"Cuma mau bilang..." Arnold memutus kata-katanya, ia bingung harus mengatakan apa pada gadis di hadapannyaini.
"Bilang apa?" selidik Mara, menunggu perkataan Arnold dengan hati yang berdebaran
"Hanya, mau bilang maaf karena sudah mintak no kamu sama Kirana." ucapnya kikuk, karena bingung hanya itu yang bisa ia ucapkan.
"Ah, itu ya gak papa kak." jawab Mara, sedikit tersenyum karena terlalu percaya diri jika Arnold menyukainya dan ingin menyatakan cinta pada nya.
"Hanya itu kak?" tanya Mara yang langsung dia nggukkan kepala oleh Arnold
"Kalo gitu aku maduk dulu." lanjutnya, kemudian beranjak dari tempatnya berdiri meninggalkan Arnold. ("Mara, Mara, gak mungkinlah Kak Arnold suka sama kamu, lagian dia kan udah punya pacar.") batin Mara sambil menggelengkan kepalanya.
"Mar, Kak Arnold bilang apa ke lo! jangan-jangan dia nembak lo lagi?" tanya Kirana bertubi-tubi bahkan sangking keras suaranya membuat beberapa gafis di sana melirik ke arah mereka dengan tatapan membunuh. Mara hanya tersenyum kikuk.
"Gak mungkinlah, lagian Kak Arnold udah punya pacar, gila kamu Ki." jawab Mara sengaja agak di besarkan suaranya agar para penggemar fanatik Arnold tak menatapnya sedrti tadi.
"Ah, padahal kalian cocok banget loh." ucap Kirana tanpa memperhatikan sekitarnya.
"Eh, Kirana, gak mungkinlah pangeran kami suka sama sahabt kamu itu, karena pacarnya Kak Arnold jauh lebih cantik." ucap wanita lain di dalam kelas.
"Iya tuh bener." lanjut wanita di sebelahnya.
"Jangan sok kepedean deh." yang lainnya menimpali.
Mara hanya diam mendengar perkataan mereka, baginya semua yang mereka katakan tak sepenuh nya benar. Berbeda dengan Kirana, ia tak terima jika sahabatnya di hina.
"Enak aja, kita lihat aja siapa yang bakal di pilih kak Arnold, pacarnya sekarang atau Mara." jawab Kirana berdiri di hadapan para penggemar Arnold.
"Ki, apaan sih duduk gak!" perintah Mara dengan mata melotot.
"Tapi Mar..." ucapannya langsung di potong Mara dengan tatapan mata yang semakin besar, membuat nyali Kirana ciut.
"Awas kalian!" tunjuk Kirana ke arah para wanita yang sudah mngejek sahabatnya.
"Lo tuh terlalu baik tahu." ucap Kirana kesal dengan sikap diam sahabatnya itu.
"Pernah denger kata-kata ini gak?" ucap Mara
"Apa?" tanya Kirana serius.
"Tongkosong nyaring bunyinya." ucap Mara menatap ke arah Kirana.
"Mereka?" tanyanya polos.
" Kamu Ki, kamu." ucap Mara menjitak kening Kirana cukup keras, hingga gadis itu memegangi keningnya sambil meringis.
"Aduh, sakit Mar."
"Lagian, kamu juga ngapain bilang kalo Kak Arnold bakalan lebih milih aku di banding pacarnya?" ucap Mara sedikit berbisik
"Emang gitu kok kenyataannya." jawab Kirana masih menggosok keningnya.
"Kamu kan tahu, kalo pacar Kak Arnold itu cewek terpopuler di kampus, mana bisa di sandingkan dengan aku yang biasa kayak gini." ungkapnya, ia sngat kesal dengan perkataan Kirana beberapa menit yang lalu.
"Kita liat aja nanti, selama 6 bulan kedepan kalo kak Arnold gak nembak lo dan mutusin pacarnya, gue janji gak bakalan nyontek lagi sama lo, dan gue bakal traktir satu kelas buat makan sepuasnya di kantin selama 1 bulan. Gimana?" tantang Kirana, kepercayaan dirinya sangat tinggi,ia yakin bahwa Kak Arnold pasti akan menyatakan perasaan nya pada Mara dalam waktu 6 bln.
"Deal?" lanjutnya mengulurkan tangannya ke arah Mara yang masih heran dan bingung dengan sikap sahabt gilanya itu.
"Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku berteman dengan orang kaya gini!" lirih Mara, namun masih bisa di dengar oleh Kirana.
"Gimana Deal gak?" lanjutnya, Mara hnya mampu menerima tantangan itu dengan hati yang dongkol, lagi pula ia tak di rugikan di sini justru ia yang untung, karena sahabtnya itu harus bersiap-siap tak lagi bisa mencontek dirinya.
jangan lupa like, dan komen yang mendukung ya..
terima kasih orang baik...
🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
sri astuty
cerita novel nya bagus
2023-04-01
0