Satu bulan sudah terlewati, Arka yang tampan dan berbakat serta merupakan anak yang pintarpun semakin populer di kalangan para siswa, baik laki-laki maupun perempuan. Nqmun karena sikapnya yang dingin terhadap wanita, membuat wanita hanya bisa menatap dirinya dari kejauhan karena merekapun tak berani jika harus menyatakan perasaan pada Arka yang terkenal dingin dan cuek.
"Kapan ya, kita bisa akrab dan ngobrol sama pangeran yang tampan sejagat raya?" ucap salah satu siswi memandangi Arka yang sedang bermain basket bersama teman-teman nya.
"Hanya mimpi..." jawab siswi lainnya juga memandangi ke arah Arka.
"Dorrrr....." teriak seorang gadis dari arah belakang kedua siswi yang sedang membayangkan Arka.
"Monyet lu, eh monyet..." ucap salah satu dari mereka latah...
"Hahaha,," tawa gadis itupun pecah hingga terdengar sampai ke bawah membuat para pria yang sedang beristirahat memandangi mereka bertiga.
"Astagaaa,, Kalisa. hutss.." bisik siswi yang lain menutup mulut gadis yang bernama Kalisa sambil membawanya menjauh dari kursi penonton, sedang siswi yg tadi latah hanya memandang Kalisa jengah sambil memegangi dadanya yang hampir jantungan, namun langkahnya mengikuti kedua temanna yang mulai menjauh.
"hmmppp" Kalisa berusaha menjauhkan tangan siswi yang membekap bibir mungilnya.
"Apaan sih, Melda bekap2 mulut gue..." ucap Kalisa tanpa merasa bersalah
"Lu tuh ya, gak bisa apa jadi cewek yang anggunan dikit." sungut Siswa yang di panggil Melda dengan nada kesal.
"Ya elah, lu kan tahu gue emang udah kayak gini dari. lahir. hehehe..." jawabnya cengengesan.
"Susah banget sih di bilangin." lanjut Melda makin kesal.
"Udah lah Mel, kita kan emang dah tahu Kalisa kek gimana orang nya." ucap teman mereka yang latah barusan.
"Iya, gue tahu tapi gak harus kek gitulah." ketus Melda melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah yang kesal.
"Ya deh, maaf gue salah. Janji gak bakalan ngulangin..." lirih Kalisa meminta maaf..
"Di maafiin kan?" lanjutnya, menunjukkan wajah yang di imut-imutkan.
"Astagaaa, anak ini..." lirih Melda melihat wajah Kalisa, dan beberapa detik kemudian iapun tersenyum tak lagi mampu menahan tawanya karena wajah Kalisa yang semakin di buat-buat.
"Ok, gue maafin, tapi lain kali gue bakalan marah banhet sama lu." ancam Melda dan langsung di anggukan kepala oleh Kalisa sambil menunjukkan jarinya seperti huruf V.
"Kalisa...." panggil sahabat mereka yang satunya.
"Eh, iya gue lupa. Sorry Sasya sayang, udh buat lu latah kek tadi!" ucap Kalisa menggandeng lengannya
"Hmmm.." jawab Sasya tersenyum. Mereka bertigapun berjalan beriringan menuju kantin.
"Gadis imut..." Batin pria yang sejak tadi memperhatikan ketiga sahabat itu. Dia lah Arka, saat ia ingin menuju ruangan ganti, tanpa sengaja ia melihat Kalisa dan teman-temannya, serta kelucuan dan tingkah konyol gadis itu membuat dirinya tersenyum tanpa sadar.
...****************...
Mara sedang sibuk-sibuk dengan kegiatannya di kampus, karena ia adalah gadis yang supel dan selalu ikut setiap kegiatan yang di adakan kampus membuat dirinya menjadi salah satu mahasiswi yang cukup terkenal. Selain cantik, pandai ia juga di kenal sebagai gadis yang sangat taat ibadah.
"Mar, gue duluan ya." ucap satu-satunya sahabat Mara.
"Hmm, aku bentar lagi juga pulang kok, kamu duluan aja." jawab Mara melihat sekilas ke arah sahabatnya kemudian kbali memgerjakan tugasnya.
"Ya udah deh, gue pulang lo hati-hati!" ucap sahabatnya kemudian berlalu pergi meninggalkan Mara sendirian.
Beberapa menit berlalu, akhirnya iapun selesai.
"Udah selesai ya?" ucap seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.
"Astagfirullah..." ucap Mara memegang dadanya yang berdegup cukup cepat. Ia segera menoleh dan melihat pria tampan yang sedang memandangi nya. Untuk beberapa saat tatapan mereka bertemu, dan segera di akhiri oleh Mara yang lebih dulu tersadar.
"Ah iya, Kak Arnold belum pulang?" tanya Mara memecah keheningan.
"Belum, mau pulang bareng?" ajak pria di sampingnya yang bernama Arnold.
"Makasih kak, tapi aku bawak kendaraan sendiri kok." tolak Mara tersenyum, iapun segera berdiri dan hendak pamit pada Arnold
"Kalo gitu, aku duluan ya Kak." Lanjut Mara berbalik dan mulai melangkah keluar.
"Mar?" panghil Arnold
"Ya Kak!" Mara menoleh menunggu Arnold mengatakan sesuatu, namun sudah beberapa detik Arnold masih diam.
"Kak?" panggil Mara membuat Arnold tersadar dari lamunan yang panjang hingga membuat hadis di hadapannya menunggu.
"Hati-hati." ucap nya tersenyum hangat. Marapun hanya membalas senyumnya.
"Duluan Kak!" ucap Mara dan iapun benar-benar sudah pergi meninggalkan Arnold yang masih menatap punggungnya yang sudah menghilang.
"Mara...." batinnya, tersenyum membayangkan senyuman indah gadis pujaannya.
...****************...
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam.."
"Paman, Bibi.." ucap Syakira mencium tangan kedua orang yang baru saja membukakan pintu rumah mereka.
"Syakira ya?" tanya salah seorang dari mereka.
"Iya Bi, ini Syakira." jawab Syakira langsung memeluk Paman dan Bibinya bergantian.
"Ya Allah, Syakira, ndok.." ucap Bibi menangis bahagia larena bisa melihat keponakannya lagi, begitupun dengan Pamannya, meskipun tak seperti Bibi yang. menangis Paman hanya mengusap kepala Syakira lembut seperti seorang Ayah yang baru bertemu dengan putrinya.
"Kapan kamu pulang Nak? kok nggak ngabarin Pama dan Bibi?" tanya Bibi setelah puas me. eluk Syakira.
"Sudah sebulanan lebih lah Bi." jawab syakira
"Ajak masuk dulu Mah Syakira....." ucap Paman melirik ke belakang Syakira.
"Siapa Nak?" tanya Paman setelah melihat Arka yang hanya diam saja.
" Arka, anak Syakira Paman." jawab Syakira menarik tangan putranya agar mendekat ke arah Paman dan Bibinya, yang berarti Oma dan Opanya Arka.
"Maa syaa Allah..." icap Paman memluk Arka.
"Masuk dulu, kita lanjutkan di dalam saja." perintah Paman dan langsung di anggukan oleh ketiganya.
"Paman dan Bibi apa kabar?" tanya Syakira tulus memperhatikan dua orang yang hampir seumuran dengan Papah dan Mamahnya yang sudah tiada, di hadapannya kini.
"Alhamdulillah kami baik Nak." jawab Paman
"Syukurlah,, lalu di mana Maya?" tanya Syakira karena tak melihat adik sepupunya.
"Maya sudah menikah, jadi dia ikut sama suaminya Nak." jawab Bibi
"Ah, iya. kalo begitu lain kali kita makan bersama agar keluarga kita bisa berkumpul." ucap Syakira, iapun merasa sedih karena teringat orang tuanya yang sudah tiada.
"Bunda, Bunda nangis." tanya Arka yang melihat Bundanya menangis.
"Nanti kita kunjungi makan orang tua kamu sama-sama Nak." ucap Paman
"Iya Paman." jawab Syakira
"Syakira juga mau memperkenalkan cucu mereka yang dulu belum sempat mereka lihat." lanjutnya memamdang wajah Arka yang semakin tampan.
"Bunda?" panggil Arka pelan namun masih bisa di dengar Syakira dengan jelas, iapun tersenyum untuk menenangkan hati putra nya dan mengatakan jika ia baik-baik saja.
Tanpa menunggu lama, mereka segera mengunjungi makam kedua orang tua Syakira yang tempat nya tak jauh dari rumah milik keluarga Syakira.
"Mah, Pah, Sya pulang." ucap Syakira kembali menangis saat sudah berada di depan makan orang tuanya.
"Maaf, selama ini Sya gak pernah ngunjungin kalian, tapi doa Sya selalu tercurahkan untuk Mamah dan Papah." lanjutnya semakin dalam.
"Sabar ndok.." ucap Bibi mengelus punggung Syakira, mencoba memberikan kekuatan.
"Mah, Pah, Syakira sekarang udah punya anak." ucap Syakira menarik tangan Arka lembut agar duduk di sebelahnya.
"Ini, Arka, anak Sya. Tampan dan sangat baik." lanjutnya tersenyum, namun air mata terus saja mengalir. Arka hanya memperhatikan Bundanya tanpa bicara, karena ia tahu Bundanya sedang dalam masa sedih karena teringat Oma dan Opanya.
"Nak, ini Oma dan Opa Arka. Orang tua Bunda." ucap Syakira.
"Oma, Opa, kalian tidak perlu khawatirkan Bunda di sini, karena Arka janji akan selalu menjaga Bunda seperti kalian yang menjaga Bunda dahulu." ucap Arka sambil menghapus air mata Bundanya yang bukannya berhenti menangis tapi justru semakin jadi
karena terharu akan ucapan putranya.
"Maa syaa Allah, semoga engkau senantiasa menjaga Keponakan dan juga cucuku ini Ya Rabb." batin Paman Syakira saat melihat kedekatan anatara ibu dan anak.
"Sebaiknya kita pulang, sudah hampir sore." ucap Paman.
"Iya." jawab Syakira. Ia dan Arkapun bangkita dari tempatnya dan berjalan berdampingan mengikuti langkah Bibi dan Pamannya yang berjalan di depan.
"Kalian mau langsung pulang?" tanya Bibi yang belum rela melepas kepulangan Syakira.
"iya Bi, soalnya besok Arka harus sekolah, tapi lain kali kami main ke sini lagi." ucap Syakira membujuk Bibinya agar mengizinkan mereka pulang.
"Kalian ini, lama gak pulang tapi sekalinya pulang cuma sebentar." Jawab Bibi kecewa.
"Sudah, besok mereka bisa ke sini lagi." ucap Paman mencoba merayu istrinya.
"Ya sudahlah, tapi janji ya lain kali kalian harus menginap." ucap Bibi merelakan keponakan dan cucunya pulang.
"In syaa Allah.." jawab Syakira sambil memeluk Paman dan Bibinya bergantian.
"Arka pamit, Oma Opa." ucap Arka mencium tangan kedua orang di hadapannya.
"Lain kali, mainlah lebih lama." ucap Bibi me. eluk Arka penuh kasih.
" Pasti Oma." jawab Arka tersenyum hangat.
Sore itupun mereka pulang dengan segala macam drama, karena Bibi Syakira yang tak bisa melepaskan kepergian mereka berdua, dan harus merayu dulu sampai Paman turun tangan sendiri barulah mereka bisa pulang.
Nah, up lagi deh.😀
Author baru hbis dapet pencerahan, dari pada hilang dari kepala jadi di tulia aja deh...
Maaf ya up nya gak beraturan, semoga para pembaca gak bosen dan kecewa.
Jangan lupa buat like, dan komen yang mendukung ya, supaya author makin semangat dan rajin lagi.
Terima kasih orang baik...
🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Defi
Arka saingan kamu nih, Kak Mara ada yang naksir 😁
2023-03-28
0
Umy Daffa
cerita nya bagus ka. semangat terus untuk berkarya.加油💪
2023-01-18
1