Sudah pukul sepuluh malam lewat, kegelisahan kian melanda sosok wanita yang tampaknya haus akan belaian. Beberapa kali memejamkan mata bahkan duduk kembali demi memastikan keadaannya sempurna. Lingerie hasil curiannya dari kamar sang nyonya membuat kulit putih dan bersih itu terlihat memukau.
“Sudah malam sekali. Kenapa belum juga datang? Apa dia menunggu wanita itu tidur? Hah seharusnya aku beri saja wanita itu obat tidur. Aku merindukan mu, Wira.” gumamnya dalam hati saat mengingat sosok pria yang membuatnya menyesal sampai saat ini.
Lisa menatap pantulan wajah pada cermin di depannya, bola mata itu tampak sempurna dengan bulu mata yang panjang dan lentik. Bibir berwarna merah ia pastikan kembali sudah seksi.
Sementara Arika yang tidak sadar jika satu baju tidurnya tak ada, sebab itu bukan dirinya yang membeli. Melainkan sang ibu yang memberikan dengan jumlah banyak.
“Sebaiknya aku tidak mengunci pintu ini saja. Barangkali dia akan datang subuh nanti. Iya, benar seperti itu saja.” Lagi Lisa bicara sendiri dan melakukan apa yang ia rencanakan. Sebelum benar-benar merebahkan tubuhnya, ia memastikan tubuhnya wangi dengan parfum yang ia ambil juga di kamar Arika tadi siang.
Memejamkan mata lalu menarik sedikit gaun tidur itu agar mengekspos pahanya, Lisa berusaha terpejam hingga tanpa sadar ia terlelap panjang.
Sama halnya dengan keadaan kamar lainnya. Arika memastikan sang suami yang terlelap barulah ia mengunci pintu kamar dan mematikan lampu dan menyusul sang suami tidur.
“Goodnigt, Wir.” lirihnya berucap sembari mengecup bibir sang suami.
Pelan ia merebahkan tubuh dan memeluk sang suami. Arika terlelap dengan nyenyak. Merasakan keberadaan tubuh suaminya begitu membuatnya nyaman dan tenang.
Tak mereka sangka jika di rumah lain kedua orangtua Arika justru mencemaskan mereka.
“Ayah, apa mereka baik-baik saja? Rasanya terlalu cepat kita memberi waktu mereka pergi dari rumah ini.” Kekhawatiran Anggi tampaknya terasa jelas dengan kejanggalan yang Arika rasakan.
Seorang ibu memiliki naluri yang cukup kuat dengan apa yang anaknya rasakan. Dan kini rumah tangga Arika tidak baik-baik saja tanpa di ketahui.
“Ibu tenang saja. Prawira itu laki-laki yang baik. Dia tidak mungkin membuat anak kita kenapa-kenapa. Dan mereka itu akan baik-baik saja. Sudahlah ayo kita tidur. Jangan terlalu mencemaskan keadaan, Bu.” ujar Algam yang menenangkan sang suami tanpa perduli bagaimana istrinya gelisah menahan diri untuk tidak pergi menemui sang anak.
“Tapi, Ayah…Arika putri kesayangan Ibu. Mereka bahkan menikah tanpa cinta. Ibu takut Arika di buat menangis oleh Prawira.” Lagi ia kekeuh untuk membuat sang suami mengerti perasaannya.
Algam yang semula ingin merebahkan tubuh di kasur urung ia lakukan. Pria paruh baya itu segera bangkit dan memeluk tubuh sang istri untuk menenangkan.
“Sudah, Ibu berdoa untuk Arika dan Prawira. Doa itu hal yang paling ampuh. Setelah itu bantu Ayah untuk menenangkan di joni ini.” Mendengar ucapan sang suami sontak saja Anggu mengerucutkan bibirnya kesal. Ia menggerutu meski tangannya sudah mulai bergerak melayani sang suami malam itu.
***
Seorang diri di rumah megah miliknya, tak serta merta membuat sosok Surya kesepian. Terlebih satu minggu di rumah itu ia di temani anak dan sang menantu. Bukan merasa senang rumahnya ramai, justru Surya kesal. Sebab kebebasannya harus ia tahan selama itu juga.
Itulah sebabnya ia tidak setuju saat Anggi mengusulkan Arika dan Prawira tinggal satu bulan di masing-masing rumah orangtua dan mertua. Sebab menurut Anggi satu minggu waktu yang sangat singkat.
Namun, Surya menolak. Ia mengatakan tidak ingin membuat rumah tangga sang anak tergantung pada orangtua. Hingga Anggi dan Algam pun tak bisa menolak.
Bukan untuk rumah tangga sang anak, lebih tepatnya Surya sangat terganggu jika malamnya yang penuh warna dengan beberapa wanita di rumahnya harus hilang dalam seminggu.
“Ah akhirnya aku bisa tidur dengan hangat lagi. Kalian, puaskan aku malam ini. Kita pesta sepuasnya.” Surya berteriak penuh kemenangan. Tubuhnya yang polos sudah begitu liat meliuk sana sini menikmati sentuhan nikmat yang di berikan tiga wanita di atas ranjangnya.
Inilah sosok asli mertua Arika yang tidak keluarga Algam ketahui. Hanya pengusaha hebat dan sukses serta orang yang bermartabat tinggi, dimata Algam. Sehingga ia memilih menjodohkan sang anak yang memiliki gelar profesor itu.
Kehormatan yang keluarga Algam junjung tinggi begitu membuat Arika terbatas dalam melakukan hal apa pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments