Berbeda

Duduk di meja makan, kedua bola mata Arika terus mengikuti gerakan Lisa. Jelas terlihat dari wajah dan kulit, wanita di depannya sangat pandai merawat diri. Sangat tidak terlihat jika ia seorang pelayan.

“Lisa,” panggil Arika.

Lisa berjalan mendekat. “Iya, Nyonya?”

“Sebelum kerja di sini, kamu bekerja di mana? Usia kamu belum terlalu tua saya rasa.” tuturnya menatap penuh tanya.

“Saya sebelumnya hanya pelayan di toko saja, Nyonya. Sampai saya ikut pelatihan di salah satu agen penyalur tenaga Arrt.” jawabnya dengan lugas. Tak ada ucapan yang terbata Arika dengar.

“Oh, baiklah.” jawab Arika.

Tak lama kemudian kecanggungan itu terhenti kala kedatangan Prawira di meja makan. Pria itu berpakaian dengan piyama tidak seperti biasanya.

“Wir, tumben jam segini sudah pakai piyama?” Arika aneh sebab sang suami biasanya memakai baju santai dulu untuk bekerja di rumah setelah selesai baru ia berganti pakaian.

“Iya, Arika. Aku sangat lelah ingin segera istirahat.” ujarnya.

Kata lelah itu di artikan oleh Lisa akibat pergulatan mereka siang tadi. “Ah tidak, atau jangan-jangan Wira ingin pura-pura tidur cepat dan mendatangi aku? Ah iya mungkin begitu.” kekeh Lisa membayangkan malam ini ia akan di hangatkan oleh sang mantan.

“Lisa, kenapa diam di situ? Ayo berikan nasi.” Arika bicara selembut mungkin. Kebiasaan di rumah ia di layani dan itu bukan masalah bagi Prawira. Sebab di rumahnya pun juga seperti itu.

Keduanya berasal dari keluarga kaya, pelayanan di rumah mereka tentu saja kurang lebih sama saja.

“Tubuhku benar-benar lelah. Tapi aku sangat puas. Di rumah makan dua ikan, di kantor satu ikan. Hahaha hidupku sangat sempurna.” Prawira bergumam dalam hati.

Ia sungguh tak berperasaan begitu mudah mempermainkan hati para wanita termasuk sang istri yang benar-benar sudah mengabdikan dirinya untuk pernikahan.

“Terimakasih.” Suara Arika terdengar saat Lisa usai menata makan di piringnya.

Wanita itu berpindah pada posisi Prawira. Ia tersenyum kecil menatap makan di piring sang tuan, sejenak keduanya saling menatap. Prawira menatap dalam wajah Lisa, sementara Lisa tersenyum penuh arti padanya.

Arika jelas melihat adegan itu. Hatinya semakin merasakan sesuatu yang sulit di jelaskan. Hingga akhirnya Arika meminta Lisa untuk kembali ke dapur.

“Lisa, semua sudah selesai. Silahkan ke dapur.” tuturnya.

Patuh Lisa pun mengalihkan pandangan dari Prawira dan menuju dapur. Ada rasa tak suka mendapat perintah dari sang Nyonya.

“Tunggu saja, Arika. Aku akan dengan mudah menggeser tubuhmu.” gumamnya menatap penuh amarah pada sang nyonya sebelum beranjak pergi.

Makan dengan hening, Arika mau pun Prawira sama-sama tak ada yang berniat bicara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing hingga tanpa terasa keduanya menyelesaikan makan mereka.

“Aku duluan, Arika. Aku sangat mengantuk.” ujarnya menuju kamar di mana Arika duduk di sofa depan televisi.

Tanpa menunggu jawaban sang istri, Prawira sudah melangkah dahulu. Arika diam memandangi punggung sang suami yang semakin menjauh.

“Wira terasa beda hari ini. Ada apa yah?” ucapnya dalam hati bertanya-tanya. Tak seperti biasa mereka akan banyak berbicara. Kelelahan di wajah sang suami jelas terlihat hingga Arika pun menghentikan niatnya untuk menonton.

Ia menyusul sang suami menuju kamar dan melihat prianya sudah berbaring dengan memejamkan mata.

“Wir, aku pijat tubuh kamu yah? Kamu pasti lelah kan?” tanyanya lembut dan Prawira hanya menganggukkan kepala saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!