Sepanjang jalan kembali ke kantor, Prawira sama sekali tak bersuara. Hatinya masih kesal mengingat sang istri yang bicara dengan lawan jenis. Arika yang merasa tak ada masalah pun juga ikut diam saja.
Hingga keduanya berpisah di depan kantor Prawira. Arika bergegas kembali ke rumah dan Prawira menuju ruang kerjanya.
“Siapa laki-laki itu?” gumam Prawira di tengah kegelisahannya. Pelan ia menutup pintu ruang kerja dan berbalik.
“Astaga, Yeni!” sentaknya terkejut mendapati sang sekertaris yang sudah berada di balik tubuhnya. Gerakan yang cepat membuat Prawira mendapat pelukan sensual dari tangan gemulai wanita itu.
“Tuan, waktunya check ini saat ini,” Suara yang terdengar berbisik membuat Prawira mengembangkan senyum seketika.
Pertanda hotel yang ia minta pada sang sekertaris sudah siap menjadi saksi bisu pergulatan panas mereka hingga malam.
Keduanya berjalan masing-masing keluar kantor tanpa bergandengan dan masuk ke mobil pribadi milik Prawira.
Kepergian mereka sama sekali tak menimbulkan curiga pada beberapa pekerja di kantor itu. Sang tuan dan sekertaris pergi berdua tentu saja hal yang wajar.
Di perjalanan yang berbeda, Arika nampal gelisah mendapati ponselnya tak ada di tas miliknya.
“Apa ponselku tertinggal di restauran yah? Atau di perusahaan Wira? Tapi sebaiknya aku telepon dulu deh.” Arika berpikir sejenak sampai ia memutuskan untuk meminta sang supir menelpon nomornya.
Beberapa kali menghubungi, namun Arika tak kunjung mendapatkan jawaban.
“Pak, kira kembali ke perusahaan saja yah? Ponsel saya sepertinya di sana. Kalau di restaurant tidak mungkin tidak ada yang angkat.” Patuh sang supir pun mengemudikan mobil ke arah perusahaan Prawira lagi.
Tanpa ia tahu jika di kamar hotel yang di siapkan dengan sebaik mungkin, Prawira sudah mengerang tak hentinya menikmati permainan sang sekertaris di atas tubuhnya yang polos.
Yeni begitu buas hingga tak memberikan kesempatan Prawira untuk melakukan apa pun selain bersuara nikmat.
“Tidak akn aku lepaskan anda. Kali ini semua yang aku lakukan aku pastikan membuat anda bertekuk lutut hingga melempar istri anda sendiri dari rumah dan perusahaan.” Licik Yeni begitu menginginkan posisi Arika sepenuhnya.
Jika Lisa yang hanya ingin memiliki seisi rumah, berbeda dengan Yeni yang ingin menjadi Nyonya Prawira Agasta.
***
“Maaf, suami saya kemana yah?” Setibanya di ruang kerja sang suami. Arika di buat heran sebab Prawira tak ada di ruang kerjanya.
Mendapati seorang karyawan yang kebetulan lewat, Arika sontak bertanya. Sebab yang ia ingat sang suami akan mulai mengerjakan pekerjaan mendesaknya itu.
Tanpa ia tahu jika pekerjaan mendesak itu berkaitan dengan ranjang dan juga hasrat.
“Maaf, Nyonya. Tuan tadi keluar baru saja.” jawab pria yang di temui oleh Arika.
Mendengar itu tentu saja Arika penasaran. “Keluar? Bukannya ini jam kerja yah? Kemana dia?” tanya Arika semakin penasaran.
Ia memeriksa isi ruang kerja sang suami. Benar disana ada ponselnya. Tak mendapatkan jawaban dari bawahan sang suami. Arika bergegas menghubungi Prawira.
“Dimana sih? Kok nggak angkat telepon?” gumam Arika gelisah.
Dadanya terasa berdetak tidak karuan. Entah pertanda apa ini, namun Arika jelas sudah beberapa kali merasakan dada yang tidak tenang seperti ini.
Beberapa kali menelpon, panggilannya tak juga di angkat. Niat untuk pulang ke rumah pun ia urungkan. Duduk di sofa ruang kerja sang suami, demi menenangkan perasaan. Melirik ponsel tak juga ada panggilan balik dari Prawira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments