Hingga pria itu menghilangkan raut wajah tegang dan berusaha menormalkan keadaan.
Dan Arika sendiri meski sedikit kaget, ia berusaha tetap baik-baik saja. Mungkin Prawira bukan tipe pria yang suka di tolak keputusannya. Itulah yang Arika coba pahami saat ini.
***
Makan siang dengan masakan sendiri, tentu saja tak sebanyak macam kala Prawiran makan di rumah kedua orangtuanya. Ia makan dengan lahap merasakan masakan sang istri meski rasanya kurang ketika menu makan tak sebanyak biasanya ia makan. Itulah sebabnya ia memilih untuk mengambil pelayan bekerja di rumah. Setidaknya ada yang fokus di dapur tanpa bisa protes apa pun.
"Permisi," Suara dari arah pintu luar membuat keduanya menoleh sejenak. Pintu yang terbuka lebar membuat mereka bisa melihat siapa yang berdiri di sana.
Arika menatap wanita muda di depan pintu rumahnya. Dari atas sampai bawah jelas terlihat ia masih muda. Kembali Arika menatap sang suami yang juga menatap wanita di depan sana.
"Ehem." ia berdehem demi mencairkan suasana yang hening. Sontak wanita itu tersenyum dan menundukkan kepala tanda sapaan hormat pada Arika.
"Arika, dia pelayan yang akan kerja di rumah ini." Tak ada jawaban dari Arika dan Prawira mempersilahkan wanita itu untuk masuk.
Bersama satu koper barang miliknya, wanita itu berjalan dan berdiri di dekat mereka. "Perkenalkan nama saya Lisa, Nyonya, Tuan." sapanya dengan hormat. Meski suara Arika masih saja tidak terdengar saat itu.
"Itu kamarmu mari aku antar." Prawira beranjak dari tempat duduknya mengantar Lisa menuju kamar yang ia sediakan khusus pelayan.
Pergerakan keduanya tentu saja membuat Arika menatap heran. Setidaknya Prawira harus berjaga sikap dan itu sungguh tidak wajar di lakukan seorang pria beristri.
Tanpa ia tahu di kamar yang berukuran kecil ini, Lisa sudah menempelkan dadanya pada pria yang tak lain adalah Prawira.
"Apa kau juga merindukan aku?" suara sensual ia lontarkan. Tak lupa tangan lembut Lisa mengusap lengan kekar milik Prawira.
"Lisa, apa kau mengatur ini semua? Mengapa bisa kau yang jadi pelayan?" ia cukup kaget meski tak ia perlihatkan pada sang istri tadi pertama kali melihat sosok Lisa yang ternyata mantan kekasihnya dulu.
"Aku ingin melihat perkembanganmu, Wira. Apa kau masih kuat seperti dulu?" ujarnya berbisik menggoda lalu tanpa siaga Wira mendapatkan serangan bibir wanita itu.
Sejenak keduanya saling berbalas bibir hingga Arika terdengar memanggil.
"Wira! Wir," teriaknya. Prawira bergegas keluar setelah mengusap bibirnya.
Ada debaran di dada yang terasa ingin melepaskan sesuatu. Pancingan Lisa nyatanya sangat ampuh membangunkan sisi liar Prawira.
"Ada apa, Arika?" tanya pria itu.
"Kok lama sih?" tanya Arika dengan polos.
Tak ada kecurigaan sama sekali yang ia rasakan pada sang suami. Prawira adalah sosok pria yang hangat menurutnya.
"Kamu nggak ke kantor? Ini sudah siang sekali, tadi katanya sekalian makan siang dan nunggu pelayan itu?" cecar Arika memperingatkan sang suami.
"Iya ini mau ke kantor." Segera Prawira pun mengambil tas kerjanya dan menuju pintu di antar bersama dengan Arika.
Dari arah lain tanpa Arika sadari ada sepasang mata yang menatap mereka dengan tatapan penuh ancaman. Berbagai rencana sudah ia susun dengan rapi.
"Aku menunggu kamu, Wira." satu pesan ia kirim pada ponsel pria yang baru saja beranjak pergi dari sana.
Selepas kepergian sang suami, Arika berniat untuk menemui pelayan baru di rumahnya itu. Ia melangkah menuju kamar dimana Lisa berada.
"Lisa, kamu ikut saya yah? Saya akan beri tahu peraturan di dapur. Setelah itu saya tinggal tidak apa-apa kan? Saya harus ke kampus ada jadwal mengajar sebentar lagi." tuturnya dan Lisa mengangguk tersenyum.
"Tidak apa-apa, Nyonya." jawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments