Entah sihir apa yang dia gunakan, mendadak saja semuanya menjadi blur, seakan ada lubang hitam yang menarikku dan menenggelamkanku kedalamnya. Aku seakan kehilangan kuasa atas diriku sendiri. Segala sesuatu akan diriku seperti bertekuk lutut di bawah sorot tajam mata hitam itu. Otakku berteriak memintaku pergi dari sana, tapi tubuhku menolaknya.
Dia memegang bahuku, menggoncangkan nya pelan, tubuhku bergerak seperti terkena ombak laut. Aku berusaha melepas pegangan pada bahuku. Tapi dia itu malah makin semangat menggoyangkan tubuhku.
“Please, jangan cakar aku ROUGE sialan!” gumamku setengah sadar.
Hal pertama yang terlintas di benakku ketika melihat siluet hitam yang menjulang tinggi di hadapanku adalah ROUGE. Pasti ROUGE ini ingin menghabisiku.
“Azuuuu!!”
Teriak ROUGE nyaring, tapi anehnya suara si ROUGE mirip dengan suara Jaiden.
“Bangun!!!” Teriaknya lagi.
Oh no! Bagaimana ROUGE ini bisa masuk ke dalam kamarku? Harusnya kan sekarang dia masih di dalam cell, apa jangan-jangan dia berhasil kabur dan ingin membunuhku. Oh tidak jika dia sudah berada di kamarku berarti dia sudah berhasil mengalahkan anggota keluargaku. Well, wajar sih, apalagi jika dia menggunakan kekuatan seperti yang dilakukannya padaku tadi.
Aku memfokuskan pandanganku pada si ROUGE, ternyata bukan saja suaranya yang mirip tapi juga wajahnya, ya ampun bagaimana ROUGE ini bisa meniru wajah kakak laki-lakiku sepersis itu? Aku belum pernah mendengar kasus semacam ini sebelumnya. Apakah ini alasan mengapa waktu itu Aiolos menyebutnya jenis baru dan lebih berbahaya, mereka bisa menyamar sebagai orang lain. Jika memang seperti itu habislah sudah pack. kami tidak punya kemampuan untuk menanganinya.
“Azuuuuuu!”
“Oke, oke aku menyerah, jangan mengguncangku lagi,” ucapku membuka mata lebar. “Jaiden?”tanyaku pada akhirnya ketika menyadari kalau yang berdiri di hadapanku itu bukan ROUGE, melainkan si shifter inseminasi Jaiden.
“Bukan, aku ROUGE,” ucapnya memberi jitakan sayang di kepalaku.
“Jangan ganggu,” ketusku, melempar bantal ke wajahnya.
Mengabaikan Jaiden, aku menarik kembali selimut dan bersiap terbang menujuh alam mimpi. Di dalam mimpi aku merasakan tubuhku melayang di antara awan-awan berwarna aneh yang berbentuk atap kamar tidurku. Lalu tiba-tiba bunyi sesuatu jatuh ke dalam air terdengar.
Aku mengusap wajahku yang basah kemudian tersadar akan sesuatu. Aku bukan di lempar ke laut, tapi ke bak yang penuh dengan air di dalam kamar mandi. Si pelaku pelemparan yang tidak lain dan tidak bukan adalah si shifter inseminasi alias Jaiden. Jaiden tengah berkacak pinggang sambil menatap puas ke arahku.
“You silly girl,” ujarnya.
Aku berdecak jengkel, “ dasar penggangu.”
“Dasar beruang gizzly.”
“Apa sih maumu?” tanyaku sambil melotot garang dan bukannya takut Jaiden balas menatapku garang. Hingga pertarungan adu pelototan pun terjadi. Kenapa sih, shifter seperti Jaiden ini jadi kakakku?. Seharusnya dulu aku lahir sebagai kembarannya si shifter es, agar Jaiden tidak menindasku begini.
“Mandi dan mulai bersiap!” perintahnya.
“Tidak bisa, aku meliburkan diri dari semua kegiatan hari ini,” sahutku jengkel.
“Kita akan mengunjungi nenek.”
“Aku absen, pergi sama yang lain saja.”
“Harus, kamu sudah kuberi toleransi tidak ikut perayaan lolosnya kami sebagai WARRIOR semalam. Jadi hari ini kita akan merayakannya di rumah nenek.”
Oh, benar. Bertepatan dengan hari di mana aku mengarungi neraka kegelapan di rumah para ROUGE, Jaiden dan Alison sedang menjalani test sebagai seorang WARRIOR. Beruntungnya keduanya sama-sama lolos. Semalam mereka mengadakan pesta kecil-kecilan sebagai perayaan, tapi aku tidak bergabung atau lebih tepatnya tidak bisa. Terima kasih pada Alpha David dengan ide briliannya sudah memberikan fisik dan mentalku kenangan berharga. Terkhusus pada ROUGE bermata gelap di ujung labirin itu, yang sudah membuatku tak sadarkan diri dengan cara memalukan itu.
“Bukan salahku!” suaraku terdengar melengking. Bersikeras untuk tidak ikut, kewarasanku masih belum sepenuhnya pulih dari tragedi menegangkan kemarin dan tidak berniat menambahnya dengan kenangan baru.
“Kau mau bersiap secara suka rela atau aku perlu mengikatmu, setelah itu aku akan menaruhmu di atas punggung serigalaku dan membawamu berlari sepenuh hati,” ancam Jaiden.
Huh!
“Apa itu? Kau bahkan tidak memberiku pilihan sama sekali.” Jaiden tahu dengan baik kapan menggunakan kelemahanku untuk menyerang.
“Azu, setelah ini kita akan jarang bertemu. Aku akan mulai bertugas secara resmi besok, dan setelah itu siapa yang bisa tahu masa depan? Bagaimana jika tugas hari pertamaku menjadi hari terakhir kali aku berada di dunia ini?”
Pikirmu aku peduli? Aku malah akan merayakannya jika itu terjadi. Ingin sekali aku meneriakkan kata-kata itu, tapi itu akan menjadi sangat tidak berperasaan, dia kakakku dan aku menyayanginya, selain itu Mom bilang kata-kata adalah doa. Aku tidak bisa begitu jahat mengharapkan hal buruk padanya.
“Maaf, aku tidak bisa. Kau tahu Jai, menyadari kau dan Alison sudah menjadi WARRIOR, membuatku sakit. Kalian semua memiliki masa depan yang jelas, sedangkan aku? Aku bahkan tidak bisa menatap apa itu yang di maksud masa depan.”
Semua kata-kata itu mengalir dari dalam lubuk hati. Sudah lama pikiran itu menghantuiku, semua saudaraku menjadi seseorang yang dibutuhkan di pack. Sementara aku? Apa yang akan terjadi setelah lulus sekolah? Menjadi penggembala? Bekerja di pasar desa? Atau apa? Aku bahkan tidak memiliki bayangan akan mengambil peran sebagai apa.
“Melankolis sekali. Kau bisa mulai berlatih sebagai tabib dengan nenek. Itu profesi yang menjanjikan, tidak semua orang menguasainya."
Itu akan menjadi usulan paling brilian dalam kasus masa depan suramku, jika saja aku tidak ingat bagaimana beratnya tugas seorang tabib. Seorang WARRIOR bisa mencakar musuh tanpa peduli akan perasaanya, bisa mematahkan leher mereka tanpa perlu khawatir akan dihantui rohnya di kedepannya. Namun tabib tidak seperti itu, mereka adalah garda terdepan dalam misi penyelamatan. Belum lagi formula ramuan yang mereka buat, semuanya harus sempurna, melewati berbagai proses melelahkan. Belum lagi takaran setiap bahannya mesti pas, dan baunya, aku tidak pernah bisa berdamai dengan aroma yang dihasilkannya.
“Tidak, mati jatuh kejurang rasanya lebih elite ketimbang mati keracunan ramuan yang dibuat sendiri.”
Namun Jaiden adalah Jaiden. Ia tidak akan berhenti sebelum keinginannya tercapai, bahkan menggunakan cara licik tidak masalah baginya.
“Apa boleh buat, kau tidak memberiku pilihan,” katanya tiba-tiba sebelum berteriak nyaring. “Jaaaa …”
Aku buru-buru bergerak membekap mulutnya begitu menyadari nama siapa yang sedang dipanggilnya. Curang sekali, aku melemparkan cubitan ganas secara beruntun ke setiap bagian tubuhnya yang terjangkau tanganku.
“Aw!” Jaiden mengaduh selagi menghindari serangan dadakanku.” Bersiap-siaplah sebelum aku benar-benar meminta Jax memandikanmu.”
Hal paling menyebalkan tentang Jaiden adalah sifat pengadu dalam dirinya, karena itu pula aku memberinya julukan shifter inseminasi. Aku tidak tahu dari mana ia mendapatkan gen itu. Dad adalah pria paling jantan yang pernah kutemui. Ia selalu menyelesaikan segala urusan secara mandiri dan bijaksana, sedangkan Mom ia perempuan paling baik dan suka mengalah. Namun Alison berteori bahwa kelainan semacam itu muncul gara-gara Jaiden sering terbentur waktu masih di kandungan Mom. Namun menurutku pribadi itu hanyalah cara dia melampiaskan kemarahan, karena gara-gara kami terlahir Jaiden gagal menyandang status anak bungsu.
Dulu Mom hanya ingin memiliki dua anak saja, tapi berhubung Jaiden dan Jaxon terlahir sebagai laki-laki, sedangkan ia menginginkan perempuan. Alhasil Mom setuju menambah satu lagi dan tak disangkah ia malah mendapatkan bonus, yaitu aku.
“Aku tetap menolak, lagian Jax …”
“Jaiden, apa masih lama?” Suara Jaxon dari luar kamar memotong kata-kataku. Di ambang pintu kamar mandi, Jaiden terkekeh panjang, senang karena berhasil membungkamku.
“Kita akan berangkat dalam dua puluh menit,” katanya melemparkan seringai kemenangan.
Sebenarnya aku punya alasan lain mengapa enggan pergi kerumah nenek. Rumah nenek itu aneh dan tidak membuat nyaman, terlebih perilakunya yang menurutku mirip nenek sihir di buku yang di ceritakan Mom waktu kecil. Belum lagi ramuan hasil karyanya, benar-benar membuat aku tersiksa.
Di antara kami berempat Jaxon itu cucu kesayangan nenek. Ia selalu membanggakan Jaxon kalau sedang bercerita pada teman-temannya dan untuk alasan itu pula aku sering memaksa Grace untuk mengajariku ilmu bela diri, aku berharap suatu hari nanti bisa menyaingi Jaxon dan memberikan sebuah maha karya luar biasa pada shifter es itu. Yah, walaupun itu hanya khayalan belaka.
TBC.
Buat readers yang sudah setia membaca dan mendukung cerita ini. saya sangat berterima kasih, terima kasih banyak. dan kemarin saya diberi masukan sama pihak editor untuk mempercepat tempo karena alurnya sangat lambat. Sejujurnya saya ingin sekali melakukan itu tapi apa daya. Pihak NT yang membatasi word memaksa saya memotong chapter yang saya bikin jadi beberapa part. padahal aslinya cuma 1 chapter.
saya harap kalian tetap mengikutinya dan memberikan dukungan. untuk reader pertama saya yang enggak absen beri like @Dwi Sulistyaningsih. makasih banyak, maaf kalo tulisan namanya salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Dwi Sulistyaningsih
selalu menunggu kelanjutan ceritanya🥳
2023-01-20
3