interogasi

Aku terbangun di sebuah ruangan asing, beraroma kayu lapuk, lumut basah, dan bercahayakan obor di sudut di dinding atasnya. Aku tidak bisa memperkirakan seberapa luas ukurannya karena suasana gelap, dingin, yang mana mengingatkan aku akan sesuatu dan belum lama ini kukunjungi.

Puas dengan pengamatan yang tidak menghasilkan apapun. Aku menarik napas, dalam merilekskan kepalaku yang berdenyut. Entah mengapa akhir-akhir ini kegelapan sering menyapaku dalam berbagai bentuk, dan terakhir adalah yang paling buruk. Mata hitam ... Eh! Kesadaranku ditarik dalam sepersekian detik. Sebentar? Aku melewatkan sesuatu? ROUGE, pengroyokan, apakah aku boleh berasumsi bahwa diriku sudah mati sekarang?

Aku tidak tahu bagaimana kematian itu, apakah menyakitkan, menyenangkan, atau bahkan tidak ada rasanya. Namun aku sudah pernah merasakan bagaimana sekarat, terlalu sering akhir-akhir ini. Itu adalah jenis rasa yang tidak kuharapkan akan terus menyambangi.

Oke, kembali ke prioritas, otakku jelas sedang bermasalah, itu wajar mengingat apa yang menimpaku sebelum ini. Aku tidak akan terkejut jika beberapa sarafnya bengkok atau bahkan putus. Kepalaku terus berdenyut, pemikiran mengenai kematian dan belum ini agak membebani. Lebih baik kupastikan menggunakan cara lain yang lebih konkrit.

Aku memeriksa tubuh dengan teliti. Kaki, tangan, kepala, semuanya masih utuh pada posisi masing-masing. Aku mendesah lega hanya untuk merasa konyol. Bagaimana aku bisa berpikiran sudah mati sementara otakku masih bekerja dengan normal.

Aku mengobservasi ruangan sekali lagi, guna memastikan bahwa yang kulihat beberapa detik lalu adalah kenyataan. Bahwa aku memang masih hidup.

"Sepertinya kau sudah sadar?"

Aku terlonjak kaget, refleks merintih saat lengan atasku menyentuh sisi lain dinding. Baru kusadari bahwa semua ruangan ini terbuat dari batu, termasuk tempatku berbaring. Namun anehnya aku tidak merasa sakit sama sekali sebagai mana mestinya saat kau berada di atas batu. Yah, meski beberapa bagian tubuhku sakit.

"Sejak kapan?"

Aku melotot, merutuk kelalaian diri, bagaimana bisa sampai mengabaikan sosok lain yang sedari tadi duduk nyaman di sana. Ia berada tak jauh dariku berbalutkan kain serba hitam, wajahnya pun tersembunyi di balik tudung jubah lebar.

"Sejak dari awal." Suaranya pelan hingga kupikir aku salah mendengar tadi.

Oke, tenang, aku menarik napas dalam menilai situasi, tapi rasa panik yang melanda tak mau bekerja sama. Ia menghantam pikiranku dengan berbagai macam imajinasi buruk mengenai kemungkinan siapa sosok itu. Sala satunya adalah tentang malaikat kematian yang bertugas menuntun jiwa yang telah meninggalkan dunia. Bahwa ada kemungkinan ruangan yang kutempati ini adalah kamar khusus penampungan roh sebelum dikirim ke alam penghakiman.

Tidak! Tidak! Bagaimana nasib tragis ini bisa menimpaku? Aku bahkan belum sempat mengucapkan salam terkahir pada seluruh anggota keluargaku dan para ROUGE itu. Apa yang terjadi pada mereka? Aku tidak rela jika mereka bebas begitu saja.

"Hei, tenanglah!"

Aku tidak bisa. Ini tidak adil. Aku harus bangun, aku tidak boleh mati seperti ini.

"Hei, hentikan pikiran berlebihanmu itu. Kau membuat kepalaku sakit."

Pikirmu aku peduli? Kau hanya sakit kepala, tapi aku? Aku bahkan sudah tidak bernyawa, aku hanya sebatas roh sekarang? Bagaimana itu bisa jadi berlebihan? Dasar malaikat kematian sialan, ROUGE sialan.

Aku mengerang frustasi, merasakan sesak di dalam dalam begitu menyadari bahwa tubuhku sudah tercabik-cabik, tanpa diketahui siapapun.

"Hei, tenanglah." Suaranya lebih jelas, suara pria berumur senja.

Aku menatap tegang, bergidik ngeri pada kedua lengan menahan bahuku untuk tetap diam. Perilaku ini agak tidak biasa untuk seorang malaikat kematian.

Tidak ada buku yang menuliskan bagaimana sebenarnya malaikat kematian itu, hanya mengatakan jika apa tugasnya dan bagaimana gambaran mereka. Sosok di depanku ini kebetulan memenuhi semua kriteria untuk menjadi semua itu, semakin memperkuat dugaan bahwa aku memang telah mati.

"Berhentilah terlalu banyak berpikir, kau belum mati jika itu yang kau khawatirkan."

Aku mengerenyit, menatap tudung jubah yang mana posisi wajah kukira, ragu-ragu.

Bukan salahku, siapapun ada di posisi ini akan berpikiran sama. Hawa keberadaannya tipis dan seakan kegelapan ruangan tidak cukup ia juga menutupi seluruh tubuhnya dengan kain hitam. Huh! Sense berpakaian yang sungguh sempurna untuk membuat orang spot jantung.

Aku masih bisa dikategorikan mampu mengendalikan diri. Biasanya aku sudah melompat menjauh atau reaksi ketakutan serupa lainnya.

"Jadi, kau siapa?"

Ia tidak langsung menjawab. Aku menunggu sampai ia kembali ke tempat duduknya semula.

"GUARDIAN.”

Oh, benar, aku lupa ada sosok itu di dalam pack. Eksistensi misterius seantero pack. Makhluk krisis interaksi sosial yang terus bersembunyi di balik kegelapan.

"Bagaimana aku bisa ada di sini?”

Ia menghela napas, kurasa, intensitas yang keluar dari mulutnya sangat lemah. Aku perlu memasang telinga lebar-lebar hanya demi bisa mendengarnya.

"Bawahanku menemukanmu di Utara penjara labirin, tergeletak tak berdaya. Mereka menyelamatkanmu dan membawamu kemari. Apakah sudah puas?"

Aku mengangguk pelan. Sisi kesalku telah sepenuhnya tersingkir dan aku bisa berpikir jernih.

“Tempat apa ini”?

"Entah bagaimana posisinya bisa terbalik. Seharusnya akulah yang bertanya, gadis kecil. Kau melanggar wilayah kami."

Ah, benar. Aku terdiam tidak memiliki jawaban untuk masalah itu. “Aku butuh penjelasan detail soal keberadaanku di sini.”

"Yah, kau akan. Minumlah, ini akan membantumu untuk tenang."

Ia menyerahkan sebuah gelas yang entah datang dari mana atau memang sudah berada di sana hanya saja aku tidak melihatnya. Mengingat ruangan ini agak gelap. Aku memandang lama pada gelas itu, sulit untuk tidak merasa curiga. Mereka tidak memasukkan sesuatu kan ke dalamnya? Jangan-jangan itu racun.

“Itu hanya air biasa.”

Aku menatapnya sesaat, sebelum meraihnya dan menelannya.

Aku tersedak di detik pertama air itu meluncur melewati kerongkongan. Tenggorokan keringku terasa sakit karena di detik berikutnya air yang kutelan berbalik arah keluar. Uhg! Minuman apa ini? Rasanya lebih buruk dari ramuan herbal buatan nenek. Siapa yang sudah membuat minuman berbahaya ini? Ini bukan obat lebih pantas disebut racun.

"Aku baru tahu air biasa rasanya seburuk ini," sindirku.

"Oh, aku lupa memberitahu, kalau air itu sudah di campur ramuan herbal."

Huh! Menyebalkan. Mengabaikan unsur kesengajaan di dalamnya. Aku mengembalikan gelas, menolak meminumnya lagi walau apapun yang terjadi.

"Nah, kau bisa mulai sekarang," kataku melipat lengan.

"Sangat tidak sabaran." Helaan napas menyusul setelahnya.

"Ikuti aku, kita akan bicara di ruangan lain."

Ia berdiri menuntunku melewati lorong, yang mana membangunkan memori tak menyenangkan tentang lorong gelap, api obor di dinding, suara gesekan kain dengan lantai batu. Sudah kuduga yang waktu itu adalah ulah mereka.

Kami tiba di sebuah ruangan normal dengan meja dan kursi di sisi lain penjara labirin, kurasa. Hanya ada dua tempat yang dihuni oleh orang seperti kami di wilayah GUARDIAN. Berhubung mereka adalah orang tertutup yang melarang siapapun memasuki rana pribadi jadi kurasa ini pasti penjara labirin.

Secara garis besar ruangan ini hangat yang mana mengingatkan aku akan tempat serupa di sekolah. Ruangan khusus tanya jawab untuk anak-anak pelanggar aturan. Dindingnya terbuat dari kayu berwarna lebih gelap dengan jendela kaca besar yang membiarkan sinar matahari masuk sebagai penerangan.

"Kapan kau akan mulai menjelaskan?"

Kesabaranku perlahan terkikis oleh rasa jengkel. GUARDIAN ini perlu tahu bahwa aku memiliki sumbu pendek untuk hal yang kuanggap tidak menyenangkan. Berhubung terlibat dengannya adalah salah satunya jadi jangan salahkan aku jika ini akan menjadi sangat panas.

"Tunggu sebentar lagi."

Aku melemparkan pandangan pada hutan di luar jendela. Jingga senja tengah melukiskan warnah indah mereka, eh! Sore? Tunggu rasanya pagi baru akan memulai hari saat insident pengeroyokan itu terjadi, bagaimana dia tiba-tiba menjadi sore? Berapa lama sebenarnya aku pingsan?

Aku mencoba mengorek memori, oh benar, aku nyaris tidak tidur semalaman berkat bibi, jadi wajar jika pingsanku lama, rupanya ada tambahan tidur alami.

"Konyol sekali."

Aku mengerenyit, menatap GUARDIAN aneh itu. Apakah kebiasan mereka memang seperti itu? Berbicara sendiri. Jika iya, wajar saja mereka tidak cocok dengan warga pack.

Tak lama kemudian pintu terbuka lebar. Si GUARDIAN menegakkan tubuh menyambut beberapa tamu yang datang bergabung. Anggota GUARDIAN lainnya, ada total lima orang termasuk yang sebelumnya. Mereka semua serupa, hitam, suram, tipis, rasanya tidak nyaman. Aku memandang sekilas buru-buru memindahkan atensi pada seseorang yang duduk di depanku.

Apa yang sedang coba mereka lakukan? Rasanya sama seperti insident pengeroyokan waktu itu hanya saja kali ini para pelakunya GUARDIAN.

“Aku harap kerja samanya, nona.”

Aku mengangguk pelan.

"Jadi mengapa saya di bawah kemari, tuan?"

Panggilan terakhir agak meragukan, oke. Guardian pertama seorang kakek-kakek, jadi biar bagaimanapun aku harus bersikap hormat padanya, tapi yang barusan, suaranya tidak terdengar seperti pria tua. Ia mungkin seumuran Jaxon, atau bahkan Jaiden.

Sebenarnya sosok macam apa di balik tudung lebar itu? Tanganku gatal ingin menarik sala satunya, tapi menilai situasi, itu jelas tak bisa dilakukan. Tinggiku bahkan hanya mencapai dada mereka. Kesenjangan yang menyedihkan.

"Kami ingin mengonfirmasi beberapa hal jika kau tidak keberatan "

"Yah," jawabku cepat.

"Apa yang kau lakukan di sana? Pagi buta begitu."

Tidak ada jaminan bahwa mereka akan percaya dengan apa yang kukatakan. Jadi kuputuskan untuk memilih jawaban aman.

"Aku sedang berolahraga pagi dan bertemu para ROUGE, dipukuli, setelahnya seperti yang anak buahmu katakan."

Menyebut komplotan pengeroyok brengsek itu membuat sisi kesalku yang sebelumnya diam bangun. Aku bersumpah akan membuat perhitungan dengan mereka jika suatu saat nanti bertemu.

"Apa kau mengetahui sesuatu mengenai potongan tubuh itu?"

Ah, ya ampun. Haruskah mereka mengingatkan aku akan kenangan buruk itu.

"Tidak, aku tidak tahu menahu."

Para ROUGE itu bilang bahwa potongan tubuh itu milik rekan mereka. Tapi aku tidak bisa mengatakannya karena tidak memiliki bukti.

"Bagaimana dengan darah yang menempel di tubuhmu?"

“Ah, Itu hasil karya para kawanan pengecut yang dengan kerennya mengeroyok seorang gadis enam belas tahun.”

Aku mendengar beberapa tarikan napas terkesiap di sekelilingku. Bahkan GUARDIAN yang berhadapan denganku pun memberikan reaksi aneh berupa deheman kecil. Ada apa dengan orang-orang aneh ini?

“Bagaimana jika kau menceritakan semua dari awal?”

Aku memutar bolah mata bosan, menghelah napas lelah. Entah pria ini mengidap penyakit lupa ingatan atau dia sengaja membuatku kesal gara-gara jawabanku tidak seperti harapannya. Aku sudah mengatakan semuanya walau bagian terpentingnya di edit, kurasa kelakuan tidak senonoh ROUGE tidak perlu dikatakan.

“Sebenarnya ke mana arah tujuan pertanyaan ini? Kalian berniat memojokkanku untuk sesuatu hal kan?” Aku mengigit pipi bagian dalam, menatap sengit pada anggota GUARDIAN yang berperan sebagai introgator di hadapanku. “saya menolak memberi keterangan lagi sampai para ROUGE itu ditangkap.”

Mengapa aku harus melalui semua kesialan ini? Sementara para bajingan itu berkeliaran bebas di luar sana. Apa yang sebenarnya para WARRIOR lakukan? Mengapa mereka semua bisa sangat tidak becus? Tunggu, kejadian itu berdekatan dengan wilayah GUARDIAN, jangan bilang bahwa mereka tahanan penjara labirin, dan orang-orang ini sedang mencari kambing hitam untuk dijadikan tumbal agar kelalaian mereka bisa ditutupi.

Aku mulai marah sekarang.

“Kami hanya ingin tahu kebenarannya.”

Kebenaran? Kalau begitu kalian seharusnya mencari keberadaan para penindas sialan itu. dasar GUARDIAN bodoh, kurasa aku mulai memahami situasi. Wajar jika para ROUGE itu bisa lolos begitu mudah, para penjaganya saja berotak minim begini. Agaknya kekuatan para GUARDIAN yang hebat itu terlalu dilebih-lebihkan.

“Kau bertanya pada orang yang salah sebenarnya. Seharusnya kau bertanya pada para ROUGE brengsek itu."

Nadaku meninggi dan kata-katanya kasar. Namun aku tidak peduli. Aku benar-benar marah sekarang. Di sini aku adalah korban tapi entah bagaimana menjadi pelaku. Sementara pelaku asli lenyap tak bersisah.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Kau sendirian ketika ditemukan."

Tentu saja, mereka pasti sudah melarikan diri. Apa yang bisa kuharapkan dari itu.

"Tapi aku benar-benar tidak tahu."

Aku merengut kesal. Jengkel dengan tuduhan tak beralasan yang mereka lemparkan padaku. Bagaimana mungkin kau bisa menjadi tersangka hanya karena tidak sengaja melihat potongan tubuh menjijikan korban keganasan rouge. Lagipula, jika aku ingin membunuh seseorang, tentu saja Mrs. Sellin ada di urutan pertama. Awalnya, karena posisi itu sekarang sudah di gantikan oleh si rouge tampan, tapi aku akan memeluknya dulu sebelum menghabisinya.

"Berbohong bisa membuatmu menginap di sini selamanya."

Seharusnya aku menggigil ketakutan mendengar ancamannya, tapi alih-alih demikian, aku malah bertopang dagu menatap malas.

Setelah pernyataan ketidaktahuanku ditolak mentah-mentah, kuputuskan untuk tidak lagi membuka mulut. Biarkan saja anggota GUARDIAN ini menjadi marah.

"Dengar ..."

"Silahkan saja jika kalian melakukannya. Kalian hanya perlu mengatakan apa hukumanku, berapa lama aku harus menjalaninya," kataku menyela, mulai merasa lelah oleh introgasi tak jelas ini.

Mengapa orang-orang ini harus memperumit keadaan? Padahal jauh lebih mudah jika saat aku bangun mereka langsung memberi hukuman, jadi aku tidak perlu membuang waktu dengan melakukan hal merepotkan seperti menghadapi sisi tak waras para GUARDIAN aneh ini.

"Kami memang berniat seperti itu, andai saja ..."

Satu dari enam anggota GUARDIAN itu berbicara, suaranya serak, tipikal suara pria berumur senja. Lalu dia berhenti ditengah kalimat dan tidak melanjutkannya lagi.

Andai? Andai apa? Aku menyapukan padangan pada mereka semua, mengerenyit. Bagus sekali, selain punya kebiasaan enggan menunjukkan wajah sekarang mereka juga rupanya enggan menjelaskan sesuatu.

Apakah ada sesuatu yang mereka tidak enggan dalam melakukannya?

"Jadi, apakah ini sudah bisa diakhiri? Sejujurnya aku lelah, tidak dalam perasaan yang bagus untuk menghadapi hal-hal rumit. Jika kalian masih memiliki sesuatu untuk dikatakan sekarang saja? Aku ingin segera pulang."

"Kau tidak akan kemana -mana," suara kasar lain membalas cepat membuatku berjengit kaget, aku berbalik, yang mana bicara tadi? Suara itu agak familiar.

"Lalu apa maumu? Kalian tidak percaya pada kata-kataku, juga tidak mau menangkap para ROUGE yang kabur itu. Jadi aku harus bagaimana?"

"Kau akan tetap berada di sini sampai kami menemukan kebenaran dibalik potongan tubuh itu."

Hah! Aku menghela napas lelah, benar-benar. Apa yang sudah kulakukan sampai bisa terjebak di sini? Benar, aku kabur dari rumah nenek, lalu melihat seseorang yang mencurigakan, lalu melihat adegan tak ... Lupakan, lalu dituduh sebagai ROUGE, dipukuli hingga nyaris mati, dan saat bangun berada di ruang interogasi, terlebih lagi wilayah GUARDIAN.

Seinggatku pengroyokan itu masih berada di wilayah red eclipse pack, jadi bagaimana bisa tiba-tiba menjadi kewenangan para GUARDIAN? Dan di mana para ROUGE sialan itu?

"Bagaimana cara kalian menemukan bukti-bukti kebenaran? Sementara para pelaku sudah kabur entah kemana."

Seharusnya para komplotan ROUGE itulah yang diintrogasi dan dihukum, bukan aku. Mereka menangkap orang yang salah.

"Kami punya cara sendiri dan kau tetap mendapat hukuman karena memasuki wilayah GUARDIAN tanpa izin itu sebuah pelanggaran."

Aku sudah mendengar aturan itu, tapi permasalahannya adalah aku tidak salah, maksudku aku tidak ingat bagaimana bisa tiba di sini. Aku pingsan saat itu. ROUGE sialan, aku bersumpah akan membuatmu membayar berkali-kali lipat jika nanti bertemu.

Aku mengacak rambut frustasi. Meratapi keadaan tidak menguntungkan ini.

"Oh, baiklah, silahkan berdiskusi. Aku tidak akan ke mana-mana."

Lebih tepatnya tidak punya tenaga untuk kemana-mana. Aku melipat lengan membuang pandangan.

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!