pertaruhan.

Oh, benar, para GUARDIAN, mengapa aku sampai lupa. Tempat itu berada dalam teritori khusus mereka. Para penjaga yang berada dibalik bayang-bayang. Tidak pernah ada yang benar-benar mengetahui perihal mereka yang sebenarnya. Selain karena kehadiran mereka yang minim di kalangan para penduduk. Mereka juga selalu memakai jubah hitam dan hanya memperlihatkan sebagian wajahnya. Bahkan hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengunjungi mereka.

“Itu tidak mungkin, mereka tidak akan memperlihatkan diri pada orang-orang seperti kita.”

Grace menguap pelan melangkah ke tengah lapangan begitu namanya dipanggil. Lawannya adalah Julie, si penakut yang berada di peringat terendah. Jika dia tidak ada maka akulah yang menempati posisi itu.

“Memang benar, tapi siapa yang tahu?” Floren tak patah semangat.

“Kau sedang merencanakan sesuatu soal itu kan?”

Floren menyeringai lebar. Seharusnya aku tidak perlu bertanya, tentu saja ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia pasti akan melakukan sesuatu yang mana membuatku merinding duluan. Apakah harus sampai segitunya demi sebuah informasi?”

“Apakah infromasi soal mereka begitu penting? Jangan melakukan hal berbahaya. Kau mengerti kan?”

“Yah, aku ingin tahu soal gossip yang mengatakan kalau mereka sebenarnya adalah pemuda yang sangat tampan.”

Para GUARDIAN adalah eksistensi penuh misteri di seluruh penjuru pack. Ada banyak dugaan mengenai mereka yang sebenarnya. Beberapa mengatakan mereka hanyalah kumpulan orang tua menyedihkan. Ada juga yang beranggapan kalau sebenarnya tidak benar-benar ada dengan kata lain hanya hantu. Berita lain menyebut mereka keturunan langsung dewi bulan yang sudah berumur ribuan tahun.

Namun bagiku, mereka tidak lebih dari pemuda mesum yang hanya bisa melakukan perbuatan tak senonoh. Untuk yang satu itu aku sudah membuktikannya dengan mata dan kepalaku sendiri. Aku tidak berani mengatakannya dan menghianati harapan Floren. Andai saja dia tahu.

“Itu hanya kabar burung Flo, kenyataanya. Mereka tidak lebih dari kumpulan shifter yang memiliki masalah dengan interaksi social. Bagaimana mereka bisa terus tahan berada di tempat gelap?”

“Dan jangan lupakan para WARRIOR yang bertugas di sana.” Grace yang telah menyelesaikan pertandingan dengan kemenangan telak tiba-tiba menyahuti. “Mereka veteran pertempuran.”

“Benar, penjaga di sana mereka mengerikan.”

Mereka itu seperti penggabungan antara Jaxon and Mrs. Sellin, kaku dan sadis. Makanya tempat itu di sebut neraka para shifter. Nah aku mulai berpikiran untuk mengusulkan pada Alpha David agar memindahkan Mrs. Sellin ke tempat yang di sebut neraka para shifter itu. Sepertinya tempat itu lebih cocok untuknya ketimbang menjadi guru di sini.

“Mari, kita bertaruh.” Flo menatapku menantang ketika nama kami dipanggil. “Yang kalah harus mengikuti Study tour bagaimanapun alasannya.”

“Apa? Itu licik Flo. Kau tahu aku tidak pandai bertarung.”

Floren sengaja menjadikan praktik bertarung ini sebagai ajang pertaruhan, dan aku tidak bisa menolak karena saat ini kami sedang berhadapan sebagai lawan.

“Kalau begitu berusahalah untuk menang.”

Detik berikutnya tinju Floren melayang ke arahku. Aku memang berhasil menghindar, tapi tendangan yang datang dari arah bawah gagal kuantisipasi, alhasi aku tersungkur di tanah.

Sial!

Aku berusaha bangkit, tanpa sadar termakan provokasi Floren. Kami bertarung seperti orang gila, maksudku gerakan yang kami gunakan. Itu tidak lagi mengikuti gerakan bela diri yang diajarkan. Kami menyerang layaknya hewan buas yang hanya memikirkan untuk menjatuhkan lawan. Di beberapa kesempatan Floren bahkan menarik rambut panjangku.

Ketika pertarungan berakhir dengan kemenangan Floren, kami saling berhadapan yang seharusnya memberi salam perdamaian tapi malah saling memelototi, atau tepatnya aku yang melotot marah. Kenyataannya Floren tersenyum bahagia meski keadaanya berantakan total.

“Kalian sedang mencoba saling membunuh atau bagaimana?” Grace memandangi kami berdua bergantian. Aku melengos, mendudukkan diri selagi meratapi ruam kemerahan yang bertambah di bagian lengan.

“Tanyakan pada Azu, aku tidak tahu kau bisa seganas itu kalau serius.” Floren menatapku takjub, sekaligus kesal. Ia sangat kacau walaupun pada akhirnya keluar sebagai pemenang.

“Tentu saja, itu pertaruhan hidup mati,” kataku mendramatisi. Selain itu sebagai hukuman karena sudah berani menarikku dalam jebakan berbahaya begitu. Padahal aku sudah menemukan rencana bagus untuk menghindari Study tour tadi.

“Itu tadi luar biasa, Azu. Kau berhasil melukai Flo.” Grace memelukku erat sebagi ucapan selamat. “ kau sudah berkembang sangat pesat.”

Sebagi seseorang yang selalu bersamaku sejak aku mulai melatih gerakan paling dasar, Grace sangat bangga. Ia tidak henti-hentinya memuji peningkatan kemampuanku yang melonjak tajam. Aku sendiri juga tidak menyangkah akan menjadi seperti itu. Sepertinya aku punya kekuatan tersembunyi dalam diriku. Yah, walau pada akhirnya …

“Tapi aku kalah.”

Hasilnya sangat tidak sepadan. Keluhku dalam hati.

Jari kelingking tangan kananku terekilir parah, lengan bahuku robek oleh cakaran kuku, rambutku acak-acakan, sebuah memar tambahan di sudur bibir. Terima kasih pada Floren yang sudah melukis semua karya memalukan itu di tubuhku.

Lalu, seakan belum cukup, saat ini perut bagian bawahku pun ikut berulah. Ia berdenyut sakit dengan intensitas konstan. Rasanya seperti ada benda seberat satu ton di gantung di kedua sisi pinggangku, yang hendak memisahkan bagian atas dan bawahku.

Ini sudah terjadi sejak empat bulan lalu, tapi aku masih belum bisa membiasakan diri dengan sensainya.

Aku berjalan setengah membungkuk, memegang area pinggang belakangku. Beberapa penduduk yang kebetulan lewat menatapku heran.

“Ada apa denganmu?” Aku berbalik cepat begitu mendengar suara kembaranku, hanya untuk diberi teriakan histeris. “Azuuu, siapa yang melakukan ini padamu?”

Untuk bagian satu itu, Alison mewarisi sepenuhnya sifat Mom yang suka histeris tanpa tahu tempat itu.

“Kami ada kelas pertarungan tadi.” Aku melemparkan padangan tak suka. Teriakan Alison nyatanya mengundang beberapa pasang mata untuk melihat kearah kami.

“Oh, biar kutebak kau menang?”

“Apa kau sedang mengejekku. Nona sempurna.” Aku mengucapkannya dengan nada sarkastik. Menegakkan tubuh yang sejak tadi membungkuk.

“Apa? Aku benar kan. Maksudku kau sangat …” ia menatapku dari atas kebawah sebelum melanjutkan. “ berantakan. Pasti itu pertarungan sengit, sayang sekali kalau kalah.”

Aku mengabaikannya, lebih memilih menggunakan segenap tenagaku untuk mempercepat langkah. Aku ingin berada di rumah, di kasur empukku secepatnya. Kemudian aku teringat sesuatu.

“Soal Study tour, apa kau akan ikut?”

Kelas kami memang terpisah, Alison berada di antara kelas calon WARRIOR dan akan menjalankan pengujian sebulan lagi. Jika lolos, ia akan sepenuhnya mengabdikan diri di pasukan penahan perbatasan. Namun kalau untuk masalah kegiatan umum semacam Study tour, biasanya itu tetap dilakukan bersama.

“Apa yang kau bicarakan? Tidak ada study tour. Kami harus bersiap-siap. Ujian terakhir dipercepat, itu akan belangsung di akhir minggu ini. Kami tidak akan punya waktu untuk bersenang-senang.”

“Dipercepat?”

Pembicaraan di pondok penjagaan dengan Aiolos wakktu itu tiba-tiba terngiang. Pack sebenarnya sedang dalam keadaan darurat dan Alpha menutupi itu semua dari shifter awam. Apakah itu alasan mengapa ujian WARRIOR dipercepat? Mereka membutuhkan banyak tenaga tambahan.

“Baiklah, semoga beruntung, maaf aku tidak bisa datang menyemangati.”

Mengabaikan demo protes dari logikaku yang kalah dalam perdebatan sengit melawan naluriku tadi. Alhasil di sinilah aku sekarang melangkah gugup mendekati Dad yang sedang duduk santai sambil menikmati kopi buatan Mom.

“Dad,” aku memanggilnya pelan.

“Ada apa azu?”

“Apa yang kau kau coba sembunyikan?” Tanya Dad lagi, ketika tidak mendapat respon dariku.

“Formulir.”

Aku mengucapkannya dengan susah payah.

“Formulir apa?”

Aku menyerahkan formulir persetujuan itu, lalu menunggu respon Dad dengan gugup. Kening dad terlihat berkerut bukan respon yang baik pikirku.

“Kau ingin ikut?” tanya dad tiba-tiba.

“Yah. Well jika aku mendapat izin.”

Aku mengigiti bibir bawahku gelisah. “Baiklah,” ujar Dad. “kau boleh ikut.”

Aku mengerenyit masam, mendengar jawaban Dad, pasalnya ini jarang terjadi. Biasanya aku harus berbohong jika melakukan sesuatu yang menurut mereka ekstrim atau cara paling mudah adalah melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Namun apa ini? Kenapa Dad juga ikut-ikutan terlular virus perilaku tak biasa MISS. Sellin?

“Ada apa dengan ekspresi itu?”

Kepala Jaiden menyembul di balik pintu, ia baru saja kembali dari rumah nenek, mengambil ramuan baru untukku.

“Kau terlihat sangat bingung, tidak cocok untuk orang sepertimu,” ujarnya melangkah kemudian menaruh benda di telapak tanganku lainnya. Itu sebuah bungkusan yang di dalamnya terdapat ramuan, membuatku mengerang frustasi.

“Dihabiskan.”

tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!