Study tour

Terpleset dengan posisi yang sangat tidak elite mengawali pagi hariku. Rome teman sekelasku, yang kemarin berkelahi juga kebetulan lewat di sampingku tertawa terbahak-bahak.

Dengkulku yang tadi berciuman mesra dengan kerikil di jalan mulai mengeluarkan darah di tambah suara derai tawa dan bisik-bisik dari para murid shifter yang menyaksikan insident memalukan tadi. Lengkap sudah! Aku mengusap warna merah keunguan yang mulai terlihat di sekitar area dengkulku yang tadi terantuk.

“Butuh bantuan?” Grace mengulurkan tangan.

Menyambut uluran tangan Grace aku berdiri, lalu memelototi Rome yang berjarak beberapa langkah dariku. Rome masih tertawa bahkan dengan sadisnya ia menjulurkan lidah mengejek kecerobohanku.

‘awas kau’ ancamku lewat tatapan mata. Aku melepas sala satu sepatuku dan hendak melemparkanya pada Rome. Tapi Grace sudah lebih dulu melempar buku tebal miliknya yang hebatnya mengenai tepat di wajah Rome. ‘rasakan itu’ sinisku.

Aku memakai kembali sepatu yang tadi kucopot, lalu bertos ria dengan Grace. Sementara Rome yang tadi terkena lemparan buku Grace melotot marah.

“Mau lagi?” tantang Grace dengan isyarat tangan.

Aku menjulurkan lidah pada Rome ketika dia hanya bisa mendengus marah, tapi tidak berani berhadapan dengan Grace.

“Sakit?” tanya Grace.

“Lumayan,” cengirku.

Sakit sih, tapi sebanding kok dengan ekpresi kekalahan yang terpampang di wajah Rome tadi, ketika dia hanya bisa pergi layaknya penakut. Lain kali aku pasti akan membalasnya dengan tanganku sendiri.

“Kenapa kemarin tidak masuk?” tanya Grace lagi.

“Ada sedikit insident yang terjadi.”

Sifat berlebihan Mom berulah lagi kemarin. Ia melarangku pergi ke sekolah dan mengawasiku seharian agar tidak keluar juga. Namun bukan itu belum seberapa. Bagian terburuknya adalah ramuan kesehatan yang diambil Jaiden secara khusus dari rumah nenek. Minuman kental berwarana ungu berbau sala satu tumbuhan berakar itu sampai sekarang masih berhasi membuatku mual setiap kali mengingatnya. Rasanya sangat pahit membuat semua makanan di perutku keluar setelah meminumnya. Pada praktiknya minuman herbal itu bukan memberiku kesembuhan tapi memberiku penyakit mental.

“Apakah itu buruk untuk di ceritakan?”

“Tidak. Hanya sedikit memalukan.”

“Mau cerita?”

Aku menggeleng dengan tatapan menyesalan dan Grace tersenyum penuh pengertian. Hal baik lainnya yang kusukai dari Grace selain kesabarannya dalam mengajariku bela diri.

“Thanks.”

Aku berusaha berkonsentrasi penuh pada langkahku saat menanjaki jalan terjal, kakiku sedikit oleng saat tak sengaja menginjak kerikil besar, untunglah aku punya sahabat pengertian seperti Grace yang sigap memegang lenganku untuk menjaga keseimbangan tubuhku.

Saat sampai di kelas aku melihat Floren yang tengah bergosip ria bersama beberapa anak perempuan lainya.

“Kapan ia akan pensiun dari pekerjaan itu !”komentar Grace menatap Floren.

Floren melambaikan tangan dengan senyum lebarnya ketika melihat kami berdua.

“Akhirnya kalian datang juga!!” seru Floren menghambur kearah kami berdua.

“Ada apa dengan senyum lebar itu?” tanya Grace, antusias dalam kepura-puraan.

“Aku sedang bahagia!”

Oh, ya, kami bisa melihat itu dengan jelas. Wajah Floren sekarang sudah merekah penuh warna seperti pelangi yang baru terbentuk.

“Informasi baru apalagi kali ini?”

Floren semakin melebarkan senyum, “Sesuatu yang sangat special.”

Aku dan Grace berpandangan sesaat, tidak perlu menyuarakan dalam kata untuk bicara satu sama lain kalau kami sedang merasa was-was. Special dari berita Floren itu selalu bermakna buruk.

“Dan apa itu?”

“Study tour,” aku menatap Grace yang balas menatapku. Oke, agaknya kali ini berbeda.

“Sekolah kita akan mengadakan kegiatan study tour!!” Floren berteriak heboh.

Tak mendapat tanggapan yang di inginkan Floren menatap aku dan Grace gemas. Tangannya terulur mencubit pipi kami berdua dan menariknya cukup kuat.

“Sakit tau,” ucapku menepis tangannya.

“Bukan gossip lagi kan?” tanya Grace masih curiga.

Pipi Floren mengembung pertanda dia sedang kesal.” Itu bukan gossip.”

“Tanpa bukti jelas, apapun yang keluar dari mulutmu itu gossip,” Grace berucap sadis.

Aku terkikik melihat ekpresi Floren yang menatap Grace seakan ingin mencabik-cabiknya. Tangannya bahkan sudah terangkat saking niatnya.

“Uh! Imutnya.” Aku mencubit pipi Floren yang makin cemberut.

“Kalian nggak asyik,” rengutnya.

“Oh ayolah, jangan marah begitu.” Aku memberi jurus senyum imutku berusaha menghibur Floren yang tengah merajuk.

“Kau sudah mengenal baik bagaimana sifat Grace kan.”

“Aku tau, hanya saja setidaknya hargai usahaku, aku kan sudah bersusah payah mencari informasi ini.”

Tentu saja Grace tahu itu, hanya saja dalam kasusnya ia memang lebih suka mengabaikan. Grace selalu dingin pada hal-hal yang ia anggap tidak berguna.

“Bagaimana kalau saat makan siang saja?” tawarku. Floren memelukku sebagai respon. Mudah sekali membuat Floren kembali tersenyum.

Rupanya kehebohan perihal Study tour tidak hanya berhenti di Floren. Di dalam kelas pun semua anak sedang heboh membahasnya terutama yang berjenis kelamin perempuan. Anak- laki-laki cenderung tidak menaruh minat pada berita semacam itu. Mereka biasanya bereaksi heboh jika menyangkut urusan pekelahian dalam artian, yang mana menjadi hal sebaliknya bagi kaum perempuan. Merusak fisik meski hanya goresan kecil tampaknya menjadi hal sangat perlu dihindari bagi anak perempuan.

Aku melempar tasku cepat ketika lonceng berbunyi nyaring.

“Kenapa?” Floren menatapku bingung.

“Panggilan alam.”

Aku berlari terbirit-birit di koridor yang sepi, karena sekarang memang jam nya bagi murid shifter untuk belajar, setelah menuntaskan keperluanku di toilet aku segera kembali ke kelas, Semoga saja Mrs. Sellin belum masuk doaku dalam hati.

“Terima kasih sudah hadir Mrs. Weston.” sindir Mrs. Sellin.

Suara Mrs. Sellin yang cukup nyaring menjadikanku pusat perhatian para murid shifter. Aku yakin wajahku pasti merah sekarang, karena malu juga kesal akan sindiran Mrs. Sellin tadi.

Aku menggeleng pelan melihat Grace yang sedang duduk dengan wajah telungkup di meja saat aku mendudukam bokongku di kursi. Tak di ragukan lagi Grace pasti sedang tidur.

“Attention kids.”

Suara nyaring Mrs. Sellin mengalihkan perhatianku dari Grace. “Aku punya pengumuman penting untuk kalian.”

Wah! Pikirku mendadak antusias. Tumben sekali Mrs. Sellin memberi pengumuman biasanya kan hukuman. Aku harap dia tidak mengumumkan tentang daftar hukuman baru yang akan kami terima jika melakukan pelanggaran.

Mrs. Sellin dengan hukuman aneh dan sadisnya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan, bahkan lebih mengerikan dari hukuman yang di berikan para tetua pada para ROUGE.

Aku mengamati ekpresi para murid shifter dengan saksama, dalam diam merasa wa-was. Jika benar lembaran yang di bagikan Mrs. Sellin adalah daftar hukuman, aku bersumpah akan memajangnya di dinding kamarku dan akan membacanya setiap hari agar tidak mendapat jatah menjalani hukuman itu. Sementara Mrs. Sellin sibuk berkeliling sedang membagi-bagikan lembaran kertas pada setiap murid. Aku berdoa semoga hukumannya nanti tidak aneh-aneh.

Berdasarkan pengamatanku tadi kebanyakan ekpresi yang di tampilkan para murid shifter setelah mendapat lembaran adalah bingung. Jadi kesimpulannya adalah itu bukan sesuatu yang mengerikan.

“Bangunkan temanmu, Weston.”

Mrs. Sellin berlalu setelah meletakan dua lembar kertas di mejaku. Dengan tangan gemetaran aku meraih lembaran kertas putih itu. Semoga bukan daftar hukuman. Aku mengucapkan kalimat itu berulang-ulang.

Helaan nafas lega dariku segera berganti dengan kernyitan dahi persis yang dilakukan teman-teman sekelasku saat membaca apa yang tertulis di kertas itu. Memang sih bukan daftar hukuman seperti bayanganku jadi aku bisa mengucapkan terima kasih pada dewi bulan yang sudah mengabulkan keinginanku.

Fomulir persetujuan untuk orang tua siswa begitulah kira-kira tulisan yang terdapat pada lembaran kertas yang ku pegang. Jadi yang tadi dikatakan oleh Floren itu bukan gossip yah!.

“Alpha akan mengadakan study tour pekan depan. Dan karena tempat yang akan kita kunjungi sedikit berbahaya di tambah kalian masih belum cukup umur, jadi kalian harus mendapat izin dari orang tua kalian dan itulah fungsi dari kertas yang ada di tangan kalian.” Miss. Sellin melintasi lorong kelas selagi berbicara.

“Ada pertanyaan?” Mrs. Sellin menyapu pandang ke seluruh kelas.

Aku mengangkat tangan bertanya, “Memangnya kemana kita akan pergi?”

“Pertanyaan yang bagus,” Senyum misterius terbit di wajah Mrs. Sellin. “kalian pasti menyukai tempat itu.”

Sok misterius cibirku dalam hati. Awas saja jika tempat yang akan kami kunjungi itu hanya tempat biasa seperti pantai atau gunung.

“Prison of the dark castle.”

“Apaaaa?!” Serempak semua anak berteriak heboh. MISS. Sellin refleks menutupi kedua telinganya.

Lelucon yang bagus untuk mengawali pagi ini, tapi serius jika Mrs. Sellin mengatakan ini hanya untuk menakuti kami maka, aku akan mengucapkan selamat, karena sudah sukses melakukannya.

Kelas yang tadi hening mendadak riuh bak lebah yang sarangnya di lempari batu. Bahkan Grace yang tadi tidur jadi terbangun dengan wajah anehnya.

“Kenapa semuanya pada berteriak?” tanya Grace bingung.

“Kita akan mengunjungi Prison of the dark castle,” kataku nyaring ditengah keriuhan suara murid-murid lain yang saling tumpang tindih.

”Apaaa?”

Kali ini Grace yang berteriak nyaring disertai gebrakan tangan di atas meja. Kelas mendadak berubah hening, semua anak termasuk Mrs. Sellin menoleh kearah kami.

“Ada masalah. Lyanin?” tanya Mrs.sellin.

“Ti … Tidak,” Grace menjawab kaku, menyadari ulahnya yang bereaksi berlebihan.

“Aku tidak sedang bermimpi, kan?”

Aku mengangguk mencubit lengannya kuat sebagai pembuktian. Ya ampun!! Ini sih lebih parah dari hukuman aneh Mrs. Sellin. Apa sih yang di pikirkan alpha David? Mengunjungi tempat itu sama artinya mengunjungi neraka bagi para shifter seperti kami.

Prison of the dark castle itu adalah tempat khusus bagi para shifter yang bermasalah, seperti Mrs. Sellin seharusnya. Oke, itu sedikit kejam, tapi tempat itu memang bukan sesuatu yang layak untuk dijadikan sebagai tempat Study tour. Maksudku, Study tour itu umumnya bertujuan untuk memberi pelajaran tambahan melalui pengalaman langsung.

Namun apa yang bisa kami pelajari dari tempat itu? Cara menyiksa orang begitu? Yang ada kami malah mengalami gangguan mental selepas dari sana. Alpha David pasti gila, siapa pula yang mau mengunjungi para criminal.

Dari kabar berita yang beredar, sebagian besar penghuninya adalah para shifter berjiwa manusia minim. Bahkan sebagian besar dari mereka sudah sepenuhnya berjiwa hewan yang hanya tahu mengigigit dan mencakar. Mereka buas layaknya hewan normal yang tak memiliki pikiran.

“Mari bertaruh, rencana ini sebenarnya adalah ide MISS. Sellin. Alpha David hanyalah tameng.”

“Seratus, tidak perlu dipertanyakan lagi,” Grace balas berbisik. “Kurasa ia masih dendam perihal hukumannya hari itu dihentikan paksa.”

“Dasar licik,” cibirku sinis.

“Masih tertarik untuk ikut?” Suara MISS. Sellin terdengar menantang, kentara sekali ia mengejek kami.

“Mengapa tempat itu, MISS? Kurasa ada banyak tempat lain yang lebih layak.” Floren bertanya mewakili pikiran semua orang.

“Tentu saja untuk menguji ketahanan mental kalian. Selain itu di sana kalian juga bisa mendapat sedikit gambaran mengenai apa yang dihadapi para WARRIOR di garis depan, juga sebagai motivasi bagi anak-anak yang enggan berlatih dengan benar agar menyadari seberapa mengerikan para ROUGE itu.”

Kata-kata itu ditujukan pada semua anak di kelas, tapi entah bagaimana itu menohokku sangat dalam, terutama ketika saat berbicara MISS. Sellin sedang menatapku. Haruskah aku berpura-pura sakit?

“Simpan formulir itu dan bersiaplah untuk pelajaran.” MISS. Sellin menggebrak meja kasar ketika suaranya diabaikan para murid yang sibuk dengan rencana mereka masing-masing.

“Apa kau akan ikut?”

Grace bertanya sembari mengamati Rome yang sedang beradu pukulan di tengah lapangan. Saat ini kelas bertarung sedang berlangsung dan kami sedang menunggu giliran dari pinggir lapangan.

“Aku tidak yakin.”

Aku memang suka tantangan dan melakukan hal ekstrim seperti, melompat dari tebing, menjelajah hutan dan hal-hal yang lumayan memacu adrenalin lainnya, tapi Prison of the dark castle?! Aku bergidik ngeri. Menjalani hukuman aneh Mrs. Sellin rasanya lebih menarik dilakukan.

“Ini kesempatan langkah.”

“Aku tau, tapi aku harus memikirkannya lagi, kita bukan akan menjelajah hutan, seperti yang biasa kita lakukan. Ini soal para ROUGE. Aku tak ingin berurusan dengan mereka.”

“Bagaimana denganmu, Flo?”

“Aku? Tentu saja aku akan ikut.” Floren terenyum matanya sampai menyipit saking lebarnya, tampaknya tidak terpengaruh sama sekali mengenai para ROUGE.

“Tempat semengerikan itu?” Aku menatapnya dengan rasa takjub luar biasa. “Wow! Flo, kau mengagumkan sungguh.”

Di saat anak-anak lain sedang merasa gunda antara ikut atau tidak, Flo satu-satunya orang yang sudah menetapkan pilihan dan masih sangat antusias. Itu membuatku sangat penasaran adakah hal di dunia ini yang membuat Floren tidak merasa bersemangat. Bahkan dengan kegiatan yang mempertaruhkan kewarasan itu? Dia masih saja besemangat.

“Saudaraku selalu menganggap otakku berjalan dengan tidak benar,” kataku. “tapi tampaknya Floren lebih mengkhawatirkan.”

Grace di sebelah menggeleng prihatin, membenarkan ucapanku.

“Apa sih?” Floren mendorong kepala kami bergantian. “ Aku hanya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai kalian tau, kan. Para GUARDIAN.”

Suaranya mengecil di akhir kata.

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!