Yakushin yang melihat kemegahan kota tersebut pun dibuat tercengang. Dia tidak menyangka kalau sistem kerajaan yang dimaksud oleh Cain memang benar-benar sebuah kerajaan. Dia terus berjalan sampai ke pusat kota. Di sana dia melihat sebuah istana megah berarsitektur gothic yang dijaga ketat oleh para prajurit berzirah putih dengan aksen merah. Dia pun memberanikan diri untuk mendatangi istana tersebut.
"Siapa kamu?! Warga sipil dilarang memasuki area istana!" Para prajurit berzirah serba hitam yang menjaga tempat itu pun menghalangi Yakushin yang hendak memasuki istana.
Tiba-tiba munculah seorang pemain bernama Mason. Avatar-nya berwujud seorang pria dengan rambut hitam panjang bergelombang, iris mata berwarna merah dan berkulit pucat. Dia mengenakan sebuah baju zirah berwarna merah darah. Saat dia muncul, para prajurit langsung menunduk dan memberi hormat padanya.
"Akhirnya kamu datang juga! Masuklah! Yang Mulia Cain sudah menunggumu!" Mason pun mempersilakan Yakushin untuk memasuki istana.
Sembari berjalan, Yakushin melihat-lihat sekitar. Ternyata tidak hanya bagian luar istana saja yang terlihat megah tetapi bagian dalamnya juga tidak kalah megah. Yakushin pun dibuat takjub sekali lagi karenanya.
Ternyata pemain luar negeri emang sehebat ini, mereka totalitas banget, gumam Yakushin.
Yakushin pun sampai di ruang singgasana. Di sana sudah ada Cain yang duduk di sebuah singgasana megah berwarna hitam yang dihiasi berbagai jenis permata. Di sampingnya berdiri para prajurit yang bersiaga untuk menjaganya. Namun ada sesuatu yang janggal menurut Yakushin, yaitu ketidakhadiran Carmella dan Gorg di tempat itu.
"Yang Mulia! Ada seseorang yang ingin menemui anda!" Mason pun berlutut di hadapan Cain sebagai tanda hormat.
"Selamat datang di Kerajaan Sanguinium!" sambut Cain.
"Di mana pemain yang namanya Carmella dan Gorg itu?" tanya Yakushin.
"Semua Kesatria Darah sedang menjaga garis depan. Perlu kamu ketahui, kita sedang berperang sekarang ini!" jelas Mason.
"Kesatria Darah?" tanya Yakushin.
"Sepertinya aku harus menjelaskannya terlebih dahulu! Kesatria Darah adalah gelar dari anggota elit di kerajaan ini. Mereka semua adalah pengawal setia dari Yang Mulia Cain. Kamu bisa mengenalinya dari baju zirah mereka yang berwarna merah darah," jelas Cain.
"Jadi apa tujuanmu datang ke sini?" tanya Cain.
"Aku mau buat perjanjian sama kalian! Aku minta supaya kalian enggak pernah ngusik wilayah pemain Indonesia lagi! Sebagai gantinya aku bakal gabung sama kalian," kata Yakushin.
"Cukup adil! Waktu pertama kali melihatmu aku tertarik dengan kemampuan spesial yang kamu miliki. Menurutku kemampuan seperti itu akan sangat berguna untuk kerajaan ini, apalagi kalau kamu bisa meningkatkannya," kata Cain.
"Dengar! Untuk sementara ini aku bakal jadi bagian dari pasukan kalian, tapi suatu saat nanti aku sendiri yang akan ngalahin kamu!" kata Yakushin.
"Lancang!" Mason pun marah dan hendak menghajar Yakushin namun Cain memberikan isyarat supaya menahan diri.
"Baiklah! Ku terima tantanganmu kapan saja! Tapi sebelum itu kamu harus meningkatkan kemampuan spesialmu itu! Kamu akan menjadi prajurit di bawah pimpinan Mason. Kalau prestasimu bagus, mungkin kamu akan dipromosikan menjadi Kesatria Darah suatu saat nanti." Cain membuka sebuah jendela item dan memberikan sebuah item kepada Yakushin, yaitu sebuah baju zirah berwarna putih dengan aksen merah yang merupakan seragam dari prajurit biasa.
Yakushin pun membuka jendela item dan mengganti pakaiannya dengan baju zirah yang diberikan oleh Cain. Pada hari pertamanya tadinya Yakushin hendak ditugaskan untuk menjaga istana saja. Akan tetapi ketika seorang telik sandi melaporkan apa yang terjadi di medan perang, Cain pun menyuruh Mason untuk membawa pasukan ke garis depan menyusul rekannya yang lain. Yakushin pun juga ikut serta menuju garis depan.
Sesampainya di sana, Mason dikejutkan dengan kekalahan rekan-rekannya sesama Kesatria Darah yang begitu cepat di tangan musuh. Hal ini dikarenakan Kerajaan Camelot yang merupakan pihak musuh beraliansi dengan sebuah kelompok besar bernama Teokrasi Aeonion. Pada akhirnya hanya Mason seorang Kesatria Darah yang tersisa di tempat itu. Sambil berusaha mengulur waktu untuk rekan-rekannya kembali login, Mason pun memimpin pasukan untuk menahan gempuran musuh.
Pasukan dari Kerajaan Camelot dipimpin oleh seorang pemain bernama Arthur yang merupakan raja mereka. Avatar-nya berwujud seorang pemuda tampan berambut pirang pendek lurus, iris mata berwarna biru dan berkulit putih. Dia mengenakan baju zirah berwarna putih dengan aksen biru dan membawa sebuah pedang yang mengeluarkan cahaya putih terang. Dia menunggangi sebuah kuda putih sebagai tunggangannya. Pasukan yg dipimpinnya mengenakan baju zirah standar berwarna perak.
Pasukan dari Teokrasi Aeonion dipimpin oleh seorang pemain bernama Megistus yang merupakan utusan dari otoritas tertinggi di dalam Teokrasi Aeonion. Semua orang memanggilnya dengan sebutan Uskup Agung Megistus. Avatar-nya berwujud seorang pria tampan dengan rambut panjang lurus berwarna perak, iris mata berwarna biru dan berkulit putih. Dia mengenakan jubah keuskupan lengkap dengan mahkotanya yang berwarna serba putih dan membawa sebuah tongkat pastoral berwarna keemasan. Pasukan yang dipimpinnya mengenakan zirah bertudung dengan warna serba putih dan mengenakan topeng berwarna putih di wajah mereka.
Sementara itu Mason membuka jendela item miliknya. Dia menggunakan sebuah pedang berjenis longsword dengan bilah kebiruan seperti terbuat dari lapis lazuli. Pedang itu bernama Stormrend yang merupakan senjata andalan dari Mason.
"Demonic Storm: Lightning Bolt!" Mason pun mengaktifkan kemampuan spesialnya, seketika pedangnya dialiri oleh arus listrik yang sangat besar dan listrik tersebut langsung menyambar pasukan musuh ketika diarahkan. Serangan tersebut cukup untuk melukai dan menghentikan sementara pergerakan dari pasukan musuh.
"Divine's Blessing: Light of Rejuvenation!" Tiba-tiba Uskup Agung Megistus juga mengaktifkan kemampuan spesialnya. Seketika muncul cahaya yang menyilaukan dari langit, suasana pada malam itu pun berubah menjadi terang benderang layaknya di siang hari. Seketika para prajurit dari Teokrasi Aeonion dan Kerajaan Camelot yang terkena serangan dari Mason pulih seperti sedia kala, kemudian cahaya itu pun menghilang dan langit menjadi malam kembali.
Para pasukan aliansi dari Kerajaan Camelot dan Teokrasi Aeonion pun kembali bergerak untuk menyerang. Benturan antara kedua kubu pun tak bisa dihindari. Dalam pertempuran itu Mason berhadapan langsung dengan Arthur. Dalam pertempuran kali ini pihak Kerajaan Sanguinium sangat tidak diuntungkan karena prajurit yang masih tersisa hanya tinggal sedikit.
"Demonic Storm: Storm Cloak!" Mason mengaktifkan kemampuan spesialnya yang lain, seketika seluruh tubuhnya kecuali bagian wajahnya dan pedangnya diselimuti awan hitam yang menghasilkan listrik.
"Seperti yang dibilang, para Kesatria Darah memang memiliki kemampuan spesial yang mengerikan! King's Chivalry: Sword of Justice!" Arthur pun juga menggunakan kemampuan spesialnya, dia mengacungkan pedangnya yang bercahaya ke atas langit. Seketika pedangnya tersebut menghasilkan cahaya yang menjulang ke langit, saat itu juga Arthur langsung menebaskan pedangnya ke arah Mason. Hal itu membuat awan hitam yang menyelimuti Mason menghilang dan membuat Stormrend yang dipegangnya terhempas dari pegangannya.
"Blood Magic: Sword of Fresh Blood!" Yakushin yang melihat Mason terdesak langsung berlari ke arahnya. Dia menggigit salah satu jarinya hingga berdarah dan mengaktifkannya kemampuan spesialnya. Tepat sebelum Arthur menebas Mason dengan pedangnya yang bercahaya, Yakushin menahan tebasan tersebut dengan pedangnya yang dia ciptakan dari darahnya.
"Satu lagi pendekar pedang yang muncul! Aku akui keberanianmu untuk menahan Excalibur dengan pedang darahmu! Yakushin ya? Akan kuingat namamu!" Arthur pun turun dari kudanya dan hendak menantang Yakushin untuk berduel dengannya.
"Hey! Apa yang kamu lakukan?! Cepat menyingkir dan kembali ke formasi! Dia bukan tandinganmu!" Kata Mason yang berdiri sambil tertatih-tatih akibat serangan dari Arthur barusan.
Namun Yakushin tidak memperdulikan instruksi dari Mason. Dia pun menerima tantangan dari Arthur. Dengan kecepatan tinggi dia mencoba untuk menerjang dan menebas Arthur. Akan tetapi Arthur dapat menahan tebasan itu dengan Excalibur miliknya tanpa kesulitan sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments