Yakushin dan yang lainnya pun berunding mengenai pembentukan famz mereka. Yang membuat mereka terkejut ternyata Bebe sudah menyiapkan semuanya, termasuk area yang akan digunakan sebagai markas oleh mereka nantinya. Hanya satu hal yang menjadi masalah yaitu tentang nama untuk famz mereka. Mereka pun berpikir keras untuk menemukan nama yang cocok.
"Kira-kira apa ya?" tanya Aoi.
"Gimana kalau Somplak!" usul Nana.
"Ya, aku setuju! Karena kita semua di sini emang somplak sih," kata Rei.
"Jangan pake nama itu donk! Nanti kita diremehin sama famz lain," kata Bebe.
"Nama yang mewakili kita semua ya? Background kita semua itu mahasiswa yang main di game ini sehabis ngerjain tugas kan?" tanya Reiv.
"Ah! Aku tahu! Gimana kalau OWLS?" tanya Nana.
"Kenapa OWLS?" tanya Yakushin.
"Kayak yg dibilang Kak Rei, kita semua ini mahasiswa yang sering bergadang. Burung hantu itu hewan yang aktif di malam hari kan? Jadi kayaknya nama itu mewakili kita deh!" kata Nana.
"Ah, boleh juga tuh!" kata Bebe.
"Nama yang bagus!" kata Rin.
"Aku setuju!" kata Reiv.
"OWLS ya? Memang mewakili banget," kata Aoi.
"Aku ngikut aja deh!" kata Rizkie.
"Ya, boleh lah!" kata Yakushin.
Akhirnya setelah lama berunding, mereka menemukan nama yang cocok untuk famz mereka. Mereka memberi nama famz mereka OWLS. Setelah itu Bebe menghubungi kenalannya untuk pembuatan seragam dan simbol dari famz. Kenalannya bilang butuh waktu paling tidak tiga hari untuk membuat itu semua.
Setelah tiga hari berlalu akhirnya yang dipesan pun jadi. Mereka semua akhirnya memakai seragam dari famz mereka. Seragam itu terdiri dari sebuah kaos hitam, jaket kulit hitam yang terdapat simbol kepala burung hantu di bagian punggungnya, celana jeans hitam dan sebuah armband bertuliskan OWLS. Tidak hanya itu, mereka juga sudah punya markas sendiri. Tempat itu adalah area berbentuk sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat sebuah ruangan untuk rapat. Di ruangan tersebut terdapat sebuah meja bundar yang dikelilingi oleh kursi yang berwarna serba hitam. Di salah satu dindingnya terdapat simbol kepala burung hantu berukuran sangat besar yang menjadi simbol famz mereka.
"Keren!" Kata Rizkie yang terkesima melihat markas mereka.
"Gimana? Keren kan? Rencananya bakal ku perluas lagi karena kemungkinan famz kita bakal makin banyak anggotanya. Tapi untuk sekarang begini aja cukup," kata Bebe.
"Terus abis ini apa yang harus kita lakuin? Kita juga belum nentuin siapa leader kita!" tanya Rin.
"Hmm! Kalian pernah denger soal Teori Kepemimpinan Anarkisme?" tanya Bebe.
"Tunggu dulu! Maksud kamu famz ini bakal berjalan tanpa pemimpin gitu?" tanya Rin.
"Yup! Betul! Itu alasannya kenapa aku milih meja bundar, supaya kita semua bisa duduk dengan setara," kata Bebe.
"Mirip Legenda Arthurian!" kata Yakushin.
"Aku emang terinspirasi dari situ sih!" kata Bebe.
"Ini agak gila! Tapi enggak apa-apa lah!" kata Rin.
"Ok! Kali ini kita bakal dapat misi perdana untuk famz kita!" kata Bebe.
...****************...
Setelah selesai rapat, mereka pun bergerak masing-masing untuk menyelesaikan misi. Misi tersebut bukanlah misi yang diberikan oleh sistem seperti game lain pada umumnya, melainkan sebuah permintaan dari seorang pemain atau kelompok. Setiap pemain yang berhasil menyelesaikan misi tersebut akan diberikan sejumlah credit yang merupakan mata uang di dalam game.
Yakushin memilih menelusuri sebuah area berbentuk perkotaan untuk mencari informasi. Untungnya saat itu malam hari, sehingga dia dapat bergerak dengan bebas tanpa harus takut terbakar. Dia menanyai satu persatu semua pemain yang ada di sana. Namun tidak ada satupun yang tahu.
Saat sedang sibuk mencari informasi, Yakushin malah bertemu dengan seorang pemain yang membuatnya terkesima. Nama akun pemain itu adalah Merza. Avatar-nya berbentuk seorang wanita cantik berambut hitam yang diikat dua kebawah, beriris mata hitam kecokelatan, berkulit putih mulus dan berbibir tipis kemerahan. Dia mengenakan sebuah summer dress dengan warna dasar biru dengan bintik-bintik merah.
Yakushin hanya bisa melongo karena terkesima akan kecantikannya. Merza yang sadar kalau Yakushin yang sejak tadi menatapnya pun membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan. Akan tetapi beberapa saat kemudian teman-teman Merza pun memanggil Merza dan mereka pun ber-teleport entah ke mana.
Tak lama setelah itu, secara kebetulan Rizkie pun muncul dengan cara ber-teleport. Dia mencoba menyapa Yakushin namun Yakushin hanya diam melongo. Hal tersebut membuat Rizkie bersiaga dan memperhatikan sekitar. Dia melakukan hal itu karena dia mengira ada pemain lain yang menyerang Yakushin dengan kemampuan spesial berjenis ilusi.
"Shin! Kamu denger aku enggak?! Ada apa ini?!" Tanya Rizkie dengan panik.
"Rizkie, kayaknya aku baru aja lihat bidadari!" jawab Yakushin.
"Udah ku duga! Kamu pasti kena serangan ilusi! Ayo cepetan kita pergi dari sini!" kata Rizkie.
Rizkie pun menarik Yakushin menjauhi tempat itu. Mereka berdua pergi ke sebuah area berbentuk taman yang cukup sepi. Ketika sudah agak jauh Rizkie pun menanyai Yakushin kembali. Kali ini Yakushin sudah bisa menjawab dengan normal.
"Harusnya efek kekuatannya udah menghilang kalau udah sejauh ini! Shin! Kamu kenapa tadi?!" tanya Rizkie.
"Aku enggak kenapa-kenapa kok! Tadi aku ngelihat pemain yang avatar-nya cantik banget," jawab Yakushin.
"Yang bener? Kamu yakin kalau itu nyata? Takutnya kamu kena serangan ilusi," kata Rizkie.
"Ya, aku yakin seratus persen kalau dia asli! Aku juga enggak ngerasain tanda-tanda serangan," jawab Yakushin.
"Ya ampun! Bikin kaget aja! Ngomong-ngomong, kamu tadi sempet kenalan enggak?" tanya Rizkie.
"Enggak sempet! Kamu tadi lihat sendiri kan aku gimana?" jawab Yakushin.
"Hah! Payah!" kata Rizkie.
Setelah mengetahui semuanya baik-baik saja, Rizkie pun pamit meninggalkan Yakushin. Sementara itu Yakushin merebahkan tubuhnya di atas rerumputan. Sambil memandangi bintang-bintang dia memikirkan wajah Merza, orang yang baru saja ditemuinya yang bahkan belum berkenalan dengannya. Sesekali dia menggelengkan kepalanya untuk tetap berpikir jernih dan tetap fokus dengan misinya.
Setelah dirasa cukup, Yakushin pun melanjutkan pencarian informasi. Dia berjalan tak tentu arah karena terus melamun. Ketika tersadar, dia sudah berada di depan bangunan yang cukup aneh. Bangunan tersebut memiliki cat berwarna merah dan terdapat tulisan 18+ di pintu masuknya. Yakushin pun membuka pintu tersebut dan masuk ke sana sambil berharap dia menemukan sebuah petunjuk. Tempat tersebut sangat sepi dan hanya ada Yakushin seorang. Interior tempat itu juga berwarna serba merah. Karena tidak ada satupun orang, akhirnya Yakushin memutuskan untuk duduk sejenak di salah satu kursi yang ada di sana.
Tiba-tiba muncul dua pemain di tempat itu. Tampaknya mereka berdua adalah sepasang kekasih. Awalnya tidak ada yang aneh dengan mereka berdua, namun tiba-tiba mereka berdua membuka jendela item masing-masing. Setelah itu mereka berdua pun telanjang dan bersenggama di tempat itu tanpa ada rasa malu. Yakushin yang melihatnya pun terkejut melihat apa yang mereka berdua lakukan.
Tempat terkutuk macam apa ini? Kenapa mereka ngelakuin hal itu di depan umum? Kata Yakushin dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments