"Ada apa pak Sulaiman."
"Duduklah."
Cyra mengikuti perintah Sulaiman. Mereka terdiam beberapa saat, karena Sulaiman menyalakan rokok.
"Kau tidak keberatan kalau aku merokok?"
"Tidak. Tapi kalau boleh aku memberikan saran."
"Apa?"
"Kurangi merokok, mengingat usia pak Sulaiman hampir sama dengan ayahku."
"Hahahahhh... Kau memang gadis yang memiliki prinsip. Benar kalau kau family Syamsudin."
Cyra tersipu malu, memang terkadang kalau ada sesuatu yang tidak sesuai mulutnya suka kelepasan. "Maaf, pak Sulaiman."
"Bagus juga jika orang memiliki prinsip, tapi kamu harus tahu menempatkan diri."
"Maksud pak Sulaiman?"
"Kau orang baru di perkebunan, jadi jangan terlalu arogan dengan pendapatmu."
"Aku semakin tidak tahu dengan apa yang pak Sulaiman katakan. Arogan apa?"
"Cyra, perkebunan ini dulu dibangun oleh tuan Aroon dan nyonya Davira. Nyonya Davira adalah orang yang sangat lembut dan penuh kasih. Itu yang membuat perkebunan ini tumbuh sangat pesat. Jadi aku mohon jangan kau rusak dengan pendapat - pendapatmu yang bisa merugikan perkebunan ini. Jangan merusak mimpi almarhum nyonya Davira."
Cyra menghela napas panjang, ia akhirnya tahu arah pembicaraan Sulaiman.
"Dalam hati para pekerja nyonya Davira tidak akan tergantikan oleh wanita manapun." lanjut Sulaiman. "Sejak kamu datang ke perkebunan banyak masalah datang silih berganti."
"Maaf, jika pendapatku tadi kurang berkenan di hati pak Sulaiman. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk merebut perhatian tuan Aroon ataupun berniat menggantikan posisi nyonya Davira. Niatku dari awal adalah mengajar Gio agar menjadi anak yang membanggakan. Terus terang aku sangat prihatin dengan Gio yang seperti kekurangan kasih sayang." Cyra menjelaskan. "Masalah yang terjadi di perkebunan sebenarnya sudah lama terjadi hanya saja terungkap ketika aku datang. Seperti Asih, aku yakin dia sudah melakukan itu sejak lama. Mungkin dulu ia leluasa melakukan itu, tapi setelah kedatanganku dianggapnya sebagai ancaman. Pak Sulaiman tahu kenapa?"
"Aku tidak tahu."
"Karena aku mendapat kepercayaan dari Gio. Aku adalah guru pertama yang berhasil mengajar Gio tanpa perlawanan. Jika aku mendapat kepercayaan dari Gio otomatis orang - orang pasti akan menyangka aku akan mendapat kepercayaan juga dari tuan. Dan itu merupakan ancaman oleh orang - orang yang pelan - pelan ingin menghancurkan perkebunan."
Sulaiman terdiam beberapa saat, Ia sepertinya menyadari kebodohannya selama ini. Ia terlalu terlena sehingga tidak waspada. Ternyata mereka yang ingin menghancurkan perkebunan melakukannya dengan cara yang halus. "Maafkan aku. Aku terlalu bodoh."
"Tidak ada yang salah, pak Sulaiman dan jangan minta maaf. Aku tahu anda sangat mencintai perkebunan ini. Jadi mari bersama - sama kita berjuang."
"Kau benar Cyra."
"Oya satu lagi."
"Apa itu?"
"Sebenarnya dari awal aku sudah bisa membaca rencana pelaku. Tujuan dari mereka adalah pemecatan pekerja secara besar - besaran karena obat terlarang itu. Sehingga berita itu akan menyebar dan membuat nama baik dari perkebunan ini tercemar."
"Ya.. Iya.. Sekali lagi kamu benar." ucap Sulaiman. "Sekarang kita tidak boleh lengah."
Cyra tersenyum senang karena Sulaiman sudah bisa menerima semua pemikirannya.
🍀🍀🍀🍀
Sudah satu minggu sejak ditemukannya bukti di kamar Asih. Pemeriksaan Urine pekerja juga sudah dilakukan dari dua ratus pekerja hanya lima orang yang positif pengguna obat terlarang. Mungkin saja Asih baru melakukan aksinya sehingga belum banyak korban. Apalagi obat - obatan itu sulit di dapatkan. Lima orang pekerja di rehabilitasi dan masih diberikan kesempatan untuk bekerja lagi di perkebunan.
Hari ini jadwal Cyra kontrol luka jahitannya. Rencananya sore nanti setelah mengajar Gio ia akan ke rumah sakit. Ia sudah mendaftar secara online.
"Bu Cyra kita akan membuat apa?" tanya Gio.
"Sebelum aku tertabrak bukankah aku pernah berjanji padamu untuk membuat pupuk? Nah itu akan kita lalukan hari ini."
"Yeay bunga Mae Davira akan tumbuh dengan subur." Gio bersorak kegirangan.
"Pupuk apa yang akan kita buat?" tanya Omar.
"Pupuk ini buatan kita sendiri dan sama sekali tidak ada bahan kimianya. Jadi kalian harus bekerja keras." ucap Cyra. "Kita akan membuat pupuk kandang dan pupuk kompos."
"Apa bahan dasarnya bu?" tanya Olif.
"Ikuti aku." Cyra berbalik dan pergi ke suatu tempat. Gio, Omar dan Olif mengikutinya dari belakang.
"Kita mau kemana ini?" bisik Olif
"Sssstt.. Sudah diam jangan banyak protes." jawab Omar.
"Aku tidak protes, tapi kenapa ini seperti ke arah peternakan sapi." Olif menutup hidungnya karena sudah tercium bau kandang Sapinya.
"Iya kamu benar."
Cyra kemudian menghentikan langkahnya, ia sudah terbiasa dengan bau seperti itu jadi dengan leluasa ia memberikan penjelasan.
"Pakai ini." Cyra menyerahkan masker, topi, sepatu boot dan sarung tangan karet.
"Buat apa bu?" tanya Olif penasaran.
"Sudah pakai dulu."
Mereka bertiga menuruti perintah Cyra. Setelah semuanya memakai atribut secara lengkap, Cyra segera menjelaskan maksudnya.
"Kita akan membuat pupuk kandang. Pupuk kandang itu terbuat dari kotoran binatang seperti Sapi, Kerbau, Ayam. Nah karena kita disini memiliki peternakan Sapi maka kotoran Sapi yang nantinya akan kita gunakan sebagai bahan dasar membuat pupuk kandang."
"Apa! Huoekkk!" teriak Olif. "Aku tidak tahan baunya bu Cyra. Kita ganti yang lain saja."
"Kalau belum terbiasa memang seperti itu Olif, tapi nanti lama kelamaan aku yakin kamu bisa beradaptasi." ucap Cyra. "Bagaimana denganmu Gio?"
"Aku tidak apa - apa bu Cyra. Kan ada masker."
"Bagus." puji Cyra. "Bagaimana denganmu Omar?"
"Oh aku seorang pria sejati, aku sangat kuat. Aroma seperti itu tidak ada apa - apanya." Omar menyombongkan diri di depan Olif.
Karena jengkel dengan kesombongan Omar, Olif mengambil sedikit kotoran Sapi dengan ranting kayu dan menaruhnya tepat di depan hidung Omar. "Nih rasakan!" teriak Olif.
"Huoekk! Huoekk!" seketika Omar muntah - muntah.
"Hahahahhh..." semuanya tertawa melihat Omar yang muntah - muntah dan sempoyongan.
"Awas kau ya!" ancam Omar sambil membawakan kotoran Sapi ke Olif.
"Bu Cyra lindungi aku." Olif berlindung di balik punggung Cyra.
"Eh.. Sudah.. Sudah." Cyra berusaha melerai. "Kalau bercanda terus kapan kita mulai membuat pupuknya."
Akhirnya Omar mengalah, ia menghentikan aksinya.
"Nah gitu dong Omar, pria sejati tidak akan membalas perbuatan wanita." puji Cyra. "Sekarang kita kumpulkan kotoran Sapi menjadi tiga karung ini."
"Banyak sekali bu."
"Iya karena bunga - bunga dan beberapa tanaman banyak yang perlu di pupuk. Ayo kita mulai."
Cyra membantu Gio mengumpulkan satu karung kotoran, Omar satu karung dan Olif juga satu karung. Semuanya bekerja dengan cepat.
Dari kejauhan Aroon melihat kegiatan mereka. Ia cukup kagum dengan apa yang dilakukan Cyra sampai anak kesayangannya mau mengumpulkan kotoran Sapi. Ia memutuskan untuk menghampiri mereka.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Kami sedang membuat pupuk kandang Phoo."
"Phoo akan membantu." ucapan Aroon ini membuat Gio sangat senang. Ia bersiap untuk membuka kaosnya.
"Tunggu!" teriak Cyra. "Tolong kalau tuan mau membantu kaosnya tidak perlu di lepas. Ada kami dua orang wanita yang belum menikah. Iya kan Olif?"
"Hehehehh.. Maaf bu Cyra aku tidak sependapat, kalau tuan mau lepas kaos silahkan saja." jawab Olif sambil tersipu. "Lumayan ada pria tampan disini, daripada lihat yang jelek terus." ucap Olif sambil melirik Omar.
Aroon tersenyum mengejek. "See? Hanya kau yang over thinking."
Sial, Olif tidak membantuku. Ya tuhan kuatkan jantungku doa Cyra. Akhirnya mau tidak mau ia melihat lagi tubuh Aroon yang toples. Ah masa bodoh.
Dengan bantuan Aroon dengan cepat tiga karung telah terisi dengan kotoran Sapi.
Cyra sudah menyiapkan tempat untuk membuat penyimpanan kotoran Sapi.
"Kotoran Sapi ini akan kita taruh dalam wadah, kemudian atasnya di kasih dedak."
"Apa itu dedak?" tanya Gio.
"Makanan kuda." jawab Aroon.
"Betul, seratus buat tuan Aroon." ucap Cyra. "Setelah di beri dedak. Kemudian kita siram dengan larutan EM4."
"Apa itu EM4?" tanya Omar.
"Itu adalah larutan yang mengandung bakteri pelarut fosfor yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik secara alami. Di dalam kotoran Sapi mengandung fosfor lebih banyak dibandingkan binatang yang lain seperti Kambing, Kerbau ataupun Ayam." Cyra berbicara panjang lebar.
Aneh, dia menjelaskan panjang lebar seperti itu tapi sama sekali tidak membosankan. Pantas saja Gio betah mengikuti pelajarannya pikir Aroon dalam hati.
"Sekarang tolong Omar ambil air kira - kira sepuluh liter, masukkan ke dalam ember takar ini."
"Siap bu Cyra." jawab Omar yang diikuti sikap hormat seperti seorang tentara militer. Dengan cepat Omar menyelesaikan perintah dan kembali pamer di depan Olif.
"Cuiihh! Gitu saja bangga. Semua orang juga bisa." cibir Olif.
Cyra hanya tersenyum. "Gio kau bisa memasukkan larutan ini sebanyak dua puluh tetes. Pelan - pelan ya."
Gio dengan cekatan melakukan perintah Cyra. Itu yang membuat Aroon bangga. That's my boy.
"Aduk pelan - pelan."
"Baik bu."
Cyra memperhatikan raut wajah Aroon yang tampak senang dengan perkembangan Gio. Hmm tuan Aroon terlihat tampan, uiihh badannya kekar banget. Pasti liat dan keras puji Cyra dalam hati. Ia berulang kali menelan ludahnya.
"Sudah bu." ucap Gio yang membuyarkan lamunannya.
"Oh ya keras."
"Apanya yang keras bu Cyra?" tanya Omar kaget.w
"Hah.. Oh.. Eh itu maksudku tuan Aroon berusaha keras."
"Aku?" tanya Aroon.
"Bbukan. Mmaksud saya Gio yang berusaha keras."
"Dasar!" gerutu Aroon.
"Nah airnya sudah tercampur dengan rata. Jadi kita sisihkan dulu. Sekarang kita tata kotoran sapinya." ucap Cyra. "Tolong tuan Aroon dan Omar tuangkan kotoran itu di wadah ini. Kami akan meratakannya."
Cyra, Gio dan Olif jongkok di dekat wadah untuk meratakan sedangkan Aroon dan Omar menuangkan dari atas. Setelah semua tertuang Aroon mengibas - ibaskan karung itu. Akan tetapi ternyata di dalamnya.masih ada, sehingga kotoran itu jatuh tepat di atas kepala Cyra.
"Tuaannnn!!!" teriak Cyra histeris, rambutnya penuh dengan kotoran S1api. "Apa yang tuan lakukan?!"
"Ups, sorry cyra. Aku.. Aku___."
"Aku apa! Tuan pasti sengaja kan?!" Cyra tampak geram. Giginya gemeretak.
"Aku bersumpah itu tidak sengaja. Aku tidak tahu kalau di dalam masih ada kotorannya."
"Bohong! Awas!"
"Hei aku tuanmu, bersikaplah yang sopan."
"Masa bodoh!" Cyra mengambil segenggam kotoran Sapi dan melemparkannya hingga mengenai dada Aroon.
"Oh berani kamu ya!" Aroon mengambil rumput untuk pakan Sapi bersiap melemparkannya.
Cyra berjalan mundur. "Ampun tuan. Jangan!" mohonnya sambil berlari menghindar. Terjadilah kejar - kejaran.
"Perang!!!" teriak Omar yang juga melempar dedak ke tubuh Olif.
"Omar!!!" teriak Olif.
Omar, Olif dan Gio tidak mau kalah. Mereka juga melakukan kejar - kejaran.
Sementara itu Cyra yang larinya tidak begitu kencang dengan mudah tertangkap oleh Aroon. Hanya dengan satu tangan Aroon menarik pinggang Cyra dan memeluknya dari belakang. Tangan yang satunya menimpuk kepala Cyra dengan rumput.
"Ampun tuan jangan!"
"Tiada ampun bagimu. Hahahahahhh!" Aroon menikmati momen itu. Ia terus memeluk Cyra dari belakang. Pelukan yang erat sehingga Cyra tidak berkutik lagi.
"Ampun tuan. Saya menyerah." ucapnya dengan napas tersengal - sengal.
"Bagus."
Cyra berhenti meronta - ronta. Akan tetapi Aroon sepertinya enggan melepaskan pelukannya. Itu terlalu nyaman. Beberapa menit mereka dalam posisi itu. Hingga___
"Tuan, lepaskan saya." pintanya lirih.
Seakan tersadar dari perbuatannya dan malu, membuat sikap Aroon menjadi canggung. "Mandi sana, kamu bau kotoran."
☘️☘️☘️☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
sepertinya Aroon baru menemukan dunianya kembali sama si Cyra niy😄😄
2024-06-03
0
Betty Aelah
ampuuunn.. aq smp terbahak² lucu amat mereka
2024-05-17
0
Itsaku
waah... waaah... aku jadi malu🙈
2023-09-03
0