Cyra kalau sudah mempunyai tekad maka ia akan berusaha sekeras mungkin untuk mewujudkannya. Apalagi ini adalah hal yang benar. Gio berhak mendapat kebahagiaan.
Saat ini ia sudah berdiri di depan pintu ruang kerja Aroon. Sebelum mengetuk ia menarik napas panjang dan tak lupa berdoa.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk."
"Selamat malam tuan."
"Malam. Ada perlu apa?"
Cyra menyerahkan sebuah kertas di depan Aroon.
"Apa ini?"
"Itu adalah gambar yang dibuat oleh Gio waktu kita mengadakan pelajaran tentang seni. Saya menyuruh Gio untuk menggambarkan sesuatu yang ingin dia lakukan bersama dengan orang yang dia cintai."
"Terus."
"Dan tuan bisa melihat di gambar itu apa yang diinginkan oleh Gio."
"Ini aku?" tanya Aroon sambil menunjuk ke gambar
"Yah betul itu tuan dan sebelahnya lagi adalah Gio. Tuan dan Gio sedang bergandengan tangan dalam keadaan bahagia karena merayakan ulang tahun bersama. Itu ulang tahun Gio. Jadi Gio ingin merayakan ulang tahunnya bersama dengan tuan."
Aroon terdiam, matanya tampak menyala penuh kemarahan dan tangannya bergetar memegang kertas gambar di depannya. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada penuh penekanan.
"Jadi maksud saya, sebagai guru saya ingin mewujudkan hal - hal yang ingin dilakukan oleh anak didik saya. Karena menurut saya perayaan ulang tahun bukanlah suatu hal yang salah."
"Bukan suatu hal yang salah?" tanya Aroon. "Tahu apa kamu tentang ulang tahun Gio?!"
"Maaf karena saya mencari tahu tentang hal itu. Kenapa selama ini Gio tidak pernah merayakan ulang tahunnya."
"Lancang kamu!"
"Saya melakukan ini demi kebahagiaan anak didik saya. Dan itu tugas saja."
Braakkk!!! Aroon mengebrak meja. "Stop! Hentikan! Sebelum aku benar - benar marah padamu!"
"Saya tidak akan berhenti sampai disini dan saya akan terus berjuang untuk Gio." jawab Cyra. "Tidakkah menurut anda ini tidak adil untuknya. Dia seorang anak yang tidak tahu apa - apa. Tapi tuan justru mengorbankan kebahagiannya untuk kesedihan anda sendiri. Tidakkah anda merasa ini terlalu egois."
"Kamu aku bayar untuk mendidik anakku! Bukan untuk mencampuri urusan pribadiku! Mengerti!"
"Saya tidak ingin mencampuri kehidupan pribadi tuan. Tapi tidakkah tuan sekali ini saja berkorban demi kebahagiaan Gio." jawab Cyra tak kalah sengitnya. "Gio anak tuan satu - satunya. Hal yang paling berharga yang ditinggalkan nyonya Davira untuk tuan. Seharusnya tuan merawat, memberikan perhatian dan membahagiakannya. Tapi yang saya lihat justru sebaliknya, seorang anak yang tumbuh tanpa perhatian karena ayahnya larut dalam kesedihan. Sungguh egois dan ironis sekali."
"Diam! Diam kamu!" teriak Aroon. "Tahu apa kamu tentang rasanya kehilangan?" Aroon mencengkeram rahang Cyra.
"Jangan pernah merasa hanya anda yang punya masalah berat di dunia ini tuan. Setiap mahluk hidup pasti akan diuji oleh tuhannya. Ini tentang bagaimana kita bangkit setelah keterpurukan. Dan saya sangat kecewa seorang pria dan juga seorang ayah yang berpendidikan tinggi mengatasai masalah hidup dengan larut dalam kesedihan. Seharusnya anda survive."
"Keluar! Keluaarr!!!" teriak Aroon sambil menghempaskan Cyra. "Keluar! Sebelum aku bertindak diluar kontrol!"
Cyra berdiri, matanya berkaca - kaca karena merasakan sakit di rahang akibat cengkeraman Aroon. "Saya akan keluar. Tapi jika anda mengira saya akan menyerah itu salah. Saya tidak akan menyerah dan terus berjuang demi kebahagiaan Gio anak didik saya." ucap Cyra. "Ini proposal ulang tahun Gio yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Saya harap tuan membacanya dan memberikan ijin." Cyra meletakkan proposal itu di meja Aroon yang sedang memalingkan muka.
"Saya permisi tuan." pamit Cyra segera meninggalkan ruang kerja Aroon. Begitu ia keluar langsung terduduk lemas, kaki dan tangannya gemetar. Berulang kali ia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan - pelan untuk menenangkan emosinya.
"Bapak sama anak sama - sama keras kepalanya."
🍀🍀🍀🍀
Pagi itu Gio menginginkan belajar di luar. Mereka belajar menanam bunga. Cyra memilih tempat yang dekat dengan rumah utama.
"Gio, apa bunga kesukaan Mae Davira?"
"Waktu kecil selalu ada bunga mawar di kamarku. Mungkin itu bunga kesukaan Mae."
"Baiklah, kali ini kita akan membuat taman kecil dan kita akan menanan mawar di dalamnya. Bagaimana?"
"Yah, aku mau."
"Omar dan Olif tolong ambil cangkul, sekop dan ember. Kita akan membuat taman kecil untuk Mae Davira."
"Baik bu guru."
Mereka berdua segera ke gudang peralatan, mengambil beberapa alat yang digunakan. Dengan suka cita mereka membuat taman kecil. Taman itu dibuat oleh Gio untuk ibunya.
Setelah hampir empat jam.
"Yeay akhirnya selesai juga." teriak Gio.
"Kamu berhasil Gio. Good job." puji Cyra.
"Tuan muda keren." puji Omar dan Olif sambil tertidur di rerumputan karena capek.
"Aku ambilkan kalian makanan dan minuman di dapur. Kebetulan tadi pagi aku buat kue." Cyra segera mencuci tangannya dengan bersih dan ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman.
Tak berapa lama ia kembali. "Ayo kita makan dan minum dulu."
Omar menuangkan orange juice ke dalam gelas dan meminumnya. "Huh segarnya."
"Enak yang ini." puji Olif sambil menggigit roti buatan Cyra.
"Semua terasa enak karena kita lapar dan juga kebersamaan." jelas Cyra.
"Bu Cyra."
"Ya Omar."
"Apakah sudah berhasil membujuk tuan?"
"Belum. Beberapa hari ini ia selalu menghindariku."
"Padahal ulang tahun tuan muda kurang dua hari lagi." sahut Olif.
"Bu Cyra, kalau Phoo tidak setuju aku tidak keberatan."
"Tidak Gio, kita jangan menyerah dulu. Masih ada waktu." jawab Cyra. "Serahkan masalah ini padaku, percayalah aku pasti bisa."
"Semangat bu Cyra." ucap Omar dan Olif.
Sementara itu sepasang mata memperhatikan mereka dari tadi. Semenjak taman itu dibuat hingga selesai.
🍀🍀🍀🍀
"Tuan.. Tuan.. Tunggu sebentar tuan." Cyra mengejar Aroon yang kebetulan sedang lewat. Ia tidak menyia - nyia kesempatan ini.
"Pergi! Jangan ganggu aku!"
"Sebentar saja tuan. Beri saya waktu."
"Kalau masalah ulang tahun Gio aku tidak mau mendengar. Aku tetap pada keputusanku."
"Tuan tolong. Sebentar saja dan saya tidak akan menyerah." Cyra berusaha meyakinkan Aroon. Akan tetapi sepertinya ia belum berhasil menggerakkan hati Aroon. Cyra hampir saja kehilangan akal, ia terpaksa menarik tangan Aroon dan membawanya kesuatu tempat.
"Hei apa yang kau lakukan?!" teriak Aroon. "Lepaskan!"
"Maaf tuan, ini saya lakukan karena terpaksa." Cyra terus menarik tangan Aroon dan membawanya ke taman yang tadi dia buat bersama Gio.
"Apa ini?"
"Lihat ini tuan. Ini adalah taman buatan Gio. Ia membuat taman ini untuk nyonya Davira." Cyra menjelaskan sambil terengah - engah karena sudah menarik badan besar Aroon.
Aroon hanya diam mendengar penjelasan Cyra.
"Ini bunga mawar kesukaan nyonya Davira bukan? Walaupun saat nyonya meninggal, Gio masih berumur dua tahun tapi ia sudah bisa merasakan kenangan akan hadirnya nyonya dan itu terbukti dengan Gio tahu bunga kesukaan nyonya."
Aroon melihat kembali taman yang dibuat oleh putra semata wayangnya. Yah Davika memang menyukai bunga mawar kenang Aroon.
"Saya tahu tuan sangat mencintai nyonya Davira, tapi tuan melupakan hal berharga yang nyonya tinggalkan untuk tuan. Itu artinya sama saja dengan tuan tidak menghargai pengorbanan nyonya Davika."
"Cukup Cyra." ucap Aroon dengan suara lirih.
"Tuan, silahkan mencintai nyonya seumur hidup tuan tapi tolong jangan abaikan Gio. Dia sangat membutuhkan perhatian tuan. Tuan harus bangkit dari keterpurukan." Cyra menatap Aroon dengan tatapan nanar.
"Cyra."
"Ya tuan."
"Jangan bicarakan masalah ini lagi, aku anggap ini yang terakhir." ucap Aroon dan kemudian meninggalkan Cyra sendiri.
"Saya tidak akan menyerah tuan! Saya akan menunggu tuan disini hingga memberikan persetujuan." teriak Cyra. Tapi Aroon terus melangkah pergi tanpa menghiraukannya.
Malam ini Cyra tetap menunggu Aroon di taman buatan Gio. Berdasarkan keterangan Fahri, tuan sedang keluar dan biasanya akan pulang larut malam. Itu kebiasaan tuan jika mendekati hari kematian nyonya Davira. Bahkan terkadang tuan pulang dalam keadaan mabuk.
Berulang kali Cyra melihat jam ditangannya.
Jam sebelas malam, kenapa tuan belum pulang. Duh mana dingin lagi, Cyra menutup jaketnya. Ia duduk bersila di dekat taman. Disampingnya ada proposal ulang tahun Gio.
"Cyra."
"Pak Uo."
"Sudahlah, hentikan usahamu itu. Tuan kalau sudah punya keputusan tidak akan merubahnya lagi. Apalagi ini menyangkut hari kematian nyonya Davira."
"Aku hanya ingin mengubah pandangannya. Orang boleh saja bersedih tapi jangan sampai mengabaikan orang yang selalu berada disamping kita."
"Butuh waktu, tuan hanya butuh waktu."
"Dia itu laki - laki pengecut, egois dan mementingkan diri sendiri. Ini sudah empat tahun berlalu. Boleh saja terus mencintai nyonya tapi harusnya ia bangkit demi putranya."
"Yah hati orang siapa yang tahu." jawab Syamsudin. "Masuklah, malam semakin dingin. Aku tidak mau kamu sakit."
"Tidak Pak Uo, aku akan tetap disini sampai tuan benar - benar mau tanda tangan proposal ini."
"Ya sudahlah, kalian itu sama - sama keras kepala." ucap Syamsudin. "Aku ngantuk, aku mau istirahat."
"Terima kasih sudah menemaniku Pak Uo."
Syamsudin meninggalkan Cyra sendiri. Berulang kali Cyra menggigil kedinginan. Secangkir kopi panas tidak bisa menghilangkan rasa dingin yang menusuk sampai ketulang. Cyra mengumpulkan beberapa ranting kering dan membuatnya api unggun. Yah lumayanlah untuk menghalau rasa dingin.
Mata Cyra mulai tidak bisa dikondisikan, ia mengantuk. Akhirnya robohlah pertahanan Cyra, ia tertidur di depan api unggun.
Waktu menunjukkan pukul satu malam, Aroon kembali ke rumah. Setelah memarkirkan mobilnya ia segera masuk kedalam. Tapi baru beberapa langkah ia berhenti. Ia menoleh ke arah taman buatan Gio. Dalam hati ia penasaran apakah benar Cyra akan menunggunya semalaman.
Awalnya ia ragu, tapi rasa penasaran itu mengalahkan semuanya. Ia melangkahkan kakinya menuju ke taman, dan terkejutlah ia yang melihat Cyra tertidur meringkuk di sana tanpa alas dan hanya dihangatkan oleh jaket dan api unggun.
"Gila! Kau benar - benar keras kepala." gumam Aroon. Ia mendekat dan melihat tangan Cyra menggenggam sesuatu, yah itu adalah proposal ulang tahun Gio. Dengan perlahan ia membukanya, membacanya pelan - pelan. Matanya berkaca - kaca karena di dalam proposal itu ada keinginan anak semata wayang buah cinta ia dengan istrinya.
"Maafkan Phoo, Gio." gumam Aroon sambil menghela napas. Ia segera membopong Cyra masuk kedalam kamarnya. Sesampai dikamar ia meletakkan tubuh Cyra dengan perlahan, menyelimutinya dan meletakkan proposal itu di samping tempat tidurnya. "Gadis bodoh." umpatnya sebelum keluar dari kamar Cyra.
🍀🍀🍀🍀
"Oahammm." Cyra menguap dan meregangkan otot - ototnya. Hingga___
Hah dimana aku pikirnya. Kenapa aku dikamar? Siapa yang membawaku kesini? banyak pertanyaan yang muncul dibenak Cyra. Tunggu mana proposal itu?
Cyra mengedarkan pandangan disekitarnya dan akhirnya tertuju pada meja disamping tempat tidurnya.
Dengan segera ia menyibak selimut dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia membuka proposal itu dan alangkah terkejutnya dengan apa yang dilihatnya. Sebuah tanda tangan persetujuan dari Aroon.
"Yesss! Aku berhasil!" teriaknya kegirangan. Ia bahkan melompat - lompat dan menari - nari.
Ia berlari keluar kamar dan mencari keberadaan Aroon.
"Bik Tika mana tuan?"
"Kalau jam segini pasti di kebun." jawab bik Tika. "Ada apa?"
Cyra langsung berlari meninggalkan bik Tika tanpa menjawab apa - apa. Ia mencari di kebun dan benar saja sosok Aroon yang gagah itu sedang mengecek tanaman hasil panen.
"Tuan Aroon!" panggil Cyra dari kejauhan sambil melambaikan proposal ditangannya. Ia berlari mendekat dan hap, ia memeluk tubuh Aroon karena luapan kegembiraan yang dirasakannya. "Terima kasih tuan." peluknya dengan erat.
Aroon hanya diam saja tak bergerak sama sekali. "Ehem." ia berdehem beberapa kali.
Cyra masih saja memeluk tubuh itu.
"Cyra lepas." perintah Aroon.
Seakan tersadar dari perbuatannya Cyra segera melepas pelukannya dan mundur beberapa langkah. "Maaf tuan, saya terlalu gembira." ucap Cyra menjelaskan. untuk sepersekian detik kecanggungan ada diantara mereka. "Hmm tuan terima kasih sudah menyetujui propsal ini."
"Hmm. Demi Gio." jawab Aroon. "Tapi ingat jangan sampai ada kegaduhan di acara nanti."
"Baik tuan saya janji akan memberikan perayaan ulang tahun yang tidak akan dilupakan oleh Gio." janji Cyra.
🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
wah ini yang dibilang usaha ga menghianati hasil yah Ra,,,
2024-06-02
0
yulia ningsihoskxkdx 12A vbvb
syukaaaaaaa.....
2023-02-11
0
Anisul Mukaromah
aaroon yang orang tua kandung malaha abai dan cyra yang hanya seorang guru yang justru dengan keras mengusahakan kebahagiaan gio haissss tak patut
2023-02-11
0