"Wow, Kamar ini bagus sekali." Cyra mengedarkan pandangannya dan mengagumi setiap sudut dari kamarnya itu. Ia segera melompat ke atas tempat tidur. "Hmmm empuknya." Ia berguling ke sana kemari mencium sprei yang sangat wangi dan lembut. Benar - benar seperti di surga pikirnya.
"Sepertinya aku harus telepon ayah dan ibu." Cyra segera mengambil handphone nya dan melakukan panggilan video.
Tak berapa lama.
"Halo Cyra."
"Hai Ayah." Cyra melambaikan tangan di depan layar handphone nya.
Tampak ayahnya sedang istirahat di teras rumah. Tak lama kemudian ibu datang dan ikut bergabung bersama mereka.
"Bagaimana kabarmu di sana nak?"
"Baik bu. Dan lihat ini." Cyra mengedarkan handphone ke setiap sudut kamarnya agar orang tuanya bisa melihat fasilitas yang diberikan olehnya.
"Wah kamarmu bagus sekali." puji ayah.
"Aku beruntung, yah. Walaupun tuan Aroon itu arogan dan jarang tersenyum tapi jika menyangkut pekerja di rumahnya ia memberikan fasilitas yang terbaik."
"Kapan kamu diijinkan pulang? Baru kamu tinggal tiga hari saja ibu sudah kangen."
Cyra terdiam sejenak dan kemudian tersenyum. "Ibu tenang saja, tuan Aroon memberi ku cuti tiga bulan sekali."
"Yah lama sekali." ucap ibu kecewa.
"Eh kamu itu harus mendukung Cyra, jangan menambah beban pikirannya."
"Ini pertama kalinya kita jauh darinya pak."
"Ayah dan ibu tidak perlu khawatir. Nanti kalau sudah terima gaji aku akan membeli tiket untuk kalian agar bisa datang ke Bogor. Kebetulan gaji yang aku terima sangat besar."
"Benarkah?" mata ibu terbelalak senang.
"Benar bu. Nanti sebagian akan aku kirim ayah dan ibu."
"Tidak perlu seperti itu, kamu tabung saja buat masa depanmu nanti."
"Tidak apa - apa Ayah, walau uang itu aku kirimkan ke ayah dan ibu masih cukup kok buat aku tabung sendiri."
"Baiklah, kalau itu maumu."
Tiba - tiba. Tok! Tok! Tok! pintu kamar Cyra diketuk oleh seseorang.
"Ayah, ibu aku sudahi dulu ya. Sepertinya ada yang mengetuk pintu kamarku."
"Ya selalu jaga dirimu disana, sampaikan salam kami untuk Pak Uo mu."
"Baik ayah, ibu."
Panggilan di akhiri. Cyra segera beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar.
"Omar?"
"Ini daftar buku - buku yang di suka tuan muda."
"Terima kasih Omar. Akan aku cari di perpustakaan."
"Bu Cireng sudah tahu letaknya?"
"Sudah, tadi Pak Uo yang memberitahuku."
"Pak Uo?"
"Oh pamanku, pak Syamsudin." Cyra menjelaskan.
"Kapan ibu mau ke sana?"
"Sebentar lagi, beres - beres bajuku masih kurang sedikit lagi."
"O..o.. Baiklah kalau begitu. Saya permisi bu Cireng."
Cyra hanya tersenyum dan kemudian masuk lagi ke dalam. Walaupun sejatinya ia sangat tidak suka di panggil bu Cireng, tapi apa boleh buat yang penting Gio nyaman dulu dan tidak menganggapnya sebagai suatu ancaman.
Setelah selesai menata baju dan peralatan yang lainnya Cyra segera mandi karena ini sudah sore. Kali ini Cyra memakai kaos oblong dan celana jeans belel, dengan rambut di cepol keatas ia segera membawa catatan yang diberikan Omar tadi menuju ke perpustakaan.
Dengan perlahan ia membuka pintu dan alangkah terkejutnya ia dengan apa yang dilihatnya. Ruangan ini penuh dengan buku yang tertata rapi, benar - benar mirip dengan perpustakaan milik pemerintah. Cyra tersenyum senang karena ia sebenarnya juga hobi membaca. Karena keterbatasan uang ia hanya bisa meminjam di perpustakaan umum dan terkadang membacanya secara online di internet.
Ia segera masuk dan berkeliling melihat - lihat isi perpustakaan. Ada juga kursi santai yang bisa digunakan untuk membaca. "Wah bisa - bisa aku tertidur disini karena keasyikan membaca." gumamnya.
Cyra segera kembali dengan niat awalnya yaitu mencari buku kesukaan Gio. Jika memang nanti diijinkan tuan Aroon aku akan meminjam beberapa buku disini pikir Cyra.
Ternyata penataan buku ini urut sesuai dengan abjadnya, jadi ia tidak akan kesulitan. Cyra segera mencari buku - buku itu. Total ada enam buku, buku ke satu sampai ke lima sudah ia dapatkan, cuma buku ke enam yang agak sulit. "Apa mungkin yang di rak atas itu ya." gumamnya sendiri. Ketika Cyra disibukkan dengan buku terakhir, tiba - tiba saja pintu menutup sendiri dan terkunci. Braakkk!!!
"Hei, siapa itu?!" teriaknya. Ia memutuskan mendekat ke sumber suara. Ceklek! Ceklek! Ceklek! Cyra berulang kali mencoba membuka pintunya.
"Hei! Siapa yang diluar sana! Tolong aku!" teriaknya. Ia merogoh saku celananya dan "Ah sial, handphoneku ketinggalan." umpatnya panik.
Ia kemudian menggedor - gedor pintu lebih keras lagi dengan harapan ada orang yang lewat dan mendengarnya. Brakk! Brakk! Brakk! "Tolong! buka pintunya, aku terkunci di dalam!"
Sudah hampir tiga puluh menit Cyra berteriak - teriak akan tetapi tidak ada yang menolongnya. Ia duduk dilantai dan menyandarkan tubuhnya pada pintu.
"Tenang kamu harus tenang Cyra, jangan panik. Ayo berpikir." ia bicara untuk menyemangati dirinya sendiri. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan - pelan. Itu ia lakukan berulang - ulang hingga bisa berpikir jernih kembali. Tiba - tiba ia teringat ada sebuah jendela kecil untuk ventilasi udara, kalau ia memanjat dan lewat disana sepertinya ia bisa keluar. Cyra melihat jam di sana dan ini sudah hampir malam. Sebenarnya yang ia takutkan adalah jika sewaktu - waktu Gio mencarinya dan ia tidak ada pasti Omar dan Olif akan melaporkan hal itu pada Aroon dan bisa jadi ia akan dianggap tidak bertanggung jawab. Pemecatan adalah ancamannya.
Dengan susah payah ia mengambil kursi dan berusaha membuka jendela dan "Yes! Berhasil." Cyra segera memanjat sambil memegangi buku yang ia cari tadi. Baru sampai setengah ia melihat ke bawah. "Waduh tinggi juga, mudah - mudahan aku bisa lompat." doanya. Pertama ia melempar buku itu ke bawah dengan hati - hati setelah itu ia berusaha turun.
"Hei apa yang kau lakukan!"
"Ttu.. Ttuan Aroon?"
"Apa yang kau lakukan?!"
"Maaf tuan saya terkunci di dalam."
"Jangan mengada - ada! Ayo turun!" perintah Aroon.
"Iiyy,, Iiyya tuan, tapi tuan minggir dulu saya mau lompat."
"Kau gila! ini tinggi!"
"Bisa! Saya bisa. Tuan tenang saja. Tolong minggir dulu."
Sebenarnya Cyra tahu tembok ini sangat tinggi, tapi ia nekat daripada kena marah. Paling juga tubuhnya sakit dan yang paling parah kakinya patah. Dengan memejamkan mata dan terus melantunkan doa ia mulai melompat dan...
Hah ternyata tidak sakit pikirnya dalam hati. Ia tersenyum lega, kakinya tidak patah.
"Buka matamu bodoh!"
Loh kok suara tuan Aroon terdengar dekat pikirnya sambil mengernyitkan dahi. Perlahan Cyra membuka matanya, seketika matanya membelalak ketika mengetahui realitanya. Ia tidak menyangka jika jatuh tanpa merasakan sakit itu karena Aroon yang menangkapnya.
"Maaf tuan." Cyra segera melangkah mundur. Menjauh dari Aroon. "Maafkan saya." ucapnya berulang - ulang.
"Ehem.. Apa yang terjadi?"
"Tadi saya baru mencari buku yang dibutuhkan oleh Gio, tapi sepertinya pintu perpustakaan itu rusak."
"Rusak?"
"Iya tuan, pintu itu tertutup sendiri dan mengunci." Cyra menjelaskan dengan yakin.
"Di rumahku tidak pernah ada barang yang rusak karena selalu dilakukan pengecekan secara berkala."
Wah jangan - jangan hantu pikir Cyra tergidik.
"Saya tidak bohong tuan."
"Terus kenapa melompat dari jendela?"
"Saya meminta pertolongan tapi tidak ada yang dengar, kalau saya tidak lewat jendela bisa - bisa saya ditemukan mati lemas dalam perpustakaan ini."
Hmm masuk akal juga penjelasannya pikir Aroon. "Ayo kita cek pintunya."
"Baik tuan."
Cyra mengikuti langkah Aroon dan apa yang terjadi ketika mereka tiba disana. Pintu perpustakaan dalam keadaan terbuka.
"Berani kau berbohong!"
"Saya bersumpah tuan, pintu ini tadi terkunci. Dan tidak mungkin juga saya sengaja membahayakan diri saya dengan melompat dari jendela."
Benar juga yang dikatakan wanita ini pikir Aroon "Kali ini aku maafkan, tapi jika kau membuat keributan seperti ini lagi maka aku tidak segan memecatmu."
"Bbbaik ttuan. Maaf." ucap Cyra tertunduk.
Aroon segera meninggalkannya sendiri.
Rumah ini berhantu pikir Cyra sambil sedikit berlari menuju ke kamarnya.
Ada sepasang mata yang berbinar melihat itu semua.
🍀🍀🍀🍀
Setelah makan malam Cyra memutuskan untuk beristirahat, Gio tidak mau belajar lagi karena capek. Sedangkan Aroon keluar karena akan bertemu dengan klien. Di dalam kamar Ia terus memikirkan kejadian tadi sore. Pasti ada penjelasan yang realistis. Tidak mungkin ini perbuatan hantu.
Cyra terus berpikir ia tidak dengan mudah percaya dengan hantu. Tiba - tiba..
"Loh kok lampunya padam." gumamnya. Ia mengambil handphone dan menyalakan senter.
Aneh, kok bisa padam. Rumah sebesar ini apa tidak punya genset ya pikirnya. Ia melangkah keluar kamar untuk melihat kenapa lampu bisa padam.
Baru ia memegang gagang pintu lampu tiba - tiba menyala kembali. "Oh mungkin ada pemadaman." Cyra kembali lagi ke tempat tidur, ia akan membaca buku - buku kesukaan Gio sehingga tahu karakter dari anak ini.
Cyra membuka halaman pertama, akan tetapi tiba - tiba lampu padam kembali. Ia tidak segera menyalakan senter, pikirnya pasti akan segera nyala kembali seperti tadi.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamarnya ada yang mengetuk
"Siapa?"
Sepi tidak ada jawaban.
"Siapa diluar?"
Lagi - lagi tidak ada jawaban.
Akhirnya mau tidak mau Cyra menyalakan senter, ia melangkah keluar untuk membuka pintu. Baru saja beberapa langkah ia mencium seperti aroma bunga yang sangat wangi.
"Aroma apa ini? Apakah rumah ini benar - benar berhantu?" gumamnya. "Tidak, aku harus memastikan sendiri ini hantu atau perbuatan manusia. "Awas kalau sampai ketangkap. Kau sudah menganggu ketenanganku." gumamnya geram.
Cyra membuka pintu dan mengarahkan senter untuk menerangi jalannya. Tiba - tiba sekelebat bayangan putih melintas di lorong dan kemudian menghilang di belokan.
Hah apa itu pikirnya. Jantungnya berdebar - debar. Dengan cepat ia mengikuti bayangan putih itu. Beruntung ia sudah hapal dengan setiap detail rumah ini dan itu memudahkannya.
Kemana bayangan putih itu tadi jelas belok kesini, Cyra mengedarkan senternya dan brakk! Srett! Srett!
"Hei siapa itu?!" teriaknya.
Bayangan putih itu melintas dan lagi - lagi hilang dibelokan. Cyra mengarahkan senter itu tepat dimana bayangan putih itu berbelok.
Tunggu jika lewat sebelah sana aku bisa menghadang bayangan putih itu, karena jalan ini akan tembus ke belokan itu. Dengan setengah berlari Cyra segera melewati lorong itu dan benar saja, ia seperti mendengar sesuatu.
Hmmm ini pasti manusia, tidak mungkin hantu bisa berbicara pikirnya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Ia mencuri dengar apa yang mereka bicarakan.
"Tuan muda, bu Cireng seperti ketakutan." bisik Omar.
"Yes kita berhasil, bagus kerja kalian." ucap Gio senang.
"Selanjutnya apa?" tanya Olif.
"Kamu itu bodoh atau bagaimana, tentu saja terus menakutinya." ucap Omar.
"Sssssttt! jangan keras - keras." Gio memperingatkan. "Takuti sampai bu Cireng pingsan."
"Baik tuan muda." jawab mereka bersamaan.
O..o.. jadi ini perbuatan mereka. Belum menyerah rupanya pikir Cyra sambil tersenyum. Bisa jadi kejadian sore tadi di perpustakaan adalah perbuatan mereka. Pantas saja tiba - tiba menyerahkan buku kesukaan Gio, ternyata berusaha menggiring aku ke perpustakaan dan menjebak disana.
Muncul ide brilian di dalam benak Cyra. Hantu harus dilawan dengan hantu.
Cyra segera berjalan ke dapur yang letaknya tidak jauh dari sana. Cyra mengambil tepung dan mengusapkannya di wajah hingga merata. Ia juga merendam tangannya dengan air es sehingga terasa dingin. Tak lupa ia juga mengambil taplak warna putih dan dikerudungkan di kepala.
"Kita lihat saja siapa yang akan lari tunggang langgang." gumam Cyra.
Sementara itu...
"Olif kemana perginya bu Cireng?"
"Mana aku tahu, tadi di sekitar sini." jawab Olif
"Jangan - jangan sudah pingsan."
"Kalau pingsan sudah pasti tergeletak disini, bodoh!"
Omar dan Olif masih sibuk mencari keberadaan Cyra.
"Omar.. Omar." panggil Olif berulang kali.
"Apa sih? Ganggu aja."
"Ini bau apa?"
Omar segera sadar jika tercium bau busuk dan wangi bunga yang menyengat.
Tiba - tiba saja ada yang memegang pundak Olif. Dan ia mengira itu adalah Gio.
"Tuan muda kenapa ikut kesini?" tanya Olif.
Tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Justru yang ia rasakan adalah tangan yang dingin.
"Tuan.. Tuan muda." panggilnya. Olif membalikkan badan dan terkejutlah. Tubuhnya kaku dan tidak bisa bergerak sama sekali. "Omar.. Omar.. Omar."
"Apalagi sih!" teriak Omar kesal karena Olif terlalu berisik. Ia membalikkan badan untuk melihat Olif dan
"Aaaccchh!!! Hantu!!!" teriaknya. Ia langsung lari meninggalkan Olif.
"Omar jangan tinggalkan aku!!!" teriak Olif sambil menangis ketakutan. Ia berusaha melepaskan diri dari pegangan hantu itu dan kemudian berlari menyusul Omar.
"Hahahahhh." Cyra tertawa terbahak - bahak melihat mereka yang lari tunggang langgang. "Heh rasakan!"
Nah tinggal satu lagi. Tunggu saja tuan Gio, mudah - mudahan dengan adanya ini bisa membuatmu kapok pikir Cyra.
Dengan cepat ia menuju tempat dimana Gio bersembunyi. Dengan mengenakan taplak putih ia berdiri di dekat Gio.
Cyra segera mengeluarkan suara yang serak tapi lirih. "Tuan mudaaaa."
"Kemana saja sih kalian? Kenapa lama sekali." balas Gio kesal. Ia segera membalikkan tubuhnya dan "Aaaccchh!!! Hantu!!!" teriaknya ketakutan. "Olif! Omar! Tolong aku!" teriak Gio sambil berlari.
Cyra segera melepas taplak putih dari kepalanya dan merasa puas dengan hasil kerjanya. "Heh Cyra Hanifa dilawan." gumamnya sombong.
Setelah menyalakan saklar listrik ia segera kembali ke kamarnya untuk membersihkan wajahnya yang putih penuh tepung.
Malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak karena puas bisa membalas jebakan mereka.
🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
LENY
PASTI ADA YG PROVOKASI BAHWA GURU2 MSU DEKATIN TUAN AROON
2024-07-27
0
Sugiharti Rusli
oh ternyata guru" yang selama ini ga betah karena disamping dikerjain juga ditakut-takuti oleh mereka rupanya😁😁
2024-06-02
1
Lerry Berliani M
baca part ini gue sampe ngakak🤣🤣
2023-08-07
2