Dengan napas terengah - engah Cyra akhirnya bisa menghindari pria berpenampilan seperti preman tadi.
"Huff, syukurlah aku bisa selamat." ucapnya lirih sambil menepuk - nepuk dadanya bernapas lega.
Ia segera memarkirkan sepedanya dan membeli sarapan. Aroma nasi uduk membuat perut Cyra semakin keroncongan. Setelah membeli dua bungkus ia segera kembali ke rumah Syamsudin.
Cukup lama Cyra diam mematung di depan cermin. Ia melihat penampilannya yang bisa dibilang sangat sederhana. Dengan mengenakan celana panjang berbahan kain warna mocca dipadukan dengan kemeja warna cream.
"Hufh kenapa penampilanku tidak menarik sama sekali." gumamnya. Ia kembali melihat baju di dalam kopernya, tapi segera ia urungkan karena memang itu baju terbaik yang ia punya. "Ah masa bodoh dengan penampilan, yang penting bersih dan rapi." gumamnya lagi.
Ia menarik napas panjang sebelum memutuskan keluar rumah menuju perkebunan. Ia melirik jam tangan. Hmmm sudah setengah sembilan, aku berangkat sekarang saja putusnya kemudian. Perjalanan dari rumah Pak Uo nya sampai ke perkebunan hanya lima belas menit dengan menggunakan sepeda. Di jamin tidak akan terlambat.
Dan benar saja tidak sampai lima menit Cyra sudah sampai di gerbang perkebunan dimana Syamsudin bekerja. Dimana Pak Uo ya, pikirnya. Ia mengedarkan pandangannya tapi pria yang dicari tak kunjung ia temukan. Apa aku langsung masuk saja pikirnya lagi. Cyra terdiam cukup lama. Ah sudahlah aku langsung masuk saja putusnya.
Dengan menuntun sepedanya ia berjalan menuju ke rumah utama dari perkebunan. Sebelum sampai di rumah utama ia harus melewati jalan setapak yang dikanan kirinya terdapat pagar yang terbuat dari tanaman. Cyra tersenyum karena nantinya ia akan menikmati pemandangan seindah ini. Namun tiba - tiba.
"Awas kalian nanti, akan aku laporkan ke polisi! dasar kurang ajar!" umpat seorang wanita.
Hampir saja Cyra tertawa melihat kondisi wanita itu yang seluruh badannya gosong dengan rambut yang penuh tepung.
"Hei nona apa yang kau tertawakan?"
"Maaf aku tidak tertawa." jawab Cyra.
"Hati - hati dengan penghuni rumah itu! semuanya gila! gila!" teriaknya memperingatkan.
"Yyya." jawab Cyra gugup.
"Ingat hati - hati!" teriak wanita itu lagi sambil berlari keluar dari perkebunan.
Apa yang terjadi pada wanita itu? Kenapa nasibnya sangat tragis? Apa aku kabur saja? Tidak.. tidak.. aku tidak mau jadi pengecut pikirnya. Apalagi aku belum tahu persis dengan apa yang terjadi. Ia menarik napas panjang lagi dan memutuskan untuk terus masuk ke dalam.
Aneh kenapa tempat ini sepi. Cyra mencari orang untuk menanyakan keberadaan Pak Uo nya. Dan akhirnya ia menemukan seorang pria memakai topi sedang merawat sebuah tanaman.
"Permisi." sapanya.
Pria itu hanya diam tidak menoleh sama sekali.
Apa suaraku kurang keras. "Maaf permisi." sapanya lagi dengan suara agak keras. Dan ternyata membuahkan hasil. Pria bertopi itu menghentikan kegiatannya dan berbalik ke arah Cyra. Deg.. Deg.. Deg..
Aduh sial benar nasibku, itu pria yang tadi pagi mobilnya aku lempar batu. Ternyata ia bukan preman tapi pekerja perkebunan. Mudah - mudahan ia tadi tidak mengenaliku. Aku pura - pura saja berlagak baru bertemu. Cyra segera mencoba tersenyum menyembunyikan wajahnya yang terkejut.
"Maaf, saya mencari pak Syamsudin apa dia ada?"
Pria itu hanya memandang tajam ke arah Cyra tanpa menjawab sepatah kata pun.
"Saya keponakan pak Syamsudin. Apa dia ada?"
Pria itu masih saja diam.
Waduh jangan - jangan dia mengenaliku pikir Cyra. Baru seorang pekerja saja sudah sombong. Nanti kalau sudah ketemu Pak Uo akan aku laporkan perbuatanmu.
"Maaf bisa sa___." belum selesai Cyra berbicara sudah dipotong oleh seseorang.
"Cyra!"
"Pak Uo."
"Kamu kemana saja? Aku mencarimu."
Hmmm kebetulan ada Pak Uo, aku akan melaporkan pria angkuh itu agar mendapat peringatan tegas dari Pak Uo. "Aku tadi menunggu Pak Uo di gerbang depan, karena lama jadi aku memutuskan untuk masuk sendiri. Oya Pak Uo, tolong ya beri peringatan pada pria itu. Jangan sombong dengan tamu."
Syamsudin melihat ke arah pria yang dimaksud oleh keponakannya itu. "Sssstt... Sssttt." Syamsudin menaruh telunjuknya di bibir.
"Kenapa Pak Uo? Memang benar kok, dia sombong. Hanya pekerja biasa sudah berlagak seperti bos."
"Ssssttt.. Sssttt.. Sudah diam, tenang dulu."
"Tidak bisa Pak Uo, dia harus mendapatkan sangsi atau minimal peringatan karena perbuatan yang tidak menyenangkan terhadap tamu. Ingat dia bukan bos disini." Cyra mencibir ke arah pria tadi. Huh tahu rasa kamu akan mendapat hukuman batinnya bersorak senang.
"Cyra.. Cyra dengarkan aku. Dia tidak berlagak seperti bos." ucap Syamsudin.
"Pak Uo tidak percaya padaku!" matanya membelalak lebar seakan tidak percaya jika Pak Uo nya itu tidak berada dipihaknya.
Syamsudin menghela napas. "Dia tidak berlagak seperti bos, tapi memang dia bos disini."
"Aaa.. Appa?! Dia bbbos disini?!" tanya Cyra gugup.
Syamsudin mengangguk.
Tampak aura ketakutan menghiasi wajah Cyra, Aduh gagal bekerja disini, kesan pertama saja sudah tidak baik pikir Cyra pasrah. "Mmma... Mmaaf." ucapnya lirih.
Pria itu tetap berwajah datar tanpa ekspresi memandangi wajah Cyra. "Siapa dia Syam?"
"Dia keponakan saya tuan."
"Keponakan? Aku tidak yakin. Sikapnya tidak sepertimu." ucapnya sambil tersenyum smirk.
"Maaf tuan, ia masih sangat muda dan belum mengenal tuan. Maafkan saya."
"Untuk apa dia lancang masuk kemari?"
"Ini orang yang saya ceritakan, yang akan mengajar tuan muda."
"Kau yakin merekomendasikan dia untuk mengajar putraku? Dia melempar mobilku dengan batu tadi pagi."
"Apa?! Melempari mobil tuan?"
Tuan Aroon mengangguk
.
"Pak Uo aku bisa jelaskan." sahut Cyra.
Syamsudin terdiam sejenak, ia tahu keponakannya tidak mungkin melakukan itu jika tidak ada alasannya. "Maaf tuan emosinya masih labil."
"Masih labil? Aku semakin yakin ia tidak akan bisa mengajar putraku." ucap tuan Aroon.
Sial, dia meremehkan kemampuanku. Pengen aku jitak kepalanya. Huh benar yang dikatakan Pak Uo orang ini sangat arogan ucap Cyra dalam hati.
"Saya mohon beri dia kesempatan sekali lagi." mohon Syamsudin. Ia juga menyenggol Cyra agar ikut memohon.
"Maafkan saya." ucap Cyra. "Saya mohon beri saya kesempatan."
Tuan Aroon memandang Syamsudin dan Cyra bergantian.
"Baiklah ikut aku kedalam."
Mereka mengikuti Aroon ke ruang kerjanya. Rumah Aroon ini terbuat dari kayu seperti rumah klasik, rumahnya sangat mewah dan besar.
Syamsudin segera menyerahkan berkas berisi data diri dari Cyra. Dengan perlahan Aroon membuka dan membacanya.
"Namamu Cyra Hanifa?"
"Benar pak."
"Aku bukan bapakmu!"
"Mmmaaf." sahut Cyra menunduk.
"Kau anak tunggal? Manja?"
"Saya anak tunggal ppa eh maksud saya tuan, tapi saya tidak manja dan pekerja keras."
"Oh orang tuamu seorang petani."
Cyra mengangguk.
"Kau tidak punya mulut?"
"Iiya tuan."
"Oh benar kau tidak punya mulut. Dasar bisu!"
"Maksud saya, iya untuk pertanyaan tuan apakah orang tua saya petani. Dan tidak karena saya punya mulut dan tidak bisu."
Aroon menatap tajam Cyra karena ia tidak suka dengan jawaban yang keluar dari mulut gadis itu. Syamsudin tahu apa yang dirasa Aroon sehingga memberi tanda agar Cyra menahan emosinya.
"Syam."
"Ya tuan."
"Kau ingin membuat anakku menjadi semakin bodoh."
"Maksud tuan? Maaf saya tidak mengerti."
"Dia lulusan bahasa. Kenapa kau suruh dia mengajar anakku?" Aroon berganti menatap tajam Syamsudin.
"Maaf tuan, walau keponakan saya ini dulu hanya lulusan bahasa akan tetapi dia sudah dua tahun bekerja di sekolah dasar. Jadi pengalamannya mendidik anak sudah tidak diragukan lagi." Syamsudin berusaha meyakinkan Aroon.
Aroon melempar berkas ditangannya ke atas meja. "Berapa bahasa yang kau kuasai?"
"Ada empat bahasa tuan, Indonesia, Inggris, Perancis dan Mandarin."
Aroon mengambil beberapa buku, ia membuka salah satunya dan memberikannya pada Cyra. "Baca dan artikan."
"Baik." Cyra menerima buku itu ia melihat sekilas. Itu buku biografi salah satu tokoh terkenal di negara Perancis dan tentu saja tertulis dengan menggunakan bahasa Perancis. Dengan segera Cyra membaca sesuai artikulasi dan kemudian mengartikannya. Melihat wajah Aroon yang datar saja sepertinya ia bisa menerima kemampuan Cyra.
"Baiklah aku akan memberimu kesempatan satu hari."
"Satu hari tuan?"
"Yah satu hari cukup untuk membuktikan kau guru yang baik untuk anakku atau tidak. Sudah tahan setengah hari saja sudah aku anggap luar biasa."
What! ayahnya sendiri mengatakan hal seperti itu, berarti selama ini belum ada yang sanggup mengajarnya ucap Cyra dalam hati. Ia menelan ludah beberapa kali membasahi kerongkongannya yang tiba - tiba saja kering.
"Sanggup?" tanya Aroon membuyarkan lamunan Cyra.
"Sanggup tuan." jawab Cyra mantab.
"Syam."
"Ya tuan."
"Kau panggilkan Gio kemari."
"Baik tuan."
Sepeninggal Syamsudin, Cyra masih dengan posisi berdiri ia tahu sopan santun, selama tuan rumah tidak mempersilahkan duduk maka ia akan tetap berdiri. Aroon beralih untuk duduk di kursi kerjanya asyik dengan laptop dihadapannya.
Cyra memandangi Aroon dengan lebih seksama. Hmmm sebenarnya tuan Aroon ini cukup tampan, badannya yang kekar dan juga gagah. Tapi sayang rambutnya yang agak panjang dan tatto ditubuhnya membuat ia lebih mirip preman tampan pikir Cyra. Ada senyum disudut bibirnya.
"Apakah sekarang pandanganmu berbeda mengenai aku? Masih menganggap aku preman atau seorang pria yang tampan?" tanya Aroon tiba - tiba.
"Mma.. Maksud tuan?"
"Kau memandangi ku seperti itu. Tentu ada maksudnya bukan."
"Saya? Memandangi tuan?"
Aroon beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Cyra. "Jangan bohong. Aku bisa melihatnya."
"Tti.. Ttidak seperti itu tuan."
Aroon memegang dagu Cyra dan menaikkan ke atas agar Cyra memandang wajahnya. "Aku tidak suka dipandang seperti itu, mengerti?!"
Cyra membalas tatapan itu dan memandang jauh ke dalam mata Aroon. Tatapan Aroon sangat menusuk sehingga membuat lemah seluruh tubuh Cyra membuatnya kaku tak bergerak.
"Apa yang Phoo lakukan?" suara anak kecil menghentikan kegiatan saling tatap mereka.
Aroon melepaskan tangannya dari dagu Cyra. "Kemari Gio."
Anak laki - laki yang kecil, berkulit putih dan manis itu mendekat pada Aroon. "Ini guru barumu. Dia yang akan memberikan pelajaran untukmu setiap harinya." Aroon memperkenalkan Cyra.
Dengan tersenyum manis Cyra jongkok agar tubuhnya sama tingginya dengan Gio. "Hai, aku bu Cyra. Katakan padaku, aku bisa memanggilmu apa?"
"Gio, panggil aku Gio." jawab anak laki - laki itu dengan tatapan tajam tak kalah dari tatapan Aroon.
Hmm, ayah dan anak sama saja. Tatapannya bisa membunuh orang pikir Cyra.
"Baiklah aku akan memanggilmu Gio. Senang berkenalan denganmu Gio dan kau bisa memanggilku bu Cyra." Cyra mengulurkan tangannya dan Gio tersenyum smirk. Ia membalas jabat tangan Cyra.
Hei apa ini? kenapa tanganku terasa mengganjal, apa yang diberikan Gio padaku pikir Cyra. Setelah melepas jabat tangan Cyra segera melihat benda apa yang ada di tangannya.
Oh seekor laba - laba ucapnya dalam hati. Ia tersenyum karena di hari pertama Gio sudah melancarkan serangan penolakan terhadapnya.
Menarik dan menantang, untung aku bukan tipe wanita yang suka jijik dengan binatang - binatang seperti ini, kalau hanya seekor laba - laba di rumahku banyak, Cyra tersenyum penuh kemenangan.
"Wow kau memberiku seekor laba - laba?" tanya Cyra. Tampak raut terkejut terlihat jelas di wajah Gio. Ia kecewa karena Cyra tidak menjerit - jerit seperti guru - guru yang lainnya.
Cyra segera meletakkan laba - laba itu di meja kerja Aroon. "Terima kasih Gio, kau memang murid yang istimewa. Di hari pertama kau memberiku hadiah yang istimewa. Tapi sayang sekali kalau laba - laba ini harus aku letakkan di meja ayahmu kalau tetap di genggamanku pasti akan mati. Aku harap kau tidak keberatan."
Wajah Aroon terlihat kaget dengan apa yang dilakukan anaknya. Tapi ia juga kagum dengan sifat Cyra yang begitu tenang menghadapi Gio. "Gio!" teriak Aroon.
"Tidak apa - apa tuan Aroon." Cyra mencoba menenangkan Aroon. "Saya sangat menghargai pemberian Gio. Hmmm bisa kita mulai belajar hari ini Gio?' tanya Cyra.
"Bisa."
"Syam." panggil Aroon.
"Ya tuan."
"Tunjukkan dimana mereka akan belajar."
"Baik tuan."
Cyra mengikuti Gio dan Syamsudin menuju ke suatu tempat.
Tiba - tina langkah Gio terhenti dan membalikkan badannya hingga berhadapan dengan Cyra.
"Bu Cyra."
"Ya Gio."
"Ini tadi baru permulaan."
"Ya, ibu tahu dan akan menantikan setiap kejutan darimu." jawab Cyra sambil tersenyum manis.
🍀🍀🍀🍀
Phoo : Panggilan ayah dari bahasa Thailand
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
semoga cyra sanggup ngadepin keusilan Gio
2024-09-13
0
Sugiharti Rusli
wah keseruan apa lagi yah nanti akan Gio lakukan biar Cyra menyerah,,,
2024-06-02
0
aira aira
seru
2024-05-05
0