Pagi ini Cyra bersiap membereskan baju - baju yang akan dia bawa ke rumah Aroon. Semalam terus terang ia tidak bisa tidur karena tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi disana. Melihat Aroon yang arogan dan Gio yang nakal karena kurang kasih sayang membuatnya untuk terus waspada jika tidak ingin kariernya habis. Ini adalah pengalamannya yang pertama melakukan home schooling bahkan sampai dua puluh empat jam.
Ia melihat kembali beberapa bajunya yang mungkin terlihat sederhana tapi nyaman dipakai. Ia tidak mau tampil berlebihan hanya untuk menarik perhatian. Toh yang dibutuhkan Gio adalah kasih sayang. Tapi mungkin nanti kalau sudah terima gaji ia akan membeli beberapa baju yang baru. Pagi ini ia di jemput oleh Syamsudin karena membawa koper.
"Sudah siap?"
"Sudah Pak Uo?"
"Gugup?"
"Sedikit." jawab Cyra berusaha tersenyum rileks.
"Tidak perlu gugup, aku yakin kau akan berhasil."
"Terima kasih Pak Uo."
"Ayo kita berangkat.
Syamsudin membantu Cyra memasukkan kopernya dalam mobil. Syamsudin mengendarai mobil Strada yang memang cocok untuk lahan perkebunan di dataran tinggi. Tidak perlu memakan waktu yang cukup lama mereka sampai di perkebunan.
"Pak Uo, ini sudah hampir jam delapan. Aku harus pergi mengajar dulu. Apalagi aku tidak tahu kamar mana yang nanti akan aku tempati."
"Baiklah, kopermu akan aku simpan di pondokku."
"Oya, ini kunci rumah Pak Uo."
Cyra menyerahkan kunci rumah dan kemudian diterima oleh Syamsudin.
"Semuanya sudah aku bersihkan dan tidak ada barang yang pindah dari tempatnya. Semua masih sama seperti awal aku masuk."
"Terima kasih." ucap syamsudin.
Cyra keluar dari mobil dan menuju ruang dimana mereka akan belajar. Ia sudah hapal dengan tata letak rumah ini hanya dengan sekali melihat. Dengan setengah berlari ia menuju ruang itu takutnya ia akan terlambat. Akan tetapi ada yang aneh, ruang itu kosong.
"Aneh kenapa mereka belum ke sini? Apa Gio sakit?" gumam Cyra. Dan tiba - tiba ia dikagetkan.
"Bu Cireng. Eh bu Cyra." panggil seseorang.
"Oh, Omar. Dimana Gio?"
"Itu dia bu. Saya mau laporan."
"Mengenai apa?"
"Tuan muda masih tidur. Bagaimana kalau ibu membangunkannya?'
"Dimana kamarnya?"
"Mari saya antar."
Cyra mengikuti langkah Omar menuju kamar Gio. Tapi ada yang aneh kenapa Omar senang sekali ketika aku mau ke kamar Gio. Apakah mereka merencanakan sesuatu pikir Cyra curiga. Atau aku yang terlalu berpikir berlebihan.
Setelah melalui lorong dan belokan mereka tiba di kamar Gio.
"Ini kamarnya bu."
Cyra mengangguk. "Terima kasih."
Tok! Tok! Tok!
"Gio." panggil Cyra sambil mengetuk pintu. Tidak ada jawaban dari dalam. Cyra mendekatkan telinganya pada pintu. "Kamu yakin, Gio masih tidur di dalam?"
"Sepertinya begitu bu. Karena saya tidak melihat tuan muda keluar."
"Kamu punya kuncinya?"
"Dibuka saja bu, kamar tuan muda tidak pernah dikunci."
Dengan perlahan Cyra membuka pintu sesuai intruksi Omar. Di dalam terlihat gelap. Cyra bersiap masuk ke dalam, tapi baru beberapa langkah ia seperti menyandung seutas tali dan byuurrr..
Seember air jatuh dari atas dan membasahi seluruh tubuhnya. Gelak tawa Omar terdengar keras diikuti tawa Olif dan Gio.
Wah aku kurang hati - hati. Aku masuk jebakan mereka pikir Cyra,
"Bu Cireng sih masuk tanpa permisi kena jebakan dech." ucap Olif.
"Itu kamar pribadiku harusnya bu guru ijin padaku." lanjut Gio.
Cyra menarik napas panjang. "Maaf Gio, aku lancang masuk kamarmu. Tapi aku ucapkan terima kasih."
Mereka bertiga saling berpandangan tidak mengerti maksud dari ucapan Cyra.
"Terima kasih apa?" tanya Gio.
"Terima kasih sudah mengguyurku dengan air, karena sejatinya waktu berangkat ke sini aku belum mandi."
Gio memandang tajam ke arah gurunya.
"Oya. setelah berganti pakaian kalian bertiga aku tunggu di ruang belajar." perintah Cyra.
Gio tampak tidak suka karena reaksi Cyra yang biasa saja. Ia segera melangkah pergi meninggalkan Cyra di ikuti oleh Omar dan Olif.
"Tuan muda tunggu, jalannya jangan cepat - cepat." panggil Olif
Gio menghentikan langkahnya. Diikuti oleh kedua pengasuhnya itu.
"Ada apa tuan muda?"
"Rencana kita selalu gagal, Omar."
"Tenang tuan muda, disini masih banyak ide." Omar menunjuk kepalanya.
"Iya benar, tuan muda tenang saja." tambah Olif.
"Aku harus menggagalkan bu Cireng merebut perhatian Phoo."
"Tenang tuan selama ada kami itu tidak akan terjadi." Omar berusaha meyakinkan.
"Apa yang di dalam ruang belajar sudah kau siapkan Olif?"
"Sudah tuan."
"Ayo kita tunggu bu Cireng ke dalam."
Sementara itu Cyra yang sengaja mencuri dengar pembicaraan mereka jadi mengerti kenapa selama ini ia menolak banyak guru yang mengajar disisinya. Ternyata selama ini mereka punya maksud lain, yaitu mendekati tuan Aroon. Pantas saja Gio sangat membenci mereka dan melakukan segala cara agar mereka menjauh dari ayahnya. Baiklah, minimal aku tahu kenapa Gio sering memasang jebakan - jebakan pikir Cyra.
Setelah melihat Gio dan kedua pengasuhnya masuk ke dalam ruang belajar, tak lama kemudian Cyra ikut masuk mengenakan baju yang kering.
"Selamat pagi semuanya." sapa Cyra.
"Bu Cireng."
"Ya Omar."
"Biasanya kita kalau di sekolah sebelum masuk kelas harus salaman sama ibu guru dulu."
"Oh bagus sekali ide kamu Omar." Cyra tersenyum, pasti mau menjebakku lagi. Sekilas Cyra bisa melihat ada sesuatu di tangan kanan Omar.
Setelah mendengar jawaban Cyra Omar segera berdiri untuk bersalaman.
"Eit tunggu dulu Omar, jangan terburu - buru." cegah Cyra.
"Kenapa bu Cireng?"
"Sebelum salaman dengan bu guru harusnya kalian sesama teman sekelas harus salaman terlebih dahulu. Ayo kalian salaman dulu." perintah Cyra.
"Ttapi bu." wajah Omar berubah pucat.
"Ayo tunggu apalagi, kita bisa segera memulai pelajaran."
Omar menelan ludah, ia tidak mungkin salaman dengan Gio, jadi ia segera memandang Olif.
"Apa?" mata Olif melotot. "Aku nggak mau salaman!"
"Harus." paksa Omar.
Olif menggeleng - gelengkan kepalanya dan berjalan mundur. "Nggak mau!"
Tanpa menunggu lama Omar segera menyambar tangan Olif dan Drrtttt.. Drrrttt.. Drrrttt.. tangan Olif kejang hebat seperti kesetrum.
Cyra tersenyum dan Gio tanpa sadar tertawa terbahak - bahak.
"Kamu kenapa Olif?" tanya Cyra pura - pura tidak tahu.
"Tta.. Tta.. Ttangan saya kesemutan, bu." ucapnya lemas dan menahan kesakitan.
"Tidak apa - apa kan?"
"Tidak bu."
"Nah sekarang bisa kita mulai pelajarannya?"
"Bisa." jawab Gio.
Cyra mengambil buku dan membuka di halaman tertentu. Sedangkan Omar mendekati Olif. "Maaf." ucapnya lirih.
"Awas tunggu pembalasanku." ucap Olif geram.
"Oya kemarin Gio ingin belajar tentang pengetahuan alam bukan, jadi aku akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan mahluk hidup."
Gio tampaknya mulai tertarik dengan penjelasan yang diberikan oleh Cyra. Cerita - cerita tentang kehidupan yang di sampaikan Cyra, membuat Gio menyukai pelajaran ini.
Cyra tersenyum lega karena ia bisa melihat Gio yang mau berinteraksi dengannya dan terkadang melontarkan pertanyaan.
Tanpa terasa pelajaran telah usai.
"Oya, kita istirahat dulu." ucap Cyra. "Bagaimana kalau besok kita keliling ke perkebunan karena banyak sekali pelajaran tentang kehidupan disana?"
"Ya mau. Aku mau." jawab Gio.
"Baiklah besok kita akan belajar diluar." jawab Cyra. "Oya Omar, Olif ada yang perlu aku sampaikan ke kalian. Tuan Aroon memintaku untuk menginap di sini dan mengawasi perkembangan pelajaran Gio. Aku harap kita bisa bekerja sama."
Mereka bertiga saling berpandangan.
"Dan nanti aku akan menuruti jam berapa saja Gio mau belajar." lanjut Cyra.
"Baik bu Cireng, kita akan bekerja sama."
"Terima kasih." ucap Cyra.
Cyra mempersilahkan mereka keluar untuk istirahat, akan tetapi Ketika mereka mau keluar Aroon dan Syamsudin masuk ke dalam.
"Sudah selesai?"
"Sudah, Phoo." jawab Gio.
"Hari ini Gio sudah bisa mengerjakan setiap soal yang saya berikan tuan, tidakkah anda ingin memberinya pujian?" tanya Cyra.
Dengan tatapan tajam Aroon menatap Cyra, kemudian berganti menatap Gio. Anak itu langsung tertunduk. "Good job." puji Aroon sambil membelai rambut Gio. Tentu saja hal itu membuat Gio tersenyum senang dan kemudian memeluk Aroon.
"Terima kasih Phoo."
Mereka semua senang melihat hal itu. Mata Omar dan Olif berkaca - kaca karena terharu.
Setelah Gio melepas pelukannya, Aroon mulai menyampaikan maksudnya.
"Bu Cyra akan menginap disini dan mengawasi perkembangan Gio."
"Baik tuan." jawab Omar dan Olif bersamaan.
"Bu Cyra ini keponakan Syamsudin jadi anggap dia seperti pekerja yang lain."
"Baik tuan." jawab mereka lagi.
"Kalian berdua temani Gio belajar dan jangan mengganggunya,"
"Baik tuan."
Aroon mengalihkan pandangannya pada Syamsudin. "Syam, kau bawa keponakanmu ke tempat yang sudah aku beri tahu."
"Baik tuan." jawab Syamsudin.
"Dan kau." Aroon menatap Cyra.
"Ya, saya tuan."
"Mengajarlah dengan serius. Fokusmu hanya pada Gio, mengerti."
"Mengerti tuan."
"Jika kau butuh beberapa buku untuk menunjang kegiatan belajar mengajarmu kau bisa mencarinya diperpustakaan. Omar dan Olif yang akan menunjukkannya padamu."
"Baik tuan."
Setelah selesai dengan apa yang ingin di sampaikan Aroon segera keluar dari ruangan.
"Cyra." panggil Syamsudin.
"Ya Pak Uo."
"Ikut aku."
"Baik."
Cyra segera keluar dari ruangan mengikuti Syamsudin pergi. Tak lupa ia membawa koper bajunya. Rumah Aroon ini ternyata masih memiliki ruangan - ruangan yang lain. Ruangan ini tadi juga ia lewati ketika ke kamar Gio.
"Cyra."
"Ya Pak Uo."
"Aku akan mengenalkanmu dulu dengan pekerja di rumah ini. Dengan mereka nanti kau akan berinteraksi setiap hari."
"Baik."
Mereka berdua menuju ke dapur karena ini waktu jam makan siang sehingga bisa dipastikan mereka sedang berkumpul. Antara pekerja rumah dan pekerja kebun memang dipisahkan.
"Hei Syam, siapa yang kau bawa? cantik sekali." tanya pria yang memiliki usia hampir sama dengan Syamsudin.
"Jangan macam - macam dia keponakanku." Syamsudin puran - pura marah.
Cyra tersenyum ramah.
"Semuanya perkenalkan ini keponakanku yang akan menjadi guru tuan Gio."
"Selamat siang, salam kenal semuanya. Nama saya Cyra."
"Nah Cyra aku akan memperkenalkan mereka satu persatu, yang ini namanya Sartika. Panggil saja bik Tika dan itu anaknya, namanya Jono. Mereka berdua bertanggung jawab pada perut semua orang di rumah ini, termasuk tuan Aroon dan tuan Gio."
"Hei Cyra selamat bergabung dalam keluarga besar pekerja tuan Aroon."
Cyra tersenyum dan segera menjabat tangan bik Tika dan Jono.
"Nah yang itu Sulaiman dia mandor seperti aku juga. Dan itu Fahri keponakannya yang kebetulan dia jadi sopir pribadinya tuan Aroon."
"Hei Cyra, kamu sudah menikah?"
"Belum paman."
"Nah, Fahri ini juga belum menikah. Mungkin kalian bisa berkencan?"
"Hei.. Hei.. Hei.. jangan harap. Keponakanmu itu punya pacar banyak." jawab Syamsudin sewot.
"Hahahahhh.." semuanya tertawa.
"Cyra kau lihat dua wanita yang terlihat centil itu. Dia Asih dan Surti bagian kebersihan di rumah ini. Kalian mungkin hampir sebaya."
Cyra tersenyum dan menjabat tangan mereka berdua.
"Oh jadi dia ini mbak Cyra yang akan tidur di ruang utama." ucap Asih
"Ruang Utama?" tanya Cyra.
"Iya, kamu nanti akan tidur diruang utama dekat dengan tuan muda. Ruang utama itu isinya kamar tuan Aroon, Tuan Gio, empat kamar tamu dan kamar tidur Omar, Olif."
Wah ini namanya sama saja aku jadi pengasuh. Tapi tidak apa - apalah, pada dasarnya aku ingin Gio bisa sukses pikir Cyra masa bodoh.
"Eh sudah jangan ngobrol terus, ayo kita makan siang bersama." ajak bik Tika.
Mereka semua makan siang dalam suasana hangatnya sebuah keluarga. Cyra jadi merasa tidak sendirian karena lingkungannya menerimanya dengan baik. Setelah asyik ngobrol dan makan siang bersama. Syamsudin segera mengantar Cyra ke kamar.
"Cyra ini kamarmu."
"Besar sekali, apa ini tidak berlebihan Pak Uo?"
"Tidak, tuan aroon memang selalu memberikan fasilitas dan kesejahteraan yang baik untuk pekerjanya, apalagi kamu yang bertanggung jawab terhadap pelajarannya Gio."
"Tapi terkadang itu menjadi beban buatku."
"Sudahlah jangan terlalu banyak berpikir, aku yakin kamu pasti bisa." Syamsudin memberi semangat. "Ini kunci kamarmu. Istirahatlah."
"Baik Pak Uo." jawab Cyra. "Oya dimana letak perpustakaan yang diceritakan oleh tuan Aroon?"
"Kau ingat lorong yang biasa kita lewati jika ke ruang belajar?"
Cyra mengangguk.
"Nah ruangan besar itu adalah perpustakaan. Nyonya Davira dulu sangat suka membaca dan tuan Aroon membuat khusus tempat itu untuk menyalurkan hobinya."
Cyra mengangguk. "Terima kasih Pak Uo, kalau begitu aku akan menata pakaianku."
Syamsudin segera pergi meningglkan Cyra sendiri.
Sementara itu....
"Tuan Muda." panggil Omar.
"Apa?"
"Apa tuan muda ingin melanjutkan permainan ini?" tanya Omar.
"Tentu saja, aku belum percaya pada bu Cireng kalau dia tidak akan merebut Phoo dariku."
"Nah kami ada ide tuan." ucap Olif
"Apa itu?"
Omar dan Olif membisikkan sesuatu ke telinga Gio dan itu membuat wajah Gio berseri.
"Bagus aku suka idemu." ucap Gio.
Bu Cyra aku yakin kau akan menyerah untuk berada terus di sisiku dan Phoo pikir Gio sambil tersenyum smirk.
🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
oh ternyata si Gio ada ketakutan tersendiri ayahnya direbut sama orang lain dalam hal ini gurunya,,,
2024-06-02
0