Pindahan

Pagi ini Cyra bersiap membereskan baju - baju yang akan dia bawa ke rumah Aroon. Semalam terus terang ia tidak bisa tidur karena tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi disana. Melihat Aroon yang arogan dan Gio yang nakal karena kurang kasih sayang membuatnya untuk terus waspada jika tidak ingin kariernya habis. Ini adalah pengalamannya yang pertama melakukan home schooling bahkan sampai dua puluh empat jam.

Ia melihat kembali beberapa bajunya yang mungkin terlihat sederhana tapi nyaman dipakai. Ia tidak mau tampil berlebihan hanya untuk menarik perhatian. Toh yang dibutuhkan Gio adalah kasih sayang. Tapi mungkin nanti kalau sudah terima gaji ia akan membeli beberapa baju yang baru. Pagi ini ia di jemput oleh Syamsudin karena membawa koper.

"Sudah siap?"

"Sudah Pak Uo?"

"Gugup?"

"Sedikit." jawab Cyra berusaha tersenyum rileks.

"Tidak perlu gugup, aku yakin kau akan berhasil."

"Terima kasih Pak Uo."

"Ayo kita berangkat.

Syamsudin membantu Cyra memasukkan kopernya dalam mobil. Syamsudin mengendarai mobil Strada yang memang cocok untuk lahan perkebunan di dataran tinggi. Tidak perlu memakan waktu yang cukup lama mereka sampai di perkebunan.

"Pak Uo, ini sudah hampir jam delapan. Aku harus pergi mengajar dulu. Apalagi aku tidak tahu kamar mana yang nanti akan aku tempati."

"Baiklah, kopermu akan aku simpan di pondokku."

"Oya, ini kunci rumah Pak Uo."

Cyra menyerahkan kunci rumah dan kemudian diterima oleh Syamsudin.

"Semuanya sudah aku bersihkan dan tidak ada barang yang pindah dari tempatnya. Semua masih sama seperti awal aku masuk."

"Terima kasih." ucap syamsudin.

Cyra keluar dari mobil dan menuju ruang dimana mereka akan belajar. Ia sudah hapal dengan tata letak rumah ini hanya dengan sekali melihat. Dengan setengah berlari ia menuju ruang itu takutnya ia akan terlambat. Akan tetapi ada yang aneh, ruang itu kosong.

"Aneh kenapa mereka belum ke sini? Apa Gio sakit?" gumam Cyra. Dan tiba - tiba ia dikagetkan.

"Bu Cireng. Eh bu Cyra." panggil seseorang.

"Oh, Omar. Dimana Gio?"

"Itu dia bu. Saya mau laporan."

"Mengenai apa?"

"Tuan muda masih tidur. Bagaimana kalau ibu membangunkannya?'

"Dimana kamarnya?"

"Mari saya antar."

Cyra mengikuti langkah Omar menuju kamar Gio. Tapi ada yang aneh kenapa Omar senang sekali ketika aku mau ke kamar Gio. Apakah mereka merencanakan sesuatu pikir Cyra curiga. Atau aku yang terlalu berpikir berlebihan.

Setelah melalui lorong dan belokan mereka tiba di kamar Gio.

"Ini kamarnya bu."

Cyra mengangguk. "Terima kasih."

Tok! Tok! Tok!

"Gio." panggil Cyra sambil mengetuk pintu. Tidak ada jawaban dari dalam. Cyra mendekatkan telinganya pada pintu. "Kamu yakin, Gio masih tidur di dalam?"

"Sepertinya begitu bu. Karena saya tidak melihat tuan muda keluar."

"Kamu punya kuncinya?"

"Dibuka saja bu, kamar tuan muda tidak pernah dikunci."

Dengan perlahan Cyra membuka pintu sesuai intruksi Omar. Di dalam terlihat gelap. Cyra bersiap masuk ke dalam, tapi baru beberapa langkah ia seperti menyandung seutas tali dan byuurrr..

Seember air jatuh dari atas dan membasahi seluruh tubuhnya. Gelak tawa Omar terdengar keras diikuti tawa Olif dan Gio.

Wah aku kurang hati - hati. Aku masuk jebakan mereka pikir Cyra,

"Bu Cireng sih masuk tanpa permisi kena jebakan dech." ucap Olif.

"Itu kamar pribadiku harusnya bu guru ijin padaku." lanjut Gio.

Cyra menarik napas panjang. "Maaf Gio, aku lancang masuk kamarmu. Tapi aku ucapkan terima kasih."

Mereka bertiga saling berpandangan tidak mengerti maksud dari ucapan Cyra.

"Terima kasih apa?" tanya Gio.

"Terima kasih sudah mengguyurku dengan air, karena sejatinya waktu berangkat ke sini aku belum mandi."

Gio memandang tajam ke arah gurunya.

"Oya. setelah berganti pakaian kalian bertiga aku tunggu di ruang belajar." perintah Cyra.

Gio tampak tidak suka karena reaksi Cyra yang biasa saja. Ia segera melangkah pergi meninggalkan Cyra di ikuti oleh Omar dan Olif.

"Tuan muda tunggu, jalannya jangan cepat - cepat." panggil Olif

Gio menghentikan langkahnya. Diikuti oleh kedua pengasuhnya itu.

"Ada apa tuan muda?"

"Rencana kita selalu gagal, Omar."

"Tenang tuan muda, disini masih banyak ide." Omar menunjuk kepalanya.

"Iya benar, tuan muda tenang saja." tambah Olif.

"Aku harus menggagalkan bu Cireng merebut perhatian Phoo."

"Tenang tuan selama ada kami itu tidak akan terjadi." Omar berusaha meyakinkan.

"Apa yang di dalam ruang belajar sudah kau siapkan Olif?"

"Sudah tuan."

"Ayo kita tunggu bu Cireng ke dalam."

Sementara itu Cyra yang  sengaja mencuri dengar pembicaraan mereka jadi mengerti kenapa selama ini ia menolak banyak guru yang mengajar disisinya. Ternyata selama ini mereka punya maksud lain, yaitu mendekati tuan Aroon. Pantas saja Gio sangat membenci mereka dan melakukan segala cara agar mereka menjauh dari ayahnya. Baiklah, minimal aku tahu kenapa Gio sering memasang jebakan - jebakan pikir Cyra.

Setelah melihat Gio dan kedua pengasuhnya masuk ke dalam ruang belajar, tak lama kemudian Cyra ikut masuk mengenakan baju yang kering.

"Selamat pagi semuanya." sapa Cyra.

"Bu Cireng."

"Ya Omar."

"Biasanya kita kalau di sekolah sebelum masuk kelas harus salaman sama ibu guru dulu."

"Oh bagus sekali ide kamu Omar." Cyra tersenyum, pasti mau menjebakku lagi. Sekilas Cyra bisa melihat ada sesuatu di tangan kanan Omar.

Setelah mendengar jawaban Cyra Omar segera berdiri untuk bersalaman.

"Eit tunggu dulu Omar, jangan terburu - buru." cegah Cyra.

"Kenapa bu Cireng?"

"Sebelum salaman dengan bu guru harusnya kalian sesama teman sekelas harus salaman terlebih dahulu. Ayo kalian salaman dulu." perintah Cyra.

"Ttapi bu." wajah Omar berubah pucat.

"Ayo tunggu apalagi, kita bisa segera memulai pelajaran."

Omar menelan ludah, ia tidak mungkin salaman dengan Gio, jadi ia segera memandang Olif.

"Apa?" mata Olif melotot. "Aku nggak mau salaman!"

"Harus." paksa Omar.

Olif menggeleng - gelengkan kepalanya dan berjalan mundur. "Nggak mau!"

Tanpa menunggu lama Omar segera menyambar tangan Olif dan Drrtttt.. Drrrttt.. Drrrttt.. tangan Olif kejang hebat seperti kesetrum.

Cyra tersenyum dan Gio tanpa sadar tertawa terbahak - bahak.

"Kamu kenapa Olif?" tanya Cyra pura - pura tidak tahu.

"Tta.. Tta.. Ttangan saya kesemutan, bu." ucapnya lemas dan menahan kesakitan.

"Tidak apa - apa kan?"

"Tidak bu."

"Nah sekarang bisa kita mulai pelajarannya?"

"Bisa." jawab Gio.

Cyra mengambil buku dan membuka di halaman tertentu. Sedangkan Omar mendekati Olif. "Maaf." ucapnya lirih.

"Awas tunggu pembalasanku." ucap Olif geram.

"Oya kemarin Gio ingin belajar tentang pengetahuan alam bukan, jadi aku akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan mahluk hidup."

Gio tampaknya mulai tertarik dengan penjelasan yang diberikan oleh Cyra. Cerita - cerita tentang kehidupan yang di sampaikan Cyra, membuat Gio menyukai pelajaran ini.

Cyra tersenyum lega karena ia bisa melihat Gio yang mau berinteraksi dengannya dan terkadang melontarkan pertanyaan.

Tanpa terasa pelajaran telah usai.

"Oya, kita istirahat dulu." ucap Cyra. "Bagaimana kalau besok kita keliling ke perkebunan karena banyak sekali pelajaran tentang kehidupan disana?"

"Ya mau. Aku mau." jawab Gio.

"Baiklah besok kita akan belajar diluar." jawab Cyra. "Oya Omar, Olif ada yang perlu aku sampaikan ke kalian. Tuan Aroon memintaku untuk menginap di sini dan mengawasi perkembangan pelajaran Gio. Aku harap kita bisa bekerja sama."

Mereka bertiga saling berpandangan.

"Dan nanti aku akan menuruti jam berapa saja Gio mau belajar." lanjut Cyra.

"Baik bu Cireng, kita akan bekerja sama."

"Terima kasih." ucap Cyra.

Cyra mempersilahkan mereka keluar untuk istirahat, akan tetapi Ketika mereka mau keluar Aroon dan Syamsudin masuk ke dalam.

"Sudah selesai?"

"Sudah, Phoo." jawab Gio.

"Hari ini Gio sudah bisa mengerjakan setiap soal yang saya berikan tuan, tidakkah anda ingin memberinya pujian?" tanya Cyra.

Dengan tatapan tajam Aroon menatap Cyra, kemudian berganti menatap Gio. Anak itu langsung tertunduk. "Good job." puji Aroon sambil membelai rambut Gio. Tentu saja hal itu membuat Gio tersenyum senang dan kemudian memeluk Aroon.

"Terima kasih Phoo."

Mereka semua senang melihat hal itu. Mata Omar dan Olif berkaca - kaca  karena terharu.

Setelah Gio melepas pelukannya, Aroon mulai menyampaikan maksudnya.

"Bu Cyra akan menginap disini dan mengawasi perkembangan Gio."

"Baik tuan." jawab Omar dan Olif bersamaan.

"Bu Cyra ini keponakan Syamsudin jadi anggap dia seperti pekerja yang lain."

"Baik tuan." jawab mereka lagi.

"Kalian berdua temani Gio belajar dan jangan mengganggunya,"

"Baik tuan."

Aroon mengalihkan pandangannya pada Syamsudin. "Syam, kau bawa keponakanmu ke tempat yang sudah aku beri tahu."

"Baik tuan." jawab Syamsudin.

"Dan kau." Aroon menatap Cyra.

"Ya, saya tuan."

"Mengajarlah dengan serius. Fokusmu hanya pada Gio, mengerti."

"Mengerti tuan."

"Jika kau butuh beberapa buku untuk menunjang kegiatan belajar mengajarmu kau bisa mencarinya diperpustakaan. Omar dan Olif yang akan menunjukkannya padamu."

"Baik tuan."

Setelah selesai dengan apa yang ingin di sampaikan Aroon segera keluar dari ruangan.

"Cyra." panggil Syamsudin.

"Ya Pak Uo."

"Ikut aku."

"Baik."

Cyra segera keluar dari ruangan mengikuti Syamsudin pergi. Tak lupa ia membawa koper bajunya. Rumah Aroon ini ternyata masih memiliki ruangan - ruangan yang lain. Ruangan ini tadi juga ia lewati ketika ke kamar Gio.

"Cyra."

"Ya Pak Uo."

"Aku akan mengenalkanmu dulu dengan pekerja di rumah ini. Dengan mereka nanti kau akan berinteraksi setiap hari."

"Baik."

Mereka berdua menuju ke dapur karena ini waktu jam makan siang sehingga bisa dipastikan mereka sedang berkumpul. Antara pekerja rumah dan pekerja kebun memang dipisahkan.

"Hei Syam, siapa yang kau bawa? cantik sekali." tanya pria yang memiliki usia hampir sama dengan Syamsudin.

"Jangan macam - macam dia keponakanku." Syamsudin puran - pura marah.

Cyra tersenyum ramah.

"Semuanya perkenalkan ini keponakanku yang akan menjadi guru tuan Gio."

"Selamat siang, salam kenal semuanya. Nama saya Cyra."

"Nah Cyra aku akan memperkenalkan mereka satu persatu, yang ini namanya Sartika.  Panggil saja bik Tika dan itu anaknya, namanya Jono. Mereka berdua bertanggung jawab pada perut semua orang di rumah ini, termasuk tuan Aroon dan tuan Gio."

"Hei Cyra selamat bergabung dalam keluarga besar pekerja tuan Aroon."

Cyra tersenyum dan segera menjabat tangan bik Tika dan Jono.

"Nah yang itu Sulaiman dia mandor seperti aku juga. Dan itu Fahri keponakannya yang kebetulan dia jadi sopir pribadinya tuan Aroon."

"Hei Cyra, kamu sudah menikah?"

"Belum paman."

"Nah, Fahri ini juga belum menikah. Mungkin kalian bisa berkencan?"

"Hei.. Hei.. Hei.. jangan harap. Keponakanmu itu punya pacar banyak." jawab Syamsudin sewot.

"Hahahahhh.." semuanya tertawa.

"Cyra kau lihat dua wanita yang terlihat centil itu. Dia Asih dan Surti bagian kebersihan di rumah ini. Kalian mungkin hampir sebaya."

Cyra tersenyum dan menjabat tangan mereka berdua.

"Oh jadi dia ini mbak Cyra yang akan tidur di ruang utama." ucap Asih

"Ruang Utama?" tanya Cyra.

"Iya, kamu nanti akan tidur diruang utama dekat dengan tuan muda. Ruang utama itu isinya kamar tuan Aroon, Tuan Gio, empat kamar tamu dan kamar tidur Omar, Olif."

Wah ini namanya sama saja aku jadi pengasuh. Tapi tidak apa - apalah, pada dasarnya aku  ingin Gio bisa sukses pikir Cyra masa bodoh.

"Eh sudah jangan ngobrol terus, ayo kita makan siang bersama." ajak bik Tika.

Mereka semua makan siang dalam suasana hangatnya sebuah keluarga. Cyra jadi merasa tidak sendirian karena lingkungannya menerimanya dengan baik. Setelah asyik ngobrol dan makan siang bersama. Syamsudin segera mengantar Cyra ke kamar.

"Cyra ini kamarmu."

"Besar sekali, apa ini tidak berlebihan Pak Uo?"

"Tidak, tuan aroon memang selalu memberikan fasilitas dan kesejahteraan yang baik untuk pekerjanya, apalagi kamu yang bertanggung jawab terhadap pelajarannya Gio."

"Tapi terkadang itu menjadi beban buatku."

"Sudahlah jangan terlalu banyak berpikir, aku yakin kamu pasti bisa." Syamsudin memberi semangat. "Ini kunci kamarmu. Istirahatlah."

"Baik Pak Uo." jawab Cyra. "Oya dimana letak perpustakaan yang diceritakan oleh tuan Aroon?"

"Kau ingat lorong yang biasa kita lewati jika ke ruang belajar?"

Cyra mengangguk.

"Nah ruangan besar itu adalah perpustakaan. Nyonya Davira dulu sangat suka membaca dan tuan Aroon membuat khusus tempat itu untuk menyalurkan hobinya."

Cyra mengangguk. "Terima kasih Pak Uo, kalau begitu aku akan menata pakaianku."

Syamsudin segera pergi meningglkan Cyra sendiri.

Sementara itu....

"Tuan Muda." panggil Omar.

"Apa?"

"Apa tuan muda ingin melanjutkan permainan ini?" tanya Omar.

"Tentu saja, aku belum percaya pada bu Cireng kalau dia tidak akan merebut Phoo dariku."

"Nah kami ada ide tuan." ucap Olif

"Apa itu?"

Omar dan Olif membisikkan sesuatu ke telinga Gio dan itu membuat wajah Gio berseri.

"Bagus aku suka idemu." ucap Gio.

Bu Cyra aku yakin kau akan menyerah untuk berada terus di sisiku dan Phoo pikir Gio sambil tersenyum smirk.

🍀🍀🍀🍀

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

oh ternyata si Gio ada ketakutan tersendiri ayahnya direbut sama orang lain dalam hal ini gurunya,,,

2024-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 Dipecat
2 Kerja di Perkebunan
3 Tuan Aroon
4 Sehari Bersama Gio
5 Pindahan
6 Hantu Jadi - Jadian
7 Sabotase
8 Saya Berhasil Tuan
9 Perjanjian Dengan Gio
10 Gara - Gara Ayam
11 Ulang Tahun Gio
12 Kau Tidak Bertanggung Jawab
13 Kemasi Barangmu!
14 Syarat itu
15 Masuk Target
16 Bukan Target Utama
17 Gosip di Dapur Belakang
18 Ternyata Asih...
19 Bukti - Bukti di Kamar Asih
20 Mandi Sana, Kau Bau Kotoran
21 Saya Ada Alasannya
22 Aku Ijinkan
23 Terima Kasih Tuan
24 Gara - Gara Nyamuk
25 Panen
26 Hukuman Karena Membicarakanku
27 36 C Berenda
28 Trauma
29 Berkenalan Dengan Biantara
30 Baju Baru Kurang Bahan
31 Mengenal Alam
32 Fun Camping
33 Syukurlah Kamu selamat
34 Kedatangan Denisha
35 Masalah Kamar
36 Rumah Pertama Aroon
37 Saling Mendukung
38 Memaafkan
39 Skorsing
40 Demi Bu Cyra
41 Kau Pamer Padaku
42 Hampir Salah Paham Lagi
43 Pulang Kampung
44 Ciuman Rahasia Itu
45 Penculikan
46 Berusaha Melindungimu
47 Geram
48 Merawatmu Tuan
49 Apakah Kau Menciumku Cyra
50 Jebakan di Mulai
51 Mencarimu Sampai ke Ujung Dunia
52 Maafkan Aku Cyra
53 Maafkan Aku Cyra 2
54 Penyembuhan Trauma
55 Penyembuhan Trauma 2
56 Bangkitlah Anakku
57 Kembali Mengajar Gio
58 Sentuhan itu
59 Aku Mau Terus Bekerja Disini
60 Bukan Jijik Tapi Takut Padamu Tuan
61 Kedatangan Aryo
62 Kau Milikku Cyra
63 Aku Tidak Mau Denganmu Bu Cyra
64 Pergi dari Perkebunan
65 Pergi Dari Sini Billy
66 Berani Kau Syamsudin
67 Tawaran Mustahil
68 Galau
69 Aku Bersedia Menikah Dengan Anda
70 Status Baru
71 Kehebohan Di Perkebunan
72 Malam Pertama Yang Tertunda
73 Berapa Ronde
74 Menjalankan rencana
75 Step by Step
76 Terbakar Api Cemburu
77 Aku Suka.. Aku Suka
78 Serangan Balik
79 Syarat Itu
80 Mulai Luluh
81 New Plan
82 Aku Tidak Mau Kehilangan Kalian
83 Pit Bull
84 Jangan Tinggalkan Aku Cyra
85 Mae Cyra
86 Penyembuhan
87 Thank's Gio My Son
88 Tenang Ada Aku
89 Kamu Demam
90 Bayi Tua
91 Kena Kau Billy
92 Balasan Untuk Denisha
93 Ke Acara Reuni
94 Reuni Sekolah
95 Thailand
96 Thailand 2
97 Aku Milikmu Seutuhnya
98 Penjara Cinta Aroon
99 Bahagia Bersamamu
100 Kemunculan Asih
101 Sindikat Tatto Kalajengking
102 Sulaiman tertembak
103 Aroon Milikku ya Ibu - Ibu
104 Biantara Menjadi Buron
105 Penculikan
106 Tertangkapnya Biantara
107 Bencana Hilang kebahagian Datang
108 Ngidam
109 Cemburunya Bumil.
110 Kecelakaan.
111 Selamatkan Aku
112 Melahirkan
113 Arthit Ram Tanawat
114 Davira
115 Percaya Padaku Cyra
116 Kau Bukan Ibuku
117 Aku Tidak Percaya
118 Ini Baru Permulaan.
119 Menghasut
120 Serangan Selanjutnya
121 Maafkan Phoo
122 Lagi - lagi Aryo
123 Marah
124 Mengambil Apa Yang Menjadi Milikku
125 Curiga
126 Pengakuan Bik Tika
127 Memulai Penyelidikan
128 Mengumpulkan Bukti
129 Penangkapan Denisha
130 Bahagiaku
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Dipecat
2
Kerja di Perkebunan
3
Tuan Aroon
4
Sehari Bersama Gio
5
Pindahan
6
Hantu Jadi - Jadian
7
Sabotase
8
Saya Berhasil Tuan
9
Perjanjian Dengan Gio
10
Gara - Gara Ayam
11
Ulang Tahun Gio
12
Kau Tidak Bertanggung Jawab
13
Kemasi Barangmu!
14
Syarat itu
15
Masuk Target
16
Bukan Target Utama
17
Gosip di Dapur Belakang
18
Ternyata Asih...
19
Bukti - Bukti di Kamar Asih
20
Mandi Sana, Kau Bau Kotoran
21
Saya Ada Alasannya
22
Aku Ijinkan
23
Terima Kasih Tuan
24
Gara - Gara Nyamuk
25
Panen
26
Hukuman Karena Membicarakanku
27
36 C Berenda
28
Trauma
29
Berkenalan Dengan Biantara
30
Baju Baru Kurang Bahan
31
Mengenal Alam
32
Fun Camping
33
Syukurlah Kamu selamat
34
Kedatangan Denisha
35
Masalah Kamar
36
Rumah Pertama Aroon
37
Saling Mendukung
38
Memaafkan
39
Skorsing
40
Demi Bu Cyra
41
Kau Pamer Padaku
42
Hampir Salah Paham Lagi
43
Pulang Kampung
44
Ciuman Rahasia Itu
45
Penculikan
46
Berusaha Melindungimu
47
Geram
48
Merawatmu Tuan
49
Apakah Kau Menciumku Cyra
50
Jebakan di Mulai
51
Mencarimu Sampai ke Ujung Dunia
52
Maafkan Aku Cyra
53
Maafkan Aku Cyra 2
54
Penyembuhan Trauma
55
Penyembuhan Trauma 2
56
Bangkitlah Anakku
57
Kembali Mengajar Gio
58
Sentuhan itu
59
Aku Mau Terus Bekerja Disini
60
Bukan Jijik Tapi Takut Padamu Tuan
61
Kedatangan Aryo
62
Kau Milikku Cyra
63
Aku Tidak Mau Denganmu Bu Cyra
64
Pergi dari Perkebunan
65
Pergi Dari Sini Billy
66
Berani Kau Syamsudin
67
Tawaran Mustahil
68
Galau
69
Aku Bersedia Menikah Dengan Anda
70
Status Baru
71
Kehebohan Di Perkebunan
72
Malam Pertama Yang Tertunda
73
Berapa Ronde
74
Menjalankan rencana
75
Step by Step
76
Terbakar Api Cemburu
77
Aku Suka.. Aku Suka
78
Serangan Balik
79
Syarat Itu
80
Mulai Luluh
81
New Plan
82
Aku Tidak Mau Kehilangan Kalian
83
Pit Bull
84
Jangan Tinggalkan Aku Cyra
85
Mae Cyra
86
Penyembuhan
87
Thank's Gio My Son
88
Tenang Ada Aku
89
Kamu Demam
90
Bayi Tua
91
Kena Kau Billy
92
Balasan Untuk Denisha
93
Ke Acara Reuni
94
Reuni Sekolah
95
Thailand
96
Thailand 2
97
Aku Milikmu Seutuhnya
98
Penjara Cinta Aroon
99
Bahagia Bersamamu
100
Kemunculan Asih
101
Sindikat Tatto Kalajengking
102
Sulaiman tertembak
103
Aroon Milikku ya Ibu - Ibu
104
Biantara Menjadi Buron
105
Penculikan
106
Tertangkapnya Biantara
107
Bencana Hilang kebahagian Datang
108
Ngidam
109
Cemburunya Bumil.
110
Kecelakaan.
111
Selamatkan Aku
112
Melahirkan
113
Arthit Ram Tanawat
114
Davira
115
Percaya Padaku Cyra
116
Kau Bukan Ibuku
117
Aku Tidak Percaya
118
Ini Baru Permulaan.
119
Menghasut
120
Serangan Selanjutnya
121
Maafkan Phoo
122
Lagi - lagi Aryo
123
Marah
124
Mengambil Apa Yang Menjadi Milikku
125
Curiga
126
Pengakuan Bik Tika
127
Memulai Penyelidikan
128
Mengumpulkan Bukti
129
Penangkapan Denisha
130
Bahagiaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!