Siang ini semuanya bersiap menuju perkebunan. Ternyata memanen sawi hal yang tidak begitu sulit. Ini jenis sawi putih yang akan diekspor ke Korea untuk dibuat kimchi. Aroon mendapatkan proyek besar ini dengan susah payah. Bagaimana ia betul - betul menanam sawi dengan kualitas yang bagus hingga perusahaan dari Korea mau bekerja sama dengannya.
Cyra memberitahu Gio bagaimana cara memanen sawi, dengan mudah Gio mengikutinya. Ia melakukan dengan suka cita.
"Kamu senang Gio?"
"Iya aku senang bisa membantu Phoo."
"Bagus, kita hidup di dunia harus saling bantu membantu apalagi jika orang itu sedang mengalami kesulitan." ucap Cyra. "Kalau kau lelah istirahat saja dulu, nanti bisa dilanjutkan lagi."
"Iya bu Cyra."
Cyra menatap bangga dan ternyata Gio anak yang penurut. Sejati ia sangat menyayangi ayahnya. Hanya saja tidak ada timbal balik dari Aroon. Sangat di sayangkan diusia seperti Gio harusnya banyak mendapat perhatian dari orang tuanya. Usia - usia seperti ini adalah pembentukan karakter anak.
Semua bekerja dengan giat terutama Cyra.
"Cyra, istirahatlah dulu."
"Nanti saja Pak Uo."
"Sudah malam, seadanya saja kita laporkan ke tuan Aroon."
"Tidak Pak Uo, kita harus bisa menyelesaikannya malam ini juga." ucap Cyra. "Lihat itu tinggal dua baris saja kita selesai."
"Kau jangan egois, semuanya sudah lelah. Apalagi tuan muda."
"Biarlah mereka istirahat dulu, biar aku yang menyelesaikannya."
"Kau itu benar - benar keras kepala."
Cyra tetap meneruskan pekerjaannya. Sedangkan Syamsudin istirahat sebentar karena usia yang membuatnya tidak maksimal membantu keponakannya. Sementara yang masih bertahan Cyra, Fahri, Jono dan dua pekerja.
Aku harus kuat, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini, aku harus bisa membuktikan bahwa aku tidak bersalah ucap Cyra dalam hati. Walaupun saat ini kepala Cyra terasa sangat pusing.
Sementara itu...
"Gila, tenaga keponakanmu itu tidak ada habisnya." puji Sulaiman.
"Yah aku akui, dia itu keras kepala. Kalau sudah punya kemauan pasti akan ia lakukan apapun caranya, apalagi ini menyangkut nama baiknya."
"Oya Syam, aku mendapat informasi dari salah satu pekerja. Bahwa ia melihat ada orang yang sedang memasukkan obat dalam masakan Cyra ketika ia sedang sibuk menata."
"Aneh, kenapa keponakanku menjadi target, bukankah ia baru bekerja di perkebunan ini?"
"Kalau melihat cerita dari saksi, sepertinya Cyra bukan target."
"Kenapa kau berpendapat seperti itu? Lantas siapa targetnya?"
"Orang yang memasukkan obat itu melakukan dengan cepat dan tidak melihat itu masakannya siapa, jadi dia memang ingin para pekerja sakit perut dan gagal panen. Kebetulan saja makanan itu dimasak oleh Cyra jadi ya dia terkena imbasnya." Sulaiman menjelaskan panjang lebar. "Jadi targetnya tetaplah tuan Aroon, agar ia menderita banyak kerugian."
Syamsudin manggut - manggut mendengar penjelasan Sulaiman. "Sepertinya yang kamu katakan itu benar, kita tinggal mencari mata - mata dan pengkhianat itu sesegera mungkin."
"Paman Syam." panggil Gio.
"Ya tuan muda."
"Dimana bu Cyra?"
"Masih memanen, kami istirahat sebentar." jawab Syamsudin. "Kebetulan panen masih kurang sedikit lagi."
"Aku mau kesana menemani bu Cyra."
"Aduh tuan muda disini saja, tadi tuan muda sudah banyak membantu. Biarkan kami yang meneruskannya."
"Iya betul tuan muda." sahut Omar dan Olif.
"Tapi bu Cyra sendirian disana, kasihan."
Tiba - tiba...
"Siapa yang kau kasihani?! Dan apa yang kalian lakukan disini?!" teriak Aroon tiba - tiba.
Mendengar teriakan Aroon semua yang sedang istirahat segera datang mendekat. Semuanya menundukkan kepala termasuk Gio.
"Gio kemari!"
Dengan patuh Gio mendekati Aroon. Melihat anaknya yang sangat ketakutan membuat Aroon melembutkan suaranya. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Aku membantu memanen sawi, Phoo."
"Siapa yang menyuruhmu?"
"Tidak ada, aku melakukan ini karena tidak mau melihat Phoo gagal panen."
Aroon menarik napas panjang, tampak raut wajahnya sedih mendengar jawaban dari anak yang beberapa tahun ini tidak ia perhatikan. Ia berjongkok dan memeluk erat Gio. "Maafkan Phoo, karena masalah ini membuatmu jadi lelah."
"Tidak apa - apa Phoo. Aku ingin melihat Phoo bahagia dan tersenyum lagi." jawab Gio. Semua yang ada disana menjadi terharu. Mereka berharap ini adalah awal yang baik.
Aroon melepas pelukannya dan mencium kening Gio. "Phoo bangga padamu." ucapnya. Ia kemudian berdiri dan mendengus kesal. "Ide siapa ini?"
Semuanya menunduk dan tidak ada yang berani menjawab.
"Aku tanya sekali lagi, ide siapa ini?"
"Maafkan saya tuan. Terus terang ini adalah ide Cyra keponakan saya."
"Apa maksudnya?"
"Ia hanya ingin membantu tuan, ia ingin membantu para pekerja dan sekaligus membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Jika tuan ingin menghukumnya, hukumlah kami juga."
"Benar tuan, hukum kami juga." ucap semua pekerja yang membantu Cyra panen.
Aroon mendengus kesal. "Mana dia?"
"Masih memanen tuan, dia bersikukuh menyelesaikan malam ini." jawab Sulaiman.
"Cyra! Cyra! Cyra!" teriak Aroon memanggil - manggil. Aroon tidak melihat Cyra datang karena panggilannya. Ia beranjak untuk masuk ke perkebunan akan tetapi. Tampak dari kejauhan Cyra berjalan membawa keranjang dipundaknya berisi sawi. Dibelakang juga ada Jono, Fahri dan beberapa pekerja juga membawa keranjang.
Wajahnya berkeringat dan tampak sangat lelah.
"Saya tuan." jawabnya. Ia meletakkan keranjang sawi itu di depan Aroon. "Ini panen terakhir, besok tuan sudah bisa mengirimnya." ucapnya dengan napas tersengal - sengal. "Saya berhasil tuan." Cyra tersenyum tak lama kemudian matanya terpejam dan tubuhnya melemah. Dengan sigap Aroon menangkap tubuh lemah itu sehingga tidak jatuh ke tanah.
"Cyra! Cyra! Hei buka matamu!"
"Sepertinya Cyra pingsan karena kecapekan tuan." ucap Syamsudin. "Biarkan saya membawanya ke dalam kamar."
"Tidak perlu." jawab Aroon. "Aku bisa membawanya, kau panggil dokter." Aroon membopong tubuh Cyra dan membawanya ke dalam kamar. Dengan perlahan ia meletakkan di atas tempat tidur.
Ia melihat wajah lelah Cyra dengan tatapan mendalam.
"Bu Cyra tidak apa - apa kan Phoo?" tanya Gio.
"Tidak apa - apa. Ia hanya pingsan saja." jawab Aroon. "Istirahatlah dikamarmu, Biar dokter yang periksa." ucap Aroon. "Olif, Omar antar Gio ke kamar. Aku tidak mau dia ikut sakit."
"Baik tuan."
Gio keluar dari kamar dan menuju ke kamarnya.
"Surti, Asih kau ganti baju Cyra sebelum dokter kemari."
"Baik tuan."
"Oya sekalian kalian ambil kompres, badannya panas."
"Baik tuan."
Aroon keluar sebentar sambil menunggu Cyra berganti baju bersih. Tak lama kemudian dokter datang. Setelah Surti dan Asih keluar, Aroon membawa dokter masuk kedalam."
"Bagaimana dok?"
"Tidak ada yang serius tuan Aroon, pasien hanya kelelahan dan darahnya rendah. Ini saya resepkan obat penurun panas dan vitamin. Jika pasien sudah siuman anda bisa meminumkannya."
"Baik dokter terima kasih." jawab Aroon. Syamsudin yang ada disana terlihat cemas dengan keponakannya. "Syam." panggil Aroon.
"Ya tuan."
"Kau antar dokter pulang."
"Tapi saya ingin menjaga keponakan saya."
"Tidak perlu, biar aku yang menjaganya. Kau istirahatlah, aku tahu kau pasti sangat lelah."
"Bbaik tuan, terima kasih."
Sepeninggal mereka, Aroon segera mengompres Cyra. Mengusap badannya dengan handuk basah agar meredakan panasnya.
"Kau benar - benar gila." gumam Aroon. "Cepatlah sadar atau aku akan merasa bersalah telah menuduhmu."
"Hmmm." tiba - tiba Cyra bergerak pelan. "Air... Air.." gumamnya lirih.
"Kau sudah sadar?"
"Air.. Air.. Air." gumamnya lagi masih dengan mata terpejam.
Dengan cepat Aroon menuangkan air ke dalam gelas dan menaruhnya dekat meja. Ia kemudian membantu Cyra duduk dan menjadikan dadanya sebagai sandaran tubuh Cyra yang masih lemah. Aroon juga memberikan obat dan vitamin dari dokter. Setelah semua yang dokter perintahkan ia lakukan, Aroon segera membaringkan Cyra kembali.
Namun tiba - tiba tangannya di pegang oleh tangan hangat Cyra. "Ayah, Ibu jangan tinggalkan aku." Cyra mengigau. Mungkin itu efek panas tubuhnya yang belum turun. Ia menarik tangan kekar milik Aroon untuk mendekat padanya.
"Hei, kau sadar dengan apa yang kau lakukan?"
"Ayah, Ibu peluk aku. Aku kangen kalian." Cyra masih mengigau belum sadarkan diri.
Aroon kembali duduk di pinggir tampat tidur. "Aku melakukan ini karena kau sakit." ucapnya.
Cyra melingkarkan tangannya pada pinggang Aroon dan menyandarkan kepalanya ke dada Aroon. Ia tampak sangat nyaman dan kembali terlelap dalam tidur.
Aroon menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan - pelan. "Oke, kali ini aku maafkan sikap lancangmu. Ingat semua ini aku lakukan karena kau sudah rela memanen sawi untukku dan mengajar Gio."
Aroon membiarkan itu terjadi dan bahkan tidak menghindar sama sekali. Ia ikut terlelap bersama Cyra.
🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
waduh gimana besok kalo pas si Cyra uda bangun dan tersadar kalo dia meluk tuannya tuh🤭🤭🤭
2024-06-02
0
Anisul Mukaromah
semoga gio gak tau ya kalo phoo nya tidur di samping bu cyra gara2 bu chyra ngigo ntar marah lagi
2023-02-08
0