Cyra mempercepat langkahnya walaupun kakinya mulai terasa sakit. Ia belum minum obat karena memang belum makan. Semua itu ia kesampingkan demi menemui Gio untuk menjelaskan salah paham itu.
"Omar.. Omar.." panggil Cyra.
Omar tampak terkejut dengan kondisi badan Cyra yang penuh perban dan jalannya yang tertatih. "Ya tuhan apa yang terjadi bu Cyra?"
"Nanti aku jelaskan. Mana Gio?"
"Ada di dalam kamar mengurung diri."
"Bagaimana kondisinya."
"Dia marah dengan gosip yang beredar bu."
"Aku akan masuk ke dalam dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."
"Lebih baik jangan, emosi tuan muda baru tidak stabil. Kita tunggu sampai tenang dulu."
"Tidak bisa Omar, masalah ini harus segera diselesaikan. Jika tidak akan menambah kesalahpahaman antara aku dan dia."
"Baiklah bu."
Cyra membuka pintu kamar Gio dengan perlahan. Gio terlihat dipojokan dekat dengan jendela. Ia sempat menoleh, begitu tahu kalau Cyra yang datang ia segera membuang muka.
"Ibu pembohong! Keluar dari kamarku!"
"Gio tenang dulu. Dengarkan ibu."
"Iya tuan." sahut Omar. Sedangkan Olif melotot seakan protes kenapa Omar malah membela Cyra. Omar memberi isyarat agar dia diam dulu dengan meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.
"Aku tidak mau dengar apa - apa! Aku tidak mau berbicara dengan pembohong!" teriak Gio sambil menutup kedua telinga.
"Gio, beri ibu kesempatan untuk menjelaskan." Cyra berlahan berjalan mendekati Gio. Ketika melihat dari dekat barulah Olif tahu bagaimana kondisi Cyra. Justru ia merasa iba. "Gio." panggil Cyra.
"Keluar!" Gio melempar sebuah mainan mobil disebelahnya.
"Aauuww!" teriak Cyra karena lemparan itu mengenai tangannya yang diperban karena dijahit. Darah segar tampak merembes ke perbannya mungkin luka jahitannya terbuka.
"Bu Cyra!" teriak Omar dan Olif terkejut karena melihat darah.
Cyra memberi kode pada mereka untuk tidak mendekat dan mengatakan kalau dia baik - baik saja. Cyra berusaha kembali mendekati Gio. "Gio aku kemarin mengalami kecelakaan dan Phoo mu yang membantuku, tolong kamu jangan salah paham." Cyra kembali berjalan mendekat dan bahkan tangannya berusaha menyentuh bahu Gio.
Dengan gerakan tiba - tiba Gio membalikkan badannya dan mendorong dengan keras tubuh Cyra. Karena kondisi terluka membuat tubuh Cyra oleng dan terjatuh.
"Aauuwww!" teriak Cyra.
"Apa yang kamu lakukan Gio!!!" teriak Aroon marah. Tiba - tiba saja dia sudah ada di depan pintu.
Omar dan Olif segera membantu Cyra untuk bangkit.
"Nakal kamu ya!!! Ayo minta maaf!!!" teriak Aroon lagi.
"Aku tidak mau!!! Bu Cyra jahat! Phoo juga jahat!"
"Kenapa kamu jadi pembangkang!" Aroon mengayunkan tangannya bersiap memukul Gio untuk memberinya pelajaran.
"Jangan tuan." Cyra segera memegang tangan Aroon. "Tolong jangan lakukan itu." dengan matanya yang bening Cyra memohon agar Aroon tidak memukul Gio.
Aroon memejamkan matanya, ia menarik napas panjang berusaha meredam emosinya. Ia melihat kembali anak semata wayangnya yang sedang menangis.
"Gio tidak tahu dengan apa yang terjadi, ia sedang diprovokasi oleh seseorang." Cyra berusaha menjelaskan. "Kita bisa menjelaskan padanya pelan - pelan. Karena ini yang di inginkan oleh pelaku."
"Maksudmu?"
"Nanti saya jelaskan tuan. Sekarang saya akan membujuk Gio dulu."
"Baiklah."
Dengan langkah tertatih Cyra kembali mencoba mendekati Gio yang masih menangis. "Gio.. Gio tolong lihat aku."
Gio menggelengkan kepalanya.
"Baiklah kalau kamu tidak mau lihat. Aku minta maaf." ucap Cyra. Ia menarik napas panjang. "Kau tahu aku sangat sedih karena kemarin ketika aku tertabrak mobil kau, Omar dan Olif sama sekali tidak menjengukku."
Gio terhenyak mendengar perkataan Cyra, perlahan ia mulai melirik Cyra
Sepertinya aku berhasil mengalihkan perhatiannya. "Tanganku ini sampai mendapat lima jahitan karena sobek."
Gio dengan jelas mau melihat ke arah Cyra.
"Lihat ini. Walaupun rasanya sakit sekali aku sama sekali tidak menangis. Oya lihat ini kakiku." Cyra memperlihatkan kakinya yang lecet - lecet dan lebam parah. "Aku sampai tidak bisa berjalan. Tapi apa kau tahu? Phoo mu membantuku. Aku harap kau menjadi seorang pria yang bertanggung jawab seperti Phoo mu."
"Sakit?" tanya Gio yang sepertinya sudah mulai mau berkomunikasi.
"Sakit. Tapi apa kau tahu yang lebih sakit dari itu?"
Gio menggelengkan kepala.
"Kau marah padaku? Kau tidak peduli padaku dan bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan dariku."
"Bu Cyra ingkar janji."
"Tidak Gio, aku masih menepati janjimu." Cyra berusaha lebih mendekat lagi pada Gio, Ia membelai lembut kepala Gio. "Seharusnya kau mendengar penjelasan itu langsung dariku, jangan hanya menerima informasi sepihak saja, yang ada akan timbul salah paham."
Gio mengangguk tanda mengerti. Cyra segera memberikan pelukan dengan hangat.
"Maafkan aku." ucap Gio lirih.
"Good boy, pria yang gentle adalah yang mau meminta maaf ketika ia melakukan kesalahan." ucap Cyra. "Maukah kau mendengar penjelasanku?"
Gio mengangguk lagi. Cyra membawanya duduk di kursi di sebelah Aroon. Cyra dengan hati - hati menjelaskan situasi yang sebenarnya dan akhirnya Gio bisa mengerti. "Kau sudah tidak marah padaku kan?"
"Tidak."
"Bagus sekarang minta maaflah pada Phoo mu. Kau tadi sudah menuduhnya tanpa alasan."
Gio segera memeluk Aroon. "Maafkan aku Phoo." Aroon membalas pelukan Gio dengan hangat.
"Hmm aku rasa Phoo juga harus minta maaf bukan karena tadi marah dan membentakmu." Cyra memberi kode agar Aroon juga ikut minta maaf. Aroon seperti akan protes tapi keburu mata Cyra melotot memaksanya melakukan itu.
"Maafkan aku Gio." akhirnya Aroon mau melakukan perintah Cyra.
"Nah karena masalah ini selesai dengan baik, bagaimana kalau kita makan siang bersama?"
"Setuju!" teriak Gio, Omar dan Olif.
"Oya Gio yakinlah suatu masalah akan cepat selesai jika kita mengatasinya dengan kesabaran dan tanpa emosi." ucap Cyra. "Kamu mengertikan?"
"Ya aku mengerti bu Cyra."
Mereka segera keluar dari kamar Gio dan berjalan menuju ke ruang makan untuk makan siang bersama. Huh sungguh lega rasanya hati Cyra. Masalah dengan Gio sudah selesai tinggal masalah dengan Asih yang harus ia usut sampai tuntas. Dia sudah berani mencemarkan nama baikku
🍀🍀🍀🍀
"Kemari."
"Kemana tuan?"
"Rumah sakit."
"Untuk apa? Dokter bilang kontrol satu minggu lagi."
"Itu lukamu berdarah. Mungkin terbuka lagi jahitannya."
"Tidak apa - apa, nanti ganti perban saja."
"Kau mau lukamu infeksi dan membekas."
"Ya tidak tuan."
"Jangan membantah."
"Baiklah." Cyra mengikuti langkah Aroon. Dan masuk ke dalam mobil. Mereka menuju ke rumah sakit.
"Jelaskan padaku, apa maksudmu dengan ini yang diinginkan pelaku?"
"Baiklah saya akan mengutarakan apa yang ada di dalam pikiran saya, walaupun ini sifatnya baru dugaan."
"Aku tidak suka dengan dugaan Cyra. Aku mau yang pasti dengan bukti."
"Itu yang belum saya punya tuan. Tapi tolong dengarkan dugaan saya dulu."
"Bicaralah."
Cyra menarik napas. "Jadi tujuan saya keluar dari perkebunan adalah maaf, untuk membeli keperluan pribadi yang saya butuhkan ketika datang bulan."
"Kenapa tidak minta pekerja wanita yang ada di perkebunan?"
"Sudah tuan. Bik Tika tidak mungkin punya karena sudah menapouse. Saya tanya ke Surti ternyata dia tidak ada, jadi saya minta ke Asih tapi dia bilang tidak punya dia menyuruh saya untuk membeli di warung dekat pemukiman desa." cerita Cyra.
"Jadi itu alasan kenapa kau keluar?"
"Betul tuan. Setelah itu saya memutuskan keluar ke pemukiman desa dan menemukan warung yang dimaksud oleh Asih. Disana sudah ada mobil jeep itu." Cyra menarik napas. "Setelah selesai membeli saya langsung pulang, awal saya mau menyeberang memang saya lihat mobil jeep itu diam tak bergerak. Oleh sebab itu saya menyeberang dengan santai. Tapi entah kenapa tiba - tiba mobil itu sudah berjalan dengan cepat ke arah saya. Sepertinya sudah ada komukasi antara Asih dan Sopir Jeep."
"Memang disengaja." gumam Aroon yang masih terus konsentrasi menyetir.
"Nah saat kita pulang dari rumah sakit waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Asih mengambil gambar kita saat tuan menggendong saya. Dia pintar sekali mengambil gambar sehingga terlihat seperti kita sedang bermesraan. Kebetulan gambar itu tepat di depan pintu kamar saya, sehingga banyak yang menduga bahwa kita melakukan hubungan suami istri."
"Ehem.. Ehem."
"Kenapa tuan? Saya ambilkan minum sebentar." Cyra mencari botol air mineral di sisi pintu mobil.
"Tidak usah." jawab Aroon. Gila gadis ini belum menikah tapi menyebut hubungan suami istri dengan santai tanpa malu pikir Aroon gugup.
"Oke saya lanjutkan ceritanya. Coba tuan pikir kenapa jam dua belas malam dia masih berkeliaran diluar kalau tidak dengan sengaja memastikan keadaan saya. Ternyata saya baik - baik saja. Dia melihat kesempatan untuk memfitnah saya ketika tuan membantu saya ke kamar. Dia ambil gambar dan membuat gosip yang menyudutkan saya."
"Masuk akal juga penjelasanmu."
"Tapi yang jadi pertanyaan, Kenapa saya? Apa alasan dia menargetkan saya? Saya orang baru di perkebunan."
"Kau tahu Cyra, dari dulu sampai sekarang banyak orang disekelilingku yang berkhianat hanya karena ingin menghancurkanku. Hanya Syamsudin dan Sulaiman yang bisa kupercaya." cerita Aroon. "Kamu orang ketiga yang berusaha aku percaya dalam mengajar anakku, mungkin itu bisa menjadi alasan juga untuk menyingkirkanmu."
"Wah saya mendapat kehormatan karena tuan mempercayai saya." Cyra tersenyum bangga. "Terima kasih tuan."
"Itu karena Syamsudin yang membawamu dan juga kau membuktikan dengan hasil kerjamu."
"Sekali lagi terima kasih tuan, dan saya rasa tuan tidak akan menyesal jika memberi saya bonus bulan ini. Heheheheh..."
"Dasar mata duitan."
"Hahahahhh.." Cyra tertawa terbahak - bahak. "Saya hanya bercanda tuan, gaji yang tuan tawarkan sudah lebih dari cukup." ucap Cyra.
"Bagus, kalau sadar diri."
Cyra hanya tersenyum, baru kali ini mereka bicara panjang lebar tanpa menggunakan emosi dan perdebatan.
"Tuan."
"Hmmm."
"Menurut tuan, siapa dalang yang membuat Asih berkhianat pada tuan?"
"Itu yang akan aku selidiki. Kalau kita melaporkan hal ini pada pihak berwajib, takutnya akan mengaburkan penyelidikan."
"Tenang tuan, saya akan membantu."
'Kau fokus pada Gio saja, tolong jaga dia."
"Siap bos." jawab Cyra sambil menaruh tangannya di kepala sebagai tanda hormat. Hal itu membuat Aroon tersenyum. "Wah tuan kalau tersenyum tambah tampan, sering - sering saja." puji Cyra. Mereka menghentikan pembicaraan karena sudah sampai di depan rumah sakit.
Setelah dokter memeriksa, memang luka Cyra kembali terbuka, tapi tidak perlu di jahit lagi. Kata dokter jahitannya masih bagus. Mungkin akibat lemparan dari Gio yang membuat luka itu kembali berdarah. Dokter hanya memberikan obat dan mengganti perbannya.
"Hati - hati Cyra, jangan sampai terluka lagi. Kalau tidak lukamu tidak akan kering."
"Baik dokter."
Mereka segera berpamitan. Cyra dan Aroon berjalan beriringan di lorong rumah sakit.
"Sakit?"
"Sudah tidak begitu tuan. Obat dokter sangat manjur." Cyra mengacungkan jempolnya. Tapi tiba - tiba langkahnya terhenti seperti melihat sesuatu. "Tuan itu Asih!" teriaknya sambil menunjuk seseorang.
Aroon mengalihkan pandangannya dan benar itu Asih. "Kamu disini, aku akan mengejarnya!" tanpa menunggu jawaban Cyra, Aroon sudah berlari mengejar Asih yang juga melarikan diri setelah keberadaannya di rumah sakit diketahui Cyra dan Aroon.
Ya tuhan, aku mohon agar tuan Aroon bisa menangkap Asih...
🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
LENY
DIMANA MANA SELALU ADA ORANG YG JAHAT😥
2024-07-27
0
Sugiharti Rusli
uda berepa lama yah si Asih mengintai rumah Aroon, apa dari awal kerja di sana
2024-06-03
0
Anisul Mukaromah
semoga asih tertangkap
2023-02-18
0