Setelah berlari cukup lama, Aroon kehilangan jejak Asih.
"Ach! Sial!" umpatnya.
Dari kejauhan Cyra tampal berlari menyusul Aroon. "Bagaimana pak? Ketangkap?"
Aroon menggeleng - gelengkan kepala. "Larinya cepat dan juga di rumah sakit banyak pasien, aku tidak leluasa mengejarnya."
"Ya sudah, lain kali kita bisa menangkapnya."
Sadar dengan kondisi Cyra, Aroon tampak mencemaskannya. "Kenapa kamu menyusulku?"
"Saya tidak bisa berdiam diri, sementara tuan berjuang menangkap orang yang memfitnah saya."
"Aku juga difitnah olehnya, kamu jangan khawatir aku akan menyusut tuntas kasus ini."
"Terima kasih." ucap Cyra. "Kita pulang saja tuan. Kita bisa menyelidiki kamar nya siapa tahu kita menemukan petunjuk disana."
"Benar yang kamu katakan, ayo."
Mereka berdua kembali masuk ke dalam mobil dan pulang ke perkebunan. Sesampainya di perkebunan, Syamsudin dan Sulaiman menghampiri mereka.
"Cyra." panggil Syamsudin. "Kenapa bisa menyebar gosip seperti ini." Ia menarik tangan Cyra menjauh. Akan tetapi Aroon juga menarik tangan Cyra. "Tuan." ucap Syamsudin yang tampak terkejut.
"Lepas Syam, kau menyakiti keponakanmu."
"Tapi tuan____." Syamsudin tampak bingung membalas perkataan Aroon. Ia melepaskan tangan Cyra. "Maaf tuan, maafkan keponakan saya. Saya tidak menyangka akan timbul gosip seperti ini."
"Kami di fitnah, ini ulah Asih."
"Asih?" teriak Syamsudin dan Sulaiman yang tidak percaya, karena Asih terkenal dengan sosoknya yang pendiam.
"Asih adalah mata - mata yang dikirim oleh seseorang untuk menjatuhkan ku dan orang - orang terdekatku. Jadi Syam aku mohon jaga keponakanmu. Karena sekarang ia masuk target."
"Saya akan menyelidiki latar belakang Asih berbuat seperti itu." ucap Sulaiman.
"Bagus, aku mau kalian bertindak cepat. Aku tidak mau apa yang dialami Cyra juga dialami oleh anakku."
"Baik tuan."
Aroon masuk ke dalam sedangkan Cyra diantar oleh Syamsudin ke kamarnya.
"Kenapa kamu mau digendong sama tuan? Kalian tidak punya hubungan apa - apa kan?"
Cyra menghentikan langkahnya. "Pak Uo tidak percaya padaku?"
"Bukan seperti itu Cyra. Aku hanya mengkhawatirkan dirimu saja. Aku tidak ingin kamu dianggap murahan oleh orang - orang. Tuan Aroon sudah empat tahun menduda, banyak wanita yang menginginkannya tapi kau lihat sendiri kan tuan muda menolak semuanya."
"Aku tahu itu Pak Uo. Dan Pak Uo harus percaya padaku, niatku disini adalah mengajar seorang anak yang kurang kasih sayang. Dan aku tulus memberikan kasih sayang dan perhatian itu untuk Gio. Aku tidak ingin anak itu tumbuh menjadi anak yang tidak memiliki empati terhadap orang lain."
"Iya, tapi kenapa tuan bisa menggendongmu? Kau belum menjawab pertanyaanku? Ini aneh, hanya denganmu tuan tidak waspada."
"Pak Uo, tuan Aroon tidak waspada karena dia membutuhkan tenagaku, Hanya denganku Gio mau belajar dan juga karena aku keponakan Pak Uo orang kepercayaan tuan." Cyra menarik napas sebentar. "Jadi waktu pulang dari rumah sakit, tuan berjanji pada Pak Uo untuk menjagaku bukan?"
Syamsudin menganggukkan kepalanya.
"Nah, tuan benar - benar menepati ucapannya dan menjagaku bahkan mengantarku sampai di kamar. Tapi Pak Uo kan tahu, kakiku lecet parah jalanku pelan - pelan. Tuan tidak sabar dan tidak tega melihat aku meringis kesakitan, kemudian menggendongku. Itu saja." Cyra menjelaskan panjang lebar. "Tapi karena Asih yang pintar mengambil gambar dari sisi yang bagus jadi kelihatan kami seperti dua orang yang akan memadu kasih."
"Ah Syukurlah, aku lega mendengarnya."
"Dan juga tidak mungkin tuan menyukaiku, status sosial kami berbeda jauh. Heran aku dengan pemikuran Pak Uo." ucap Cyra kesal.
"Aku hanya mengkhawatirkan nama baikmu, Cyra. Kedua orang tua telah menyerahkan kepercayaan agar aku menjagamu."
"Iya aku tahu. Aku minta maaf karena sudah membuat Pak Uo khawatir."
"Tidak usah minta maaf. Aku tahu kamu tidak akan pernah mengecewakanku."
"Oya, kita langsung ke kamarnya Asih saja. Kita ikut membantu pak Sulaiman menyelidiki siapa Asih."
"Biar aku saja, kamu istirahat."
"Ayolah Pak Uo." paksa Cyra. "Mataku ini lebih jeli, siapa tahu ada barang - barangnya yang berhubungan denga sopir jeep itu."
"Oke.. Oke.. Dasar keras kepala." gerutu Syamsudin. "Ayo."
Mereka berdua segera menuju kamar Asih yang mana Sulaiman sudah lebih dulu di sana. Hari ini Cyra tidak mengajar Gio karena di beri ijin oleh Aroon.
kamar Asih letaknya jauh dari kamarnya. Kamar para pekerja semua terletak terpisah dengan rumah utama. Hanya Cyra, Omar dan Olif saja yang mendapat keistimewaan untuk bisa tidur di rumah utama.
Kamar Asih bersebelahan dengan Kamar Surti dan Bik Tika.
Kamar berukuran tiga kali empat meter itu berisikan tempat tidur, almari, kamar mandi, meja dan kaca. Itu sudah cukup besar untuk kamar pekerja.
"Syam." panggil Sulaiman yang saat itu baru membuka almari pakaian Asih.
"Bagaimana ketemu?"
"Belum, aku baru saja memulai." jawab Sulaiman.
"Bajunya masih ada, itu artinya ia pergi dengan terburu - buru."
"Yah kamu benar, semua masih utuh. Baju, make up bahkan uang simpanannya pun tidak ia bawa." Sulaiman memperlihatkan sebuah kaleng bekas biskuit yang berisi uang tabungan Asih. "Kamu tidak istirahat saja Cyra?"
"Tidak pak Sulaiman, aku ikut membantu Pak Uo siapa tahu bisa dapat petunjuk."
Mereka bertiga memulai pencarian. Sulaiman memeriksa almari, Syamsudin memeriksa kamar mandi sedangkan Cyra memeriksa laci - laci. Hampir tiga puluh menit mereka di kamar itu tapi belum menemukan apa - apa. Cyra dengan teliti dan pelan - pelan memeriksa takut ada yang terlewatkan.
"Lihat apa yang aku temukan!" teriak Syamsudin dari dalam kamar mandi.
Cyra dan Sulaiman segera menghampiri Syamsudin di dalam kamar mandi. Di dalam penampungan air closet ada sebuah plastik yang di dalamnya terdapat serbuk putih.
"Apa itu Pak Uo?" tanya Cyra.
Syamsudin dan Sulaiman memegang serbuk itu dengan hati - hati. "Jangan - jangan ini narkoba Syam?"
"Mungkin saja." ucap Syamsudin.
"Aku tidak menyangka Asih seberani itu menyimpan narkoba. Pak Uo dan Pak Sulaiman yakin itu narkoba?"
"Kita kumpulkan saja dulu bukti - bukti, nanti kita urai satu persatu." saran Sulaiman.
"Oke. Cyra tolong bawa ini keluar. Kita kumpulkan bukti - bukti lagi, baru kita serahkan pada tuan Aroon."
"Baik Pak Uo."
Cyra kembali lagi memeriksa laci. Sampai pada laci kedua ia memanggil Syamsudin dan Sulaiman.
"Ada apa Cyra?"
"Aku menemukan ini Pak Uo." Cyra menyerahkan selembar foto.
"Foto Asih?"
"Iya, tapi lihat pria yang disampingnya."
"Memang kenapa?"
"Coba perhatikan di tangan pria ini, ini kan tatto Kalajengking yang sama dengan sopir jeep yang menabrakku tempo hari."
"Kamu yakin?"
"Iya, sangat yakin. Aku sudah menceritakan hal ini pada tuan dan polisi." ucap Cyra, ia memperhatikan foto itu lagi. "Nah ini.. Ini."
"Ini apa?"
"Wajah pria ini seperti ada luka, iya ini sama dengan yang aku lihat sebelum pingsan. Memang saat itu samar tapi aku yakin dengan luka di wajahnya."
"Jadi pria disamping Asih ini adalah pria yang menabrakmu?"
"Iya betul."
"Mungkin pria itu bernama Rico." sahut Sulaiman.
"Pak Sulaiman tahu dari mana?"
Sulaiman memperlihatkan beberapa lembar kertas. "Asih berulang kali transfer beberapa uang pada pria yang bernama Rico dengan jumlah yang lumayan besar."
"Kalau memang serbuk putih yang di temukan Pak Uo itu adalah narkoba, mungkin saja tranfer uang itu untuk membeli narkoba."
"Bisa jadi." ucap Sulaiman.
"Sekarang yang jadi pertanyaan, Asih memiliki hubungan apa dengan Rico? Kekasih, Saudara atau rekan bisnis?" tanya Syamsudin.
"Yang penting selidiki saja dulu rekening pria yang bernama Rico itu Pak Uo."
"Yah, aku rasa bukti yang kita kumpulkan sudah cukup untuk bukti bahwa Asih terlibat dalam kecelakaan yang menimpamu." ucap Syamsudin.
"Dan juga memfitnah sehingga gosip tentang kamu dan tuan menyebar kemana - mana." tambah Sulaiman.
Mereka bertiga segera membawa bukti itu untuk di bawa ke Aroon. Dengan serius Aroon mendengarkan penjelasan dari Cyra, Syamsudin dan Sulaiman. Yang membuat Aroon geram adalah kenapa ada perdagangan obat terlarang di perkebunannya. Ia curiga Asih mendapatkan barang haram itu dari Rico dan menjualnya ke pekerja di perkebunannya. Ternyata selama ini keterpurukannya di tinggal istri membuatnya lengah akan situasi di perkebunannya.
"Syam, Sulaiman lakukan tes urine kepada semua pekerja."
"Baik tuan."
"Maaf tuan Aroon."
"Ada apa?"
"Jika memang terbukti beberapa pekerja positif pemakai obat terlarang, apa yang akan tuan lakukan?"
"Pecat!" jawab Aroon dengan tegas.
"Mereka kepala keluarga tuan."
"Lantas?"
"Menurut saya, tuan bukan mencari solusi tapi justru menambah masalah dan juga kejahatan."
"Maksudmu?"
"Mereka tidak bekerja padahal mereka punya keluarga yang harus di nafkahi, di samping itu bisa jadi mereka kecanduan dan akhirnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan barang haram itu." Cyra berusaha memberi penjelasan.
"Teruskan. Saranmu?"
"Saran saya kita masukkan mereka ke pusat rehabilitasi. Kita beri mereka kesempatan untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Apalagi tuan sudah lama menggunakan tenaga mereka untuk bekerja dan menghasilkan keuntungan untuk tuan."
Aroon tampak berpikir setelah mendengarkan penjelasan dari Cyra.
"Saya tidak setuju tuan!" teriak Sulaiman tiba - tiba.
"Alasanmu?"
"Mereka sampah masyarakat, pecat atau masukkan mereka ke penjara." ucap Sulaiman.
"Kalau mereka bisa diperbaiki kenapa kita tidak mencobanya, tolong pikirkan anak istrinya di rumah tuan."
"Mereka pemakai barang haram Cyra, itu masuk kriminal dan akan membawa pengaruh yang tidak baik untuk tuan muda. Kamu seorang guru harusnya tuan muda adalah prioritas utamamu bukan mereka yang melakukan kesalahan."
"Saya yakin mereka hanya pemakai karena bujukan, karena selama ini mereka bekerja dengan benar tanpa ada yang korupsi. Dan aku jamin mereka tidak akan berani membawa pengaruh buruk bagi tuan muda."
"Tapi Cyra___."
"Sudah cukup!" teriakan Aroon memotong perkataan Sulaiman. Semua langsung terdiam. "Kalian semua adalah orang kepercayaanku, aku tahu semua yang kalian utarakan tadi adalah demi kebaikan semuanya. Aku sudah mempertimbangkan alasan - alasan kalian tadi." Aroon terdiam sejenak sebelum mengambil keputusan. "Maaf Sulaiman sepertinya aku setuju dengan pendapat Cyra."
"Tapi tuan____."
"Aku tahu kau kurang setuju, Sulaiman. Tapi aku mempertimbangkan berbagai aspek. Apa yang dikatakan oleh Cyra itu benar. Aku tidak mau menambah kejahatan mereka. Ke pusat rehabilitasi adalah saran yang bagus. Mereka punya keluarga dan menurutku mereka berhak untuk diberi kesempatan sekali lagi agar menjadi orang yang lebih baik."
Sulaiman menarik napas panjang, tampak raut mukanya yang kecewa dengan keputusan Aroon. Syamsudin menepuk pundaknya berulang kali untuk memberinya dukungan dan menenangkannya.
"Baiklah, kami akan melaksanakan perintah tuan." jawab Sulaiman.
"Bagus."
Mereka bertiga keluar dari ruangan Aroon.
"Syam aku mau bicara dengan keponakanmu."
"Hei jika masalah tadi tolong kau mengerti, ia masih kecil yang dengan pemikirannya sendiri berusaha mencari solusi. Jangan kau memperpanjang masalah ini."
"Tidak, bukan masalah itu."
"Oh baiklah, aku akan segera mengatur pemeriksaan urine setiap pekerja tanpa menimbulkan rasa curiga."
Sulaiman mengangguk. Dan Syamsudin meninggalkan mereka berdua.
"Ayo kita bicara."
"Ada apa pak Sulaiman?"
"Ikut aku." ucap Sulaiman tanpa ekspresi sekalipun. Tapi Cyra tahu Sulaiman adalah orang yang baik dan sahabat Pak Uo nya jadi ia tidak terlalu khawatir. Cyra segera mengikuti langkah Sulaiman menuju gazebo samping taman. Ia menduga - duga, kira - kira apa yang akan dibicarakan oleh Sulaiman.
🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
jangan jadi konflik yah nanti antara Sulaeman dan Cyra
2024-06-03
0