"Apa kau yakin sudah membaik, Lula?" Mamanya Lula bertanya sambil menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Ia juga mengemasi bekal untuk Lula dan Yefy.
Lula duduk di meja makan dan meminum susunya. "Iya, kemarin juga sudah sembuh, tapi mama menyuruhku tidak berangkat ke sekolah."
Sofia menyerahkan sandwich untuk Lula dan Lula memakannya. Dia tidak pernah sarapan dengan yang lain, kecuali roti lapis kesukaannya.
"Yefy jangan terus bermain game. Kau harus sarapan dan pergi ke sekolah." Sofia meraih tablet di tangan Yefy dan dia marah.
"Ahhh!! Mama Yefy hampir menang!" Yefy menyatukan kedua tangannya di depan dada dan cemberut marah.
"Kau masih kecil dan seharusnya tidak bermain game di tablet!" Lula mencubit pipi Yefy. Bocah laki-laki itu menggembungkan pipinya.
"Kakak!!!!" Wajah cemberut nya itu sangat lucu dan menggemaskan. Tapi sepertinya Lula tidak tertarik dengan hal itu, dia bersikap biasa saja.
"Kalau anak papa tidak bermain game, nanti papa akan mengajak kamu ke hmmm.. akuarium raksasa." Mark, papa Lula datang dan mengacak rambut Yefy. Mark meletakkan jas nya di punggung kursi dan duduk sambil bersiap-siap dengan sarapannya.
"Papa serius?" Yefy berdiri dan kedua bola matanya berbinar senang.
"Dua bulan tidak bermain game." Mark tersenyum puas.
"Tidak adil!" Yefy duduk kembali dan masih cemberut.
"Satu setengah bulan." Mark mencoba bernegosiasi dengan putra kecilnya.
Yefy masih cemberut.
"Satu setengah bulan atau tidak sama sekali. Itu berarti dua bulan dan kau tidak bermain game, papa tidak akan mengajakmu liburan juga."
"Apa?!" Yefy mencoba protes namun ia kembali menundukkan kepalanya dan akhirnya setuju.
"Sarapannya dimakan, sayang.." Sofia menyuruh Yefy memakan sarapannya dan Yefy memakannya dengan malas.
"Erick menelpon." Mark menatap Sofia, istrinya.
"Bagaimana keadaannya di Jepang?"
"Dia akan kembali besok dan kita akan menjemput nya di bandara." Mark menekuk lengan kemejanya.
"Bukankah tahun depan dia baru kembali?" Sofia memakan sarapannya.
"Ya, dia harus melakukan sesuatu di sini. Dia tidak memberitahuku apa itu." Mark memakan sarapannya. Sofia hanya mengangguk dan mereka melanjutkan sarapan mereka.
***
Aku tidak bertemu Jereni akhir-akhir ini. Dia juga tidak menemui dan meneleponku. Bahkan, dia tidak menjengukku sama sekali ketika aku sakit.
Kemana Jereni? Aku merindukan gadis itu sekarang.
"Yuna! Apa kau melihat Jereni?" Aku berteriak memanggil Yuna. Yuna menengok dan bilang tidak melihat. Aku hanya mengangguk.
Aku berjalan lagi, memasuki lorong-lorong di sekolahku dan menemukan beberapa teman sekelasku dan bertanya tentang Jereni.
"Apa kalian melihat Jereni?"
"Kami tidak melihatnya di kelas dua hari ini. Hei! Kami mendengar kau masuk rumah sakit, Lula?" Clue bertanya dan aku hanya mengangguk.
"Yejin benar-benar menakjubkan. Dia menyelematkanmu dan langsung membawamu ke rumah sakit," Ylam tersenyum dan menepuk pundakku. Yejin? Apa yang terjadi waktu itu aku sama sekali tidak mengingatnya. Mama berkata kalau aku hanya pingsan biasa ..
"Yejin menyelematkanku?"
"Ya. Bukankah kau tenggelam?" Tenggelam? Kenapa aku tidak mengingat apapun? Ini aneh sekali.
"Hei guys! Kalian tahu? Lula selamat dari kematian. Setelah dia tenggelam dan sempat di diagnosis meninggal, akhirnya terbangun kembali." Zelay datang tiba-tiba dan antusias untuk bercerita.
Semua orang hanya menatapnya datar. Aku tidak memperdulikan itu. Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi dan bagaimana mereka tahu?
But wait! Selamat dari kematian? Aku sama sekali tidak mengerti.
"Zelay!"
"Lula.." Zelay melihatku dan dia sungguh sangat menyesal mengatakan hal itu. Ia meminta maaf dan aku memaafkannya karena itu mungkin hanya gosip.
Aku tidak akan bertanya kenapa kepada mereka, sepertinya mereka hanya mendapat kabar angin dan aku tidak mempercayai nya. Mereka bilang kalau aku tenggelam dan Yejin! Apa aku harus bertanya kepadanya?!
"Okey terimakasih, aku harus pergi sekarang." Aku berbalik dan hendak berjalan sebelum seseorang menahanku.
"Jereni tidak masuk sekolah dua hari dan orang tuanya bilang kalau dia sedang sakit, Lula." Jess menatapku serius dan aku yakin dia tidak mengarang cerita. Aku mengangguk dan pergi berlalu menemui Yejin.
***
--
Aku membuka mataku, dan aku di dalam air!!! Aku akan segera tenggelam! Tolong aku!!
Tidak. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku membiarkan tubuhku tenggelam semakin dalam dan biarkan air memangsaku.
Tunggu. Kenapa tidak terjadi apa-apa dan kenapa aku tidak kehabisan oksigen di dalam air? Apa yang terjadi sebenarnya?
Kucoba membuka mataku dan mendapati diriku di sebuah entahlah, ruangan yang terlihat kuno.
Aaa! Aku menjerit seketika melihat ekor berwarna hijau dan bukannya kakiku! Sontak aku menutup mulutku dan bersembunyi karena seseorang masuk ke dalam ruangan.
Seorang pria berekor hijau lumut dan membawa sesuatu di tangannya. Entahlah, itu seperti tongkat atau sebuah aku tidak tahu apa itu tapi seperti tongkat sihir.
Dia terlihat tersenyum dan membuka gulungan kertas. Kenapa di air ada seperti ini? Kenapa aku punya ekor dan dia juga? Kenapa aku bisa tahan nafas begitu lama di air dan arghhhh telingaku panjang sekali dan terasa aneh!
"Siapa itu?" Apa dia bisa mendengarku?
"Kau di sini rupanya. Kita hanya perlu satu langkah lagi, dan impian kita akan terwujud." Aku mendengar suara seorang wanita. Sepertinya aku mengenal suara itu?
Aku mencoba menjatuhkan sesuatu namun tanganku menembus dengan mudah tanpa bisa menyentuhnya. Sepertinya memang aku tidak terlihat dan mereka tidak bisa mendengarku.
"Rencana kita akan berhasil, dan tujuan kita akan terwujud." Pria itu menunjukkan gulungan kertas itu kepada perempuan itu.
Aku sangat penasaran dengan si perempuan. Tubuh dan suaranya tak asing bagiku. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia membelakangi ku. Mungkin aku harus melihatnya lebih dekat.
*Ak*u bangkit dari persembunyian dan berenang mendekat.
"Siapa kau!" Sang pria menyadariku. Bagaimana bisa? Apakah dia bisa melihatku?
"A-akh.." Sebelum aku berkata dia mengangkat tongkat sihirnya dan keluarlah sebuah cahaya dan menyerang ku.
"Tidak!!!!!!" Cahaya itu mengenai tubuhku dan terasa sangat sakit.
---
"Jereni!" Aku membuka mataku dan melihat mama di depanku. "Apa kau baik-baik saja?" Dia terlihat khawatir.
"Kau masih demam. " Mama menyentuh keningku dan membantuku duduk. Aku hanya tersenyum.
Ya. Sudah tiga hari aku sakit dan tidak ada tanda-tanda kemandekan dari sakitku. Aku juga sering bermimpi aneh dan aku tidak tahu itu hanya sebuah mimpi atau seseorang ingin mencoba mengingatkanku tentang sesuatu.
Aku tidak bisa berangkat sekolah dan tidak mengabari Lula juga karena untuk berdiri pun aku tidak kuat.
"Kau bermimpi buruk lagi?" Aku hanya terdiam menatap mama. Aku tidak tahu mimpiku kali ini buruk atau tidak karena aku hanya menyaksikan seorang pria dan perempuan. "Kau berteriak dan mama sangat terkejut tadi. Mama akan mengambilkan mu sarapan." Aku mengangguk dan mama keluar kamar.
Aku lemas sekali, dan mungkin itu hanya efek dari aku menonton film mermaid kemarin. Aku jadi terbawa suasana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
call aaron
hai pembaca setiaku😍
tinggalkan jejak setelah membaca yaa🤗🌞
2020-11-26
3