"Iya tapi aku harus berpikir untuk mengambilnya."
"Heheh, iya Rose. Nanti aku akan menghubungimu lagi." Sofia, mama Lula sedang mengangkat telepon dari seseorang sambil dia mengaduk adonan dan memecah beberapa telur. Dia sedang membuat kue.
"Okey, see you, Rose. Thanks informasinya." Sofia menutup telepon dan meletakkan nya di meja.
Ia melanjutkan dengan menuangkan adonan ke loyang dan siap untuk masuk ke oven.
drtt drtt
Telepon masuk. Sofia mengangkatnya.
"Nyonya Sofia?"
"Ya, dengan saya sendiri.."
"Putri anda, Lula Beatriks. bla..blaa..bla. di rumah sakit xxxx ...."
Sofia menjatuhkan ponselnya dan dengan membelalakkan mata berlari ke luar rumah tanpa bersiap-siap. Ia hanya membawa tas kecil dan langsung naik ke mobil yang terparkir di garasi.
***
"Baik. Pertemuan kali ini saya akhiri. Terimakasih partisipasi nya dan selamat siang." Seorang pria berambut hitam tersenyum dan mengemasi laptopnya. Diikuti beberapa orang menutup laptopnya dan satu persatu meninggalkan tempat itu.
drrtt drrtt...
Ponsel Mark, ayah Lula berbunyi. Nomor tak dikenal batinnya.
"Tuan Mark?"
"Ya, dengan saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?" Mark merapikan jasnya dan hendak pergi dari ruangan itu.
"Putri anda, Lula Beatriks. bla..blaa..bla. di rumah sakit xxxx ...."
Tanpa berpikir panjang, Mark memasukkan ponselnya di saku celana dari meraih laptop di meja, kemudian berlari keluar dari ruangan.
***
Sedangkan di rumah sakit, dokter sedang melakukan kejut jantung agar jantung Lula kembali berdetak. Beberapa menit dan belum ada hasilnya.
Di luar, berdiri Tuan Ivan dan Yejin menunggu dengan khawatir.
Sesaat kemudian, Papa Lula datang dan bertanya apa yang terjadi.
"Kami sedang berada di kolam renang dan dia tiba-tiba tenggelam. Awalnya....-" Perkataan Tuan Ivan terputus karena dokter akhirnya keluar.
Dokter berdiri di depan pintu dan melepas kaca matanya. "Bisakah saya berbicara dengan keluarga pasien?"
"Ya, saya ayahnya." Mark mendekati dokter dan bertanya dengan khawatir. "Apa yang terjadi dengan anak saya?"
"Gagal jantung. Maafkan kami, kami tidak bisa menyelamatkan putri anda.." Dokter memakai kembali kacamata nya dan menepuk pundak Mark memberinya ketabahan.
Mark membelalakkan matanya dan dengan cepat masuk ke dalam ruangan.
Tuan Ivan, dia juga terkejut. Menurunkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya.
Yejin, tak percaya sama sekali. Dia berdiri, dan berjalan masuk ke dalam ruangan Lula.
Mark menenggelamkan wajahnya di tempat tidur dan memeluk Lula. Menangis dalam diam dan tak percaya, putrinya akan pergi secepat ini.
Yang ada di pikirannya hanya putrinya saat ini. Tapi sekarang dia sudah pergi. Pergi ke tempat yang lebih baik. Mark harus tabah.
Mark berdiri, mencium kening putrinya, dan menutup wajah Lula dengan selimut putih. Berjalan keluar ruangan dan melihat istrinya, Sofia berdiri kaku di ambang pintu.
Mark berusaha menenangkan Sofia namun ia histeris, bahkan sampai membuang selimut yang menutupi tubuh Lula dan memeluk Lula tak percaya.
"Sofia, dia sudah ..."
"Diam!!! Jangan bilang apa-apa!!" Sofia berteriak dan menangis sambil merutuki dirinya sendiri. Ia terus bergumam bahwa Lula seperti ini karenanya. Ia yang memperbolehkan Lula untuk mengikuti lomba renang itu.
Mark hanya berdiri di belakang Sofia. Yejin, dia duduk sambil menundukkan kepalanya di luar ruangan. Tuan Ivan, berdiri menyandarkan tubuhnya di tembok.
"Kita harus mengurus pemakaman Lula.." Mark menyentuh pundak Sofia.
Sofia terdiam dan tetap memeluk Lula, sementara beberapa perawat menyiapkan semuanya untuk mengurus pemakaman Lula.
"Jangan sentuh putri ku!" Sofia berteriak kepada perawat dan mereka terdiam.
"Maafkan istri saya, tolong tinggalkan kami beberapa saat lagi.." Mark meyakinkan perawat dan mereka keluar.
Kini hanya ada Sofia, Mark, dan Lula yang sudah tidak bernafas lagi. Semuanya menjadi hitam. Hitam yang sangat gelap. Lula sudah pergi.
Cerita berakhir.
-
Kalung liontin yang melingkar indah di leher Lula, perlahan mengeluarkan cahaya, tidak terlalu terang, hanya sedikit bercahaya biru. Cahaya itu masuk ke dalam tubuhnya, menuju jantung dan menjalar ke seluruh syaraf di tubuhnya.
Mark dan Sofia tidak menyadarinya. Mereka masih dalam kesedihan masing-masing.
Keheningan datang. Sofia hanya terdiam dan tidak menangis lagi. Sudah ikhlas, dan berpikir untuk bersiap-siap dengan pemakaman Lula.
Sofia melepaskan Lula, meletakkannya di tempat tidur dan mencium kening putrinya beberapa saat.
Mark menyentuh pundak Sofia dan mereka beranjak berbalik dan hendak pergi. Menyiapkan yang terbaik untuk mengantarkan Lula pada Tuhan.
Mark berjalan terlebih dahulu. Ia harus mengurus administrasi rumah sakit.
Sofia berjalan gontai dan berhenti seketika mendengar sebuah suara yang sangat familiar di telinganya.
"Mama?"
Sofia berbalik dan menatap Lula tak percaya.
"Apa yang sedang mama lakukan di sini?" Lula mencoba duduk dan dengan gercap Sofia membantunya.
"Kenapa mama menangis dan apa yang terjadi?"
Sofia menarik nafas dan tersenyum bahagia sambil meneteskan air matanya. "Mama hanya senang melihatmu bersama mama di sini." Sofia menyeka air matanya dan memeluk Lula erat sekali. "Mama sangat menyayangimu."
"Ia aku tahu. Aku juga." Lula membalas pelukan Sofia. "Kenapa aku di sini?" Lula melepaskan pelukannya dan menatap Sofia serius.
"Tidak apa. Kau hanya pingsan tadi. Tapi kini kau sudah sadar." Sofia membantu Lula untuk berbaring lagi.
Lula memegang perutnya. Ia merasa sakit sedikit tapi itu hanya sementara.
"Kau masih harus dirawat, istirahat lah. Dokter akan ke sini dan memeriksa mu."
"Sofia?" Mark masuk dan terdiam ketika melihat Istri dan anaknya yang entahlah keajaiban atau apa tengah menatapnya dari tempat tidur.
"Papa di sini juga?" Lula say hi kepada Mark.
"Bagaimana bisa?" Mark mendekati Lula.
"Mark ..." Sofia menginstruksikan kepada Mark agar tidak memberitahu apa yang sudah terjadi kepada Lula.
"Oh.. iya.." Mark memencet tombol di samping tempat tidur untuk memanggil dokter kemari.
***
"Yejin! Kau mau kemana?" Tuan Ivan menghentikan Yejin namun Yejin tak berhenti dan berlalu pergi.
Dia sangat terpukul dengan semua ini.
***
Dokter datang dan memeriksa Lula. Sofia dan Mark keluar ruangan.
"Tuan Ivan?" Sofia menyapa Tuan Ivan yang tengah duduk di kursi.
"Saya turut berduka cita atas--"
"Lula baik-baik saja. Saya rasa, tidak ada jadwal latihan renang untuk Lula lagi sekarang." Kata Mama Lula tegas kepada Tuan Ivan.
"Baik-baik saja?" Tuan Ivan berpikir, "bukankah...sudahlah.." dia mengendikkan bahu dan berpikir positif saja. Lula baik-baik saja berarti maut tak jadi menjemput nya.
"Maaf, tidak ada jadwal renang untuk Lula lagi?"
"Saya rasa anda sudah mengerti apa yang saya katakan.."
"Tapi dia dan Yejin harus ...-"
"Maaf, Tuan Ivan. Saya tidak mau dia terluka lagi.." Sofia tersenyum tipis. "Dan terimakasih sudah menghubungi kami, tadi .."
Tuan Ivan mengangguk mengerti dan berpamitan untuk kembali ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Inkaqueen
suka ceritanya
bagus bangett 😘
2021-03-26
2
call aaron
Hai siapa yang masih setia membaca😊
jangan lupa like dan komennya ya🤗💞
2020-11-13
1